Senin, 04 April 2022

SAYYID HUSEIN, Bag.IV : Nasab & Nasib keturunannya ditangan siapa?

Solusi dan Penutup 

By : SAY Qadrie

Pustaka Sejarah 









Bagian  Terakhir  ( dari 4 bagian ) 

"- Apapapun bentuk benturan dikalangan kaum keluarga Qabilah Hadramian yang ada di Indonesia saat ini, hendak nya di selesaikan dengan cara saling menghormati, mengedepankan adab dan akhlak, disarankan dengan cara tertutup, bukan dengan cara meruntuhkan marwah dan merendahkan harkat serta martabat seseorang"- 



IV.   S o l u s i   n y a


      Sebagaimana berangkat dari awal nya tulisan ini berupa keprihatinan terhadap kejadian banyaknya tudingan habib palsu dan polemik yang muncul dikalangan pro dan kontra di akar rumput, yang dapat dipandang sebagai potensi disintegrasi berbahaya bagi keluarga besar Hadrami saat ini, dan perpecahan bangsa  ke depan nya nanti ? 


Peristiwa ini merupakan hal yang memalukan sekaligus memilukan. 


  Allah Azza wa Jalla berfirman:


مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

        "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka". [QS. Al-Fath / 48:29]


          Harusnya keluarga ini belajar dari sejarah awal mengapa mereka tersebar menjadi kaum setengah pengungsi hampir ke seluruh dunia ini? 

Bukankah mereka dulunya korban penindasan zaman kekuasaan bani Umayyah, dan bahkan zaman kekuasaan saudara misan mereka bani Abbasiyah ?


Tidakkah mereka belajar dari tragedi besar ini?


         Puak bani Hasyim, pasca wafat nya Muhammad Rasullullah, menjadi puak yang dikepung dari berbagai sisi, oleh kaum Quraisy waktu itu. Pemimpin puak keluarga ini, Saidina Ali bin Abi Thalib, disingkirkan dari peta politik kekuasaan, diintimidasi, kalau tidak dapat disebut dipersekusi



       Solusinya, dari kalangan keluarga besar Hadramian ini harus memilih dan memilki satu figur pemimpin yang dituakan dari sisi usia, dihormati dari sisi kedudukan, dimulyakan dari sisi ke ilmuan, dan disegani dari sisi akhlak dan perilaku keseharian.


          Figur ini akan jadi perekat setiap puak keluarga Qabilah masing - masing, dan kemudian beliau inilah yang akan duduk bersama dengan pemimpin puak keluarga Qabilah lain, mencarikan solusi terbaiknya., : semacam "Naqib Qabilah" dan mereka ini yang akan menunjuk ""Munsid Keluarga" Mereka dari tiap Fam atau Marga yang ada di Indonesia ini.


          Khusus untuk keluarga yang saat ini masih memilki Sultan dari Fam dan Marga mereka, maka seorang Sultan otomatis menjadi kepala keluarga "Naqib Qabilah" tersebut, dengan tidak melihat dimana tempat tinggal dan alamat mereka masing- masing.

 

Kaum kerabat Qabilah Al Qadri misalnya,:



Titah Allahyarham  Sultan Syarif Abubakar 
Tentang pentingnya persatuan 
Keluarga Al Qadri



Kaum kerabat Qabilah Al Qadri 

         Semua mereka yang merasa sebagai keluarga besar anak cucu Sayyid Husein Al Qadri, harus menyatukan sikap, dan menyerahkan persoalan Nasib dan Nasab mereka, kepada Kesultanan Pontianak saat ini.  

         Dan memohon kepada  Sultan agar bersedia menjadi  sebagai "Naqib Qabilah" dengan gelar  : "Saidina atau Maulana Al Qadri". 

 

      Begitu pula kaum keluarga Qabilah Baragbah, mereka punya Sultan dan Kesultanan di Jambi. Beliau di berikan gelar " Maulana Baragbah" 


         Keluarga Qabilah Al-Idrus, dengan menyerahkan kepada Tuan Besar Kubu, atau Penerus Pangeran Syarif Ali Sabamban bagi keturunan yang ada di Kalimantan bagian Selatan dan Timur, dengan gelar : Saidina atau Maulana  Al -  Idrus. 


         Keluarga Qabilah Azmatkhan, menyerahkan masalahnya kepada Kesultanan Cirebon atau Kesultanan Banten, atau tokoh yang mereka sepakati bersama.  

 

        Bagi keluarga yang tidak lagi memilki Kesultanan,


       Mereka harus menunjuk satu kepala keluarga sentral di tingkat pusat yang memenuhi kriteria diatas tadi. Yaitu : 

 

       Dituakan dari sisi usia, dihormati dari sisi kedudukan, dimulyakan dari sisi ke ilmuan, dan disegani dari sisi akhlak dan perilaku keseharian. 


Beliau ini kemudian dianugerahi gelar : Saidina atau Maulana.  

Misalnya  : Maulana Alatas, Maulana Assegaf, Maulana Bin Sumait, Maulana Maulakhela, Maulana Al Kaff, Maulana Bin Yahya,  Saidina Al Kherid, dst.  


   ۖ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ  


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [QS. Ali Imrân/3:159]


     Dengan cara ini, hingar bingar habib palsu, akan cepat dapat diredam dan dikendalikan. Jika semua puak Qabilah dikembalikan kepada puak mereka asal nya masing- masing, maka mis informasi dan mis komunikasi serta mis persepsi, akan dapat diperkecil.

 


Lembaga Rabithah Alawiyah dan Lembaga lainnya :,


           Yang merasa dianggap lembaga bagi kaum diaspora Hadrami di Indonesia ini, juga akan dapat kembali fokus pada cita - cita dibentuk nya, yaitu fokus kepada masalah : Sosial, Pendidikan, Dawah, dan Kemasyarakatan.


      Mampu menjadi lembaga yang mengayomi, melindungi, merangkul, dan mewadahi semua kaum kerabat keturunan Sayyidah Zahra binti Rasullullah yang ada di negeri ini. 


         Sebagaimana  keinginan dan harapan para tetua pendiri lembaga ini dulu pada awalnya sekitar tahun  1928 itu. Lembaga ini harus mampu bersikap dan menempatkan diri secara adil, mengayomi dan tidak  pilih kasih, serta bersikap netral atas semua puak Qabilah, dengan menepiskan fanatisme suku zaman jahiliyah yang sangat ditentang Rasullullah itu.  


 Maktab Ad”daimi, dan Maktab lainnya :, 

         Lembaga yang merasa Sebagai lembaga yang menerbitkan buku nasab, keberadaan nya perlu dikaji ulang mengingat sumber data yang sangat terbatas,(Khususnya mengenai Al Qadri keturunan Habib Husein Tuan Besar Mempawah ) 


           Kurangnya personil, kurangnya tenaga ahli di bidang nasab, dan terbatas nya biaya operasional yang sanggup di anggarkan oleh Rabithah Alawiyah sebagai induk organisasi nya, akan menghambat sensus statistik kekinian yang mutakhir  yang mutlak harus dilakukan, bukan hanya terpaku dengan catatan lama yang dibuat tahun 1938 itu saja. 


        Jika Kondisi seperti ini tidak segera diatasi, akan menimbulkan kerawanan yang dapat mengarah kepada karut - marut nya data dan tumpang tindih nya catatan serta rentan disalah gunakan untuk kepentingan sendiri atau kelompoknya oleh oknum tertentu.  


     Yang paling mengerikan, ketika adanya oknum yang mencari keuntungan materil, dengan memperjual - belikan buku nasab,:" misalnya ?"


       Kalau sampai terjadi, akan sangat sulit  membedakan "mana Asli, mana Palsu". Dan akibat  yang  akan ditanggung  oleh keluarga besar Kita, adalah sikap saling curiga, meragukan kerabatnya sendiri, hatta itu saudara misan nya, !!


     Tentu saja jika ini terjadi, akan menyebabkan malapetaka tambah meruncingnya persoalan "Habib Asli dan Habib Palsu" ini. Dan akhirnya akan mencoreng nama baik lembaga "Rabithah Alawiyah" itu sendiri : akibat ulah segelintir orang ini.


      Membawa dampak terkikisnya kepercayaan di kalangan keluarga besar Alawiyin serta memudarnya  legitimasi sebuah buku nasab yang diterbitkan oleh lembaga yang sangat Kita hormati  ini.   


       Jika harus memilih salah satu, 


       Mungkin kita semua akan sepakat jika biaya operasional lembaga otonom ini, ( Maktab Ad"Daimi ): lebih besar manfaatnya jika diarahkan atau dipindahkan ke sektor pendidikan, tarbiyah, beasiswa, serta bantuan bagi kaum kerabat kita yang membutuhkan.


    Dan urusan buku nasab,: 


   Serahkan kepada "Naqib Qabilah" masing - masing puak keluarga. 


  Karena mereka Yang lebih tahu siapa kaum kerabat mereka. "Bukankah nasab berdasarkan hubungan darah dari garis ayah, diperkuat pengakuan kaum  kerabat mereka yang sedarah, secara vertikal dan Horisontal, kekanan dan kekiri , 


    Bukan " berdasarkan punya  buku nasab atau tidak ?!!"


      Bagaimana jadinya mereka pegang buku nasab, tapi kaum kerabat  sendiri tidak mengenal  dan mengakui  mereka ? Atau menolak jalur nasab nya yang tercantum dibuku itu ( salah jalur misal nya ??


       Atau sebaliknya:, mereka tidak punya buku nasab, atau punya buku nasab yang diterbitkan Maktab lain, bukan oleh Maktab Ad"Daimi, atau lembaga lain sejenis : - tapi kaum kerabat  mereka mengakui siapa mereka, bahkan saling mengenal dan tau nenek moyangnya sampai 4 generasi ke atas ? -  


Kasus ini banyak ditemukan dilapangan !!


         Syukurlah keturunan Habib Husein Tuan Besar Mempawah , tercatat dengan rapi diwariskan kepada putranya : Sultan Abdurrahman, Sultan Kasem, Sultan Osman, Sultan Hamid I, hingga Pangeran Bendahara Syarif Ja"far putra beliau, yang ditunjuk memegang warisan data dari Habib Husein ini, hingga hari ini. 


        Selain itu, Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, juga meninggalkan banyak catatan yang sangat berharga, salah satunya bertahun : 1840 M.  



DYMM Allahyarham Sultan Syarif Muhammad Al Qadri
Ibni Allahyarham Sultan Syarif Yusuf 
Salah satu cucu Habib Husein Al Qadri 
dari keturunan 
Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri


V. P e n u t u p


          Kaum Sayyid, Syarif, Habib, yang saat ini ada di Indonesia, harusnya bersukur dan berterima kasih kepada bangsa dan negara ini, dimanapun anda menetap. 

 

 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Allah Azza wa Jalla berfirman.


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". [QS. Al-Anbiyâ`/21:107]


        Dalam al-Qur`an, Allah Azza wa Jalla telah menjadikan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan umat dalam firman-Nya:


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah". [QS. Al-Ahzâb/33:21


            Sepanjang sejarah, kaum ini sangat dihormati, dimulyakan, di hargai, dan di dengar perkataan bahkan perbuatannya cenderung diikuti. Penghormatan dan kemuliaan ini tentunya lebih pada akhlak dan perilaku yang mereka lihat keseharian.


Karena itulah kehadiran mereka diterima di negeri ini,


          Sejak abad ke 7 Masehi ditemukan keluarga ini di ujung Sumatra, Aceh sana. Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Samudra, Kerajaan Pasai, mereka dipanggil dengan gelar : Syahri. Kerajaan Islam Perlak, juga didirikan keluarga pendatang ini, yang bukan berasal dari yaman, tapi diperkirakan langsung dari tanah leluhur mereka : Madinah Munawarah.


           Baca  disini selengkapnya : Klik >> Kerajaan Jeumpa tahun 777 M


        Gelombang demi gelombang keluarga ini singgah dan menetap di Nusantara, pada abad berikutnya, abad ke : 8 M dst, dan makin ramai pada abad ke 13 M dengan kedatangan keluarga Abdul Malik Azmatkhan. Dari India, mereka menyebar ke Thailand, Kamboja, dan masuk ke Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, dikenal dengan "Keluarga Wali Songo " di Jawa. 


         Keturunan mereka disini  mendirikan Kesultanan Cirebon dan Banten.

 

Anak cucu keturunan Alllahyarham Sultan Muhammad
Berpose di tangga Istana Kadriah 
Kesultanan Pontianak


Habib Husein Al Qadri : 


         Beliau masuk ke Kerajaan Matan pada abad ke 17 di bumi Borneo yang sekarang dikenal dengan pulau Kalimantan. Di kerajaan ini beliau kemudian diangkat sebagai Mufti Kerajaan Matan. Hingga wafatnya, beliau tidak pernah kembali ke tanah leluhurnya di Yaman. Sehingga sulit menemukan data anak keturunannya jika merujuk ke kitab atau buku yang diterbitkan di negeri Yaman.

 

          Sebabnya adalah, anak cucu keturunan Habib Husein Al Qadri ini, lahir, besar, berketurunan, hingga wafatnya, di negeri ini. Dan karena salah satu putra beliau mendirikan Kesultanan Pontianak, pada tahun 1771 - 1778 M, maka tentu saja lebih mudah menemukan rujukan keturunan ini kepada pihak lembaga Kesultanan.


 Bukan begitu?  

 

Kesimpulan : 

      "Apapapun bentuk benturan dikalangan kaum keluarga Qabilah Hadramian yang ada di Indonesia saat ini, hendaknya diselesaikan dengan cara saling menghormati, mengedepankan adab dan akhlak, dan disarankan dengan cara tertutup, bukan dengan cara terbuka, apalagi sampai meruntuhkan marwah dan merendahkan harkat serta martabat seseorang. Sesama manusia, sesama Muslim, apalagi sesama kaum Sayyid "


       Kita  semua bersaudara dari satu leluhur yang sama, Sayyidah Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib, keluarga mulia rumah tangga Nubuah yang setiap hari mencium semerbak wahyu dan wangi risalah .


Semoga

 

Makam habib Husein Al Qadri
Sejegi - Mempawah 


Klik :  Baca Bagian  Pertama 


Referensi Utama :

==, Diantara berbagai sumber adalah : 

1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan 

2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan

3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li  Al Imam Husein, Pustaka Azmatkan

4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara  Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, dan hingga hari ini banyak ditemukan  keluarga Al Qadri di Serasan, Terempa, Midai, Letung, Sedanau, Bunguran Besar, Natuna, Ranai, Sarawak, dll.Koleksi keluarga Al Qadri

5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770  halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, : Koleksi Pribadi keluarga AlQadri


Referensi : ( Klik > ) 

Kekejaman Jepang di Kalimantan Barat

Sejarah Habib Husein bin Ahmad

Sejarah Sultan Abdurrahman 

Sejarah Syarif Tue, Abdullah bin Yahya  Bali

Sayyid Abubakar Jeranjang bagian Pertama

Sayyid Abubakar Jeranjang begian kedua

Kesultanan Pontianak

Keturunan Arab - Indonesia

Asal - usul Hadramaut 

Awal mula kedatangan Arab ke Nusantara