Kamis, 04 Maret 2021

Agama : Dalam Lintasan Sejarah, Bag.I

Telaah Munculnya Agama - Agama, 

By : SAY Qadrie 

 Bagian Pertama, : ( dari 4 tulisan )


Macam bentuk agama 



###, Agama - Agama : Dalam Lintasan Sejarah  dan Peradaban Manusia


"Aku ciptakan Jin dan Manusia,  agar mereka menyembah kepada Ku," Firman Nya. 


مَّنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبۡعَثَ رَسُولٗا

          “Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isra’:15)



##, Pengantar,: 


Falasi Berfikir, 


       Penyebab kesalahan bertindak adalah kesalahan berpikir. Penyebab kesalahan berpikir adalah ketidaktahuan tentang validitas dan realitas.  Penyebab ketidaktahuan tentang validitas dan realitas adalah tak mampu berpikir (tak dituntut) atau tak mau berpikir alias malas. 

Penyebab malas berpikir adalah menghindari risiko keterikatan (kepatuhan).  Penyebab menghindari risiko keterikatan adalah mempertahankan kenyamanan.  Penyebab mempertahankan kenyamanan adalah mengutamakan kepentingan.


       Penyebab mengutamakan kepentingan adalah percaya kepada standar keuntungan.  Penyebab percaya kepada standar keuntungan adalah tak percaya kepada standar kebenaran. Penyebab tak percaya kepada standar kebenaran adalah tak percaya kepada selain benda. 

Penyebab tak percaya kepada selain benda adalah meyakini benda sebagai realitas semata. Penyebab hanya meyakini benda sebagai realitas adalah tak percaya adanya selain yang ter inderakan.  

Penyebab tak percaya adanya selain yang ter indera kan adalah terkesima oleh aneka citra warna, suara, aroma, ukuran dan keragaman nya.


         Penyebab terkesima oleh aneka citra warna, suara, aroma, ukuran dan keragaman nya adalah tak sadar bahwa dia pemilik indera yang menangkap benda juga pemilik akal yang menjangkau dibalik benda.



Sejarah timbulnya agama ditengah manusia


Agama sudah dikenal sejak zaman  pra sejarah. 


        Dapat dikatakan, sejak manusia penghuni bumi pertama. Dalam hal ini, menurut Islam adalah Nabi Adam dan istrinya Bunda Hawa. Mungkin menurut Teory Darwin, sejak adanya jenis kera berjalan tegak. 

Kita dapat katakan : 

Sejak adanya mahluk yang "ber kesadaran", dan "mampu berfikir." 

Mahluk itu disebut manusia.  

        Apakah itu jenis Pithecan Tropus  Erectus, Homo Sapiens,  Megantropus, Soloensis, para firaun Mesir, dan manusia purba yang hidup jutaan tahun sebelum tahun Masehi,   mereka semua memiliki apa yang dikenal dengan agama. 

    Bahkan mereka yang menyatakan tidak ber agama sekalipun, mereka mempunyai Tuhan sesembahan, yaitu  diri mereka sendiri. Hanya saja mereka tidak berani mengaku sebagai Tuhan, seperti Namrud dan Firaun. Mereka yang mengaku Atheis sebetulnya penyembah " Akal Fikiran," sendiri.



 Secara garis besar, Agama dapat di bagi menjadi 2, : 

       A. Agama Bumi, atau, Agama yang ditemukan oleh Manusia, 

       B. Agama Langit , atau Agama Samawi, 


            Masing - masing Agama ini memiliki aturan dan tata cara yang ditulis dalam kitab yang disucikan atau dianggap suci oleh pengikutnya , baik itu agama bumi maupun agama langit. Beda nya  adalah sumber dari kitab suci itu.  Yang satu berdasarkan hasil pemikiran manusia, yang lain nya, adalah wahyu yang di sampaikan para utusan Tuhan Yang Maha Esa lewat Nabi dan Rasul Nya. 


A.1.  Agama Bumi, Agama Manusia atau Agama Budaya, 


        Agama :  adalah bentuk kepercayaan manusia sejak zaman purba secara naluriah kepada    hal - hal yang tak sanggup mereka jangkau dengan akal dan fikiran mereka. Agama merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sebagaimana untuk hidup manusia memerlukan asupan energy berupa makanan, maka agama adalah asupan energy bagi jiwa, roh atau soul, definisi secara sederhana, untuk sesuatu yang ada pada manusia, tapi  tak dapat di indera. 


Sepeninggal Nabi Adam, Alaihis Salam :  


      Agama  Manusia, muncul karena mereka merasakan ada nya kebutuhan kepada sesuatu diluar  diri mereka  ( dalam  istilah Islam disebut Fitrah ) yang memiliki  kekuatan lebih.  --, Lebih besar, lebih kuat, lebih berkuasa, lebih  dari diri mereka sendiri,-- Secara naluriah mereka kemudian mencoba mencarinya dengan cara dan pemahaman mereka saat itu, dengan memperhatikan sesuatu yang ada disekitar mereka. 


        Misalnya : Batu, Kayu, Air, Api, Guntur, Matahari, Bulan, Bintang, Langit, Lautan, Gunung, Kekuatan Alam, Guntur , Petir, Kilat, hewan  buas yang kuat, hewan  yang   bisa  terbang,    dan lain  sebagai nya. 


      Inilah yang menimbulkan kepercayaan atau Agama Manusia yang dikenal dengan  Penyembahan atau Agama   : Animisme, ( menyembah kekuatan alam )  Paganisme,( menyembah berhala)  Majusi, ( Menyembah Api ) , Politeisme ( menyembah banyak Dewa ) Shinto: menyembah Matahari,   Tengri : Menyembah  Srigala,  agama padang rumput dan steppa  bangsa Mongolia Kuno,  dan lain nya. 



Tokoh agama Bumi dan Samawi


          Ketika peradaban manusia menjadi lebih maju, Agama bergeser  kepada Dewa - dewa, kepercayaan ini gabungan antara Paganisme, Majusi, Animisme, Menyembah Matahari, khurafat, dsb. agama ini dikenal dengan  Politeisme : menyembah banyak Dewa. 


         Bangsa mesir kuno mempercayai dewa:  Ra, Amun, selama rentang masa ribuan tahun.    Dan raja - raja nya dianggap putra dewa - dewa mereka. Akan tetapi di titik ini, mereka  tidak menyembah manusia, meski mereka menganggap nya setengah dewa. Hanya Namrud se zaman dengan Nabi Ibrahim , dan Firaun yang sezaman dengan nabi Musa saja yang menuhankan diri nya.


              Kepada bangsa Mesir Kuno, jauh sebelum di utus nya Nabi Musa, :

         Pernah diutus Nabi Yusuf kepada mereka. Zaman kekuasaan Akhenaten, atau Akhnatun -- putra Amenhotep.III, yang naik tahta menggantikan ayahnya, dengan nama : Amenhotep.IV. -- 


Firaun Amenhotep.IV, setelah memeluk agama tauhid, monoteisme, mengganti nama nya menjadi Akhenaten, Akhnatun, dan membangun kota baru yang diberinya nama : Kota Akhetaten, terletak diantara kota Memphis dan Tebs. 


         Sayang nya di zaman kekuasaan nya harus menghadapi masa subur selama 7 tahun, dan masa sulit paceklik parah selama 7 tahun, menyebabkan Ia tak bisa berbuat banyak. 

     Masa kekuasaan nya  yang relatif singkat, hanya sekitar 17 tahun, belum mengokohkan pondasi keber - agama - an  rakyat nya, yang saat itu baru memeluk agama Nabi Yusuf, Alaihis Salam. 



Simbol Monoteis dimasa Akhnaten


Segera setelah wafat nya Akhnatun, putra nya : Tutankhamun,:  


Mengembalikan rakyat Mesir ke penyembahan berhala  Dewa Amun,

        Meruntuhkan kota baru yang dibangun ayah nya, mengikis habis prasasti yang melambangkan agama monoteis : simbolnya matahari yang memancarkan banyak sinar,: bahkan, setelah masa Tutankhamun, panglima perang nya : Jenderal Huramuf, atau, Horemheb  mengambil alih tahta firaun dan membuang catatan tentang sejarah keberadaan Akhenaten/Akhnatun, lalu menuliskan diri nya sebagai : Amenhotep.IV. 


        Ia juga memperbudak Bani Israel yang dulu di zaman Nabi Yusuf  di datangkan dan dipindahkan dari Kan"an, ke Mesir. -- Kan"an adalah kota Nabi Yaqub dan tempat dimakamkan nya Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq,--   Temuan ini baru di ketahui setelah penggalian situs di Kota Amarna. 

Beberapa waktu terakhir ini , --


Klik Disini Detail nya : Akhenaten, 

Temuan patung Akhnatun


       Ditempat lain, dewa -dewa mereka, manusia zaman itu, meyakini sekelompok dewa yang mengatur hajat hidup mereka di bumi. Istana para dewa ini bernama olympus, dan penghuni nya di komandani oleh  dewa Zeus. Sebagian menyebut ini adalah Mitologi.

Dewa lain nya, : Apollo, Poseidon ( dewa laut ), Ares ( dewa perang )dll. Pada zaman dan masa inilah muncul satu manusia setengah dewa putra Zeus dengan wanita bumi, : Herkules. 


       Semua agama dan keyakinan yang bukan Monoteis, meng Esa kan Tuhan, Tauhid, disebut Agama Bumi, atau Agama Manusia. 

Sedangkan agama yang bersumber dari titah Tuhan, atas bimbingan Tuhan, Tauhid, Monoteis,  di kenal dengan Agama Samawi, atau Agama Langit, merujuk asal ajaran nya, datang dari langit, atau dari sesuatu yang di atas, disebut : Agama Langit , Samawi. 

        Dalam kesempatan ini, kita tidak membahas lebih lanjut mengenai    Agama Manusia, atau Agama Bumi. Karena kita akan fokus pada Agama Langit. 

Agama Samawi. 


Kisah Nabi Nuh



##, B. Agama Langit, ;  Zaman para Nabi, 


B.1. Zaman Nabi Adam, Nabi Idris  dan Nabi Nuh, : Alaihis Salam, 


Manusia yang pertama kali membawa Agama Langit adalah Nabi Adam, alaihis salam. 

          Setelah wafatnya Nabi Adam, anak cucu nya, beberapa generasi kemudian,  sebagian  sudah kehilangan dan lupa dengan ajaran langit, mereka  mulai mencari agama baru, dan Tuhan baru, sebagaimana dijelaskan di atas tadi. 


Karena perbuatan mereka sudah sedemikian parah nya merusak lingkungan, habitat, alam, moralitas, dan kesewenang - wenangan, bahkan melakukan pembunuhan, perampokan, peperangan antar suku, bangsa, : Tuhan kemudian mengutus kembali Nabi Nuh, Alaihis salam, - guna memberi peringatan kepada kaum nya,  tentang azab yang akan datang,   sekiranya mereka tidak bertobat, dan mengikuti seruan Allah lewat  Nabi Nuh,-  


            Akan tetapi, 950 tahun da"wah Nabi Nuh, hanya sedikit yang mengikuti seruan nya   untuk  naik ke atas perahu, karena bumi akan ditenggelamkan.

 Sebagian besar mereka tidak percaya, dan tidak mau mengikuti seruan Nabi Nuh. 

           Hingga tibalah hari yang dijanjikan, bumi tenggelam oleh air yang datang dari langit ( hujan ) dan dari Bumi ( Mata air ). Mereka yang berada di puncak gunung pun tersapu air bah yang datang  dengan hebatnya. Hanya Nabi Nuh dan mereka yang diatas perahu,   yang selamat ketika terjadi nya peristiwa yang dikenal dengan "Kiamat Nuh," 


Setelah itu kehidupan manusia berlanjut kembali,: 


        Umat yang baru, mereka yang ikut dalam perahu Nabi Nuh Alaihis Salam, melanjutkan kehidupan di bumi manusia. Membentuk peradaban, berkembang biak, sebagian berupaya memakmurkan bumi, sebagian berusaha merusak dan menghancurkan nya. Sebagian memilih hidup dengan damai, sebagian lain berupaya menguasai dan menundukkan bangsa dan suku lain diluar kelompok mereka. 

Umat manusia yang awalnya satu, 

Mulai terpecah belah menjadi suku, bangsa, dan wilayah. 



Kisah Nabi Idris


B.2. Zaman Para nabi dan Rasul, : Nabi Hud, Nabi Shaleh, dst


Waktu berganti, zaman berputar, :

              Masa demi masa berjalan menggantikan  hari tanggal, bulan, dan tahun. Manusia bertambah jumlah nya, dan sebaran nya. Dahulu kala, bagian bumi  yang kita kenal masih berupa sebagian besar daratan, sebelum terjadinya retakan dan pemisahan akibat gempa, gunung meletus,   yang  kemudian membentuk daratan dan benua baru dipisahkan oleh lautan. 


Ini juga membuktikan bahwa bumi, air, gunung, bersifat dinamis, hidup. 


           Oleh karena bentuknya daratan, manusia masa itu mudah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan berupa hewan, kuda, keledai, atau berjalan kaki selama berminggu - minggu, bahkan berbulan - bulan, dari satu tempat ke tempat lain nya diatas permukaan bumi yang terbentang luas.  Tentunya sebelum mereka kemudian kembali membuat perahu dan kapal besar, untuk mengarungi lautan. 


          Manusia, Perlahan kembali mulai melupakan ajaran Nabi Nuh, dan mengganti tuhan mereka dengan tuhan - tuhan baru, agama baru, keyakinan baru, : begitulah sifat manusia. 


Mereka merasa mungkin Agama Nabi Nuh sudah kuno, ketinggalan zaman, tidak relevan, kurang up to date, kaku, dan tidak  bisa mengikuti kemajuan mereka. Banyak larangan, hambatan, yang merintangi keinginan nafsu dan kemauan mereka, sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan mereka, saat itu. 


Alhasil,:  umat demi umat berlalu, : 


        Allah dengan rahmat dan kasih sayang Nya tetap    tidak putus - putus nya memberikan nikmat kepada manusia, tiap zaman, waktu dan tempat. 


 Ia mengutus Nabi - Nabi dan Rasul - Rasul Nya, untuk membimbing manusia , agar mengenal Tuhan nya. Agar kembali menyembah Nya. Karena penyembahan kepada Allah merupakan kebutuhan jiwa manusia, sejak mereka ber kesadaran. 


Inilah Fitrah manusia. Hadir bersama kelahiran nya kemuka bumi.


        --, Ayah, Ibu, lingkungan, dan komunitas nya lah, ketika ia mulai berkesadaran, mulai berfikir,- yang membentuk diri nya , termasuk dalam hal ber agama, ber keyakinan,--  Itulah kenapa sebagian besar manusia menerima agama mirip seperti mereka menerima warisan. Turun -  temurun, dari generasi ke generasi, seperti agama penyembahan dewa : Ra, dan Amun, di negeri Mesir Kuno, zaman para firaun berkuasa misalnya. 


Para Nabi yang diutus kepada manusia , mulai : Nabi Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Yaqub, Yusuf, Ayyub, Syuib, Musa, Harun,   Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakaria, Yahya, hingga Isa Putra Maryam, di utus silih berganti, tiap zaman, masa dan waktu kehidupan manusia. 


          --"Demi Allah, : Sungguh kami telah mengutus  ( Rasul - Rasul ) kepada umat - umat sebelum Engkau  ( Muhammad ) tetapi setan menjadikan terasa indah perbuatan mereka ( yang buruk ) sehingga dia ( setan ) menjadi pemimpin mereka pada hari ini , Dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih,--" (  QS. An Nahl, 16 : 63 )


Tujuan diutus nya Rasul demi Rasul ini adalah agar manusia hidup selaras dengan alam, tidak merusak nya, bahkan menjaga nya, dan bersyukur kepada Allah, Zat yang menciptakan mereka dari segumpal darah. Tujuan lain nya agar manusia memakmurkan bumi, tidak saling menyakiti, hidup dengan rukun dan damai, sehingga manusia akan menemukan kembali surga nya di bumi. 


Semua yang ada bersifat seimbang, sehingga jika keseimbangan itu tidak terganggu, manusia akan menemukan keharmonisan, baik dengan sesama manusia, dengan  alam, dengan hewan, bahkan tumbuhan. 


Manusia akan mencapai kedudukan sebagai mahluk Allah yang Rahmatan Lil Alamin. Menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Bukankah manusia di jadikan kandidat sebagai khalifah di muka bumi? 


           Mahluk  Allah yang hidup dengan keberaturan ternyata adalah koloni semut. Dimana dalam dunia semut, semua berjalan selaras dan seimbang. Pembagian tugas juga jelas. Ajaib nya mereka tidak dikaruniai akal, hanya naluri, atau insting saja. Tapi mereka hidup lebih teratur dan lebih baik dalam masyarakat nya, dibandingkan kita manusia yang berakal. 


Firman (QS.Al-Muddatstsir:38)

Haruskah kita belajar dari semut,?

كُلُّ نَفۡسِۭ بِمَا كَسَبَتۡ رَهِينَة

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan nya.” 


Klik link ini : Haruskah kita belajar dari Semut ? 


Kisah Nabi Khidir 


( Bersambung)  Baca Bag.II >Klik Link ini : - Agama dalam lintasan Sejarah Bag.II


-------------------------

Referensi : 

"Finally a site on Akhenaten - forum and information" 

Akhenaten and the Hymn to the Aten 

"The City of Akhetaten

A more detailed profile of Akhenaten

A profile discussing his familial relations

The Great Hymn to the Aten

A Re-examination of the Long Coregency from the Tomb of Kheruef by Peter Dorman 

The Bible - Book of the Pharaohs 

"Moses and Akhenaten: The Secret History of Egypt at the Time of the Exodus"

 "Akhenaten". dictionary.com. 

 "Akhenaton". Encyclopaedia Britannica.

 Beckerath (1997) p.190

 Clayton (2006), p.120

 Dominic Montserrat, Akhenaten: History, Fantasy and Ancient Egypt, Psychology Press, 2003, pp 105, 111

 "Akhenaton (king of Egypt) - Britannica Online Encyclopedia". Britannica.com. Diakses tanggal 2012-08-25.

 Robert William Rogers, Cuneiform parallels to the Old Testament, Eaton & Mains, 1912, p 252

 K.A Kitchen, On the reliability of the Old Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing, 2003. p 486 Google Books

 Joyce A. Tyldesley, Egypt: how a lost civilization was rediscovered, University of California Press, 2005

 Aldred, Cyril, Akhenaten: King of Egypt,Thames and Hudson, 1991 (paperback), ISBN 0-500-27621-8 p 259-268

 Charles F. Nims, The Transition from the Traditional to the New Style of Wall Relief under Amenhotep IV, Journal of Near Eastern Studies, Vol. 32, No. 1/2 (Jan. - Apr., 1973), pp. 181-187

 Dodson, Aidan, Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemheb, and the Egyptian Counter-Reformation. The American University in Cairo Press. 2009, ISBN 978-977-416-304-3 p 8, 170

 "A Frail King Tut Died From Malaria, Broken Leg - ABC News". Abcnews.go.com. 

 "See the KV 55 Mummy & Tutankhamen". Anubis4_2000.tripod.com. 

 "News from the Valley of the Kings: DNA Shows that KV55 Mummy Probably Not Akhenaten". Kv64.info. 2010-03-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-07. 

 Nature 472, 404-406 (2011); Published online 27 April 2011; Original link

 NewScientist.com; January, 2011; Royal Rumpus over King Tutankhamun's Ancestry

 JAMA; 2010;303(24):2471-2475. King Tutankhamun’s Family and Demise (subscription)

 Bickerstaffe, D; The Long is dead. How Long Lived the King? in Kmt vol 22, n 2, Summer 2010

 Schulman (1982), pp.299-316

 Allen (2006), p.1

 Athena Van der Perre, "Nofretetes (vorerst) letzte dokumentierte Erwähnung," in: Im Licht von Amarna - 100 Jahre Fund der Nofretete. [Katalog zur Ausstellung Berlin, 07.12.2012 - 13.04.2013]. (December 7, 2012 - April 13, 2013) Petersberg, pp.195-197

 Dayr al-Barsha Project featured in new exhibit 'Im Licht von Amarna' at the Ägyptisches Museum und Papyrussammlung in Berlin Diarsipkan 2012-12-19 di Wayback Machine. 12/06/2012

 Allen (2006), p.5

 Erik Hornung, Rolf Krauss and David Warburton (editors), Handbook of Ancient Egyptian Chronology (Handbook of Oriental Studies), Brill: 2006, pp.207 & 493

 Pocket Guides: Egypt History, p.37, Dorling Kindersley, London 1996.(the Neferneferuaten part is taken from Wikipedia Nefertiti entry)

 Nicholas Reeves. "Book Review: Rolf Krauss, Das Ende der Amarnazeit (Hildesheimer Ägyptologische Beiträge, 1978)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-31. 

 Rohl, David (1995). A Test of Time: The Bible - from Myth to History. London: Century. ISBN 0-7126-5913-7. Published in the U.S. as Rohl, David (1995). Pharaohs and Kings: A Biblical Quest. New York: Crown Publishers. ISBN 0-517-70315-7.