Kamis, 18 Agustus 2022

Daulah Umayyah : V, Kebangkitan Zaid bin Ali, Cucu Husein

By : SAY Qadrie

Pustaka Sejarah Dunia Islam,: kurun , 724-743 M  -  106-126 H

Daulah Umayyah Dalam  Catatan Sejarah: Sesi  Ke Dua

Revolusi "Ahl Baith Nabi" :  "Zaid bin Ali, bin Husein As Syahid"

Zaman Kekuasaan : Hisyam bin Abdul-Malik Al Umayyah (724-743 M)


Gambar Ilustrasi



Revolusi "Ahl Baith Nabi" digerakkan "Zaid bin Ali , bin Husein As Syahid, 

Zaman kekuasaan Hisyam bin  Abdul Malik,  bin Marwan,  bin Al Hakam, 


Pengantar Berfikir : 


Maka Allah meng - ilhamkan kepada jiwa itu, jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguh nya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori nya" --  ( QS. Asy Syam, 8,9,10 )


"Sunni adalah Syi"ah Minus Imamah, dan Syi"ah adalah Sunni Plus Imamah " Gus Dur, Kyai Haji Abdurrahman Wahid. Mantan Presiden Republik Indonesia 

 

 Nash Qur""an  :  QS. 23. Al Muminun :  ayat 52  sd,  ayat 57


-," Dan sungguh  ( agama tauhid ) inilah agama kamu, agama yang satu,  dan Aku adalah Tuhan mu, maka bertaqwalah kepada Ku,"-- 


 --" Kemudian mereka terpecah - belah dalam urusan ( agama )  nya menjadi beberapa golongan.  Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka  ( masing-masing) :  Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan nya sampai waktu yang ditentukan. 


--,"Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak - anak kepada mereka   itu ( berarti ) bahwa :  Kami segera memberikan kebaikan -kebaikan kepada mereka ?  (tidak)  tetapi mereka tidak menyadari nya. :  

Sungguh orang - orang yang  karena  takut azab Tuhan nya , mereka sangat ber hati - hati,"--  ( QS. 23. Al Muminun :  52  sd  57  )  --  




 Penerus bani Umayyah 

 Kekuasaan Hisyam bin  Abdul Malik,  bin Marwan,  bin Al Hakam, 


 II.10. Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M).

 

Penguasa bani Umayyah ke 10 ini, merupakan trah bani Umayyah yang berhadapan dengan gerakan perlawanan dari keturunan Ahl Baith Nabi, yang mereka panggil dengan "Syi"ah" .  Kata ini adalah lawan kata "Nashibi"  golongan para pembenci keluarga Nabi, terutama Ali, sebagai kepala keluarga Nabi, pasca wafatnya Rasullullah pada tahun ke 10 Hijrah, atau  tahun 632  Masehi. 


Zaid bin Ali dalam sejarah yang dipopulerkan dianggap sebagai " Imam Syiah Zaidiyah" meski semasa hidupnya beliau tidak pernah memproklamirkan diri sebagai Imam, Khalifah, dsb. Sebutan ini mungkin disematkan setelah syahidnya Zaid bin Ali Zainal Abidin, bin Husein sayyidus syuhada, bin Ali bin Abi Thalib. 


--" Kemudian mereka terpecah - belah dalam urusan ( agama )  nya menjadi beberapa golongan.  Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka  ( masing-masing) :  Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan nya sampai waktu yang ditentukan". ( Al Qur"an ) 


Diperkirakan  sebutan ini ditempelkan bani Umayyah, guna menjustifikasi dan membenarkan tindakan mereka, dan mencari legitimasi dari dunia Islam, dengan mem -framing, Sunni - Syiah. 


Padahal, bani Umayyah tidak ada hubungan dengan Sunni maupun Syiah, kepentingan mereka semata - mata :"Kekuasaan"  


Untuk kekuasaan ini, mereka menggunakan segala cara, sarana dan prasarana. Termasuk mencari pembenaran lewat Nash Qur"an, jika diperlukan.  Itulah mungkin kita temukan ada beberapa hadist yang "agak Janggal" ketika dibaca dan disimak, kemudian difikirkan dengan seksama.  


Bani Umayyah adalah kelompok besar Islam yang dikenal dengan "Kaum Nashibi" pasca ditinggal "Muawiyah bin Abi Sufyan " pendiri Daulah Umayyah ini.


 "Nashibi" adalah sebutan bagi mereka, pembenci keturunan Nabi, khususnya keturunan Ali bin Abi Thalib, yang dianggap sebagai algojo karena banyak mengirim tokoh dan leluhur mereka ke neraka, dengan "Zulfikar" nya, dalam banyak peperangan melawan "Kuffar Quraisy Mekkah"  ( Baca Sejarah  ) 


Bani Umayyah berlindung di balik jubah "Khilafah" , sebagaimana kelompok lainya yang tidak memiliki kekuasaan seperti mereka, tak mampu memperoleh legitimasi sebagaimana bani Umayyah, yang menguasai "kekuasaan dan Informasi" dua senjata yang sangat ampuh membentuk opini publik, sampai hari ini. 


Itulah penyebab, mengapa mereka keberatan disebut " Nashibi" karena tuduhan ini mereka yang ciptakan untuk selain mereka, dengan konsep "lempar batu, sembunyi tangan".  


    --,"Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak - anak kepada mereka   itu ( berarti ) bahwa :  Kami segera memberikan kebaikan -kebaikan kepada mereka ?  (tidak)  tetapi mereka tidak menyadari nya. :  Sungguh orang - orang yang  karena  takut azab Tuhan nya , mereka sangat ber hati - hati,"--  ( QS. 23. Al Muminun :  52  sd  57  )  --  



Simak penjelasan tentang Nashibi
Kaitannya dengan peristiwa 10 Muharram 
Hari Asyura dan Karbala 



Naiknya Hisyam bin Abdul Malik, : tahun ( 720- 724 M )

Dan situasi dunia Islam, 

Setelah wafatnya, Yazid III, bin Abdul-Malik (720- 724 M), kekuasaan bani Umayyah dilanjutkan oleh sepupunya, Hisyam bin Abdul Malik,  naik tahta pada, 724 Masehi. 


Hisyam ini keturunan Yahya bin Al Hakam, bukan keturunan Marwan, 


     Kerusuhan yang meletus di zaman sebelumnya, terus berlanjut hingga masa pemerintahan berikutnya ini, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Pergolakan ummat  menentang kezaliman penguasa dari dinasty Umayyah terjadi dimana - mana saat itu. Kerusuhan dan kekacauan hampir merata disemua negeri. 

Dizaman inilah terjadi perlawanan Ahl Baith Nabi, 

Dipimpin oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin, bin Husein, bin Ali bin ABi Thalib.

    Setelah berlangsung perang dua hari antara pasukan Zaid yang berjumlah sedikit dengan pasukan Umawi, sebuah anak panah menancap mengenai dahinya dan karenanya ia gugur sebagai syahid.

 

       Para pengikut Zaid menguburkan jasadnya tengah malam guna menghindari dari kelakuan buruk musuh, namun musuh mengetahui hal itu. 


      Dan musuh yaitu Para pengikut Umawi mengeluarkan jasad Zaid dari kubur nya memisah kepala Zaid dari tubuhnya, kemudian kepala itu dikirim ke hadapan "Hisyam bin Abdul Malik" di Syam, dan tubuh nya digantung di tengah jalan di kota Damaskus 

 

Setelah mayatnya dibongkar dan dikeluarkan tadi, ......


Hisham bin Abdul Malik menggantung mayat Zaid bin Ali bin Husein, dan dibiarkan mengering selama bertahun-tahun di gerbang kota Damaskus, hingga Hisyam bin Abdul Malik sendiri berakhir hidupnya,


Pada masa ini muncul satu kekuatan baru yang dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim ( kalangan keluarga Bani Abbas ) yang didukung oleh golongan mawali.


Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi dari berbagai penjuru ini semakin kuat, sehingga tidak berhasil dipadamkannya.


Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat,


     Khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi, dan itu menjadi titik akhir kekuasaan bani Umayyah Fase pertama di Timur, dengan ibu kota Damaskus Syam ini. 


    "Dan mereka berkata: 

   "Ya, Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin- pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar" ( QS. al-Ahzab 33: 67 )



Pecahan 
Keluarga Ahl Baith Nabi Keturunan Ali dengan Sayyidah Zahra


 Tokoh oposisi bani Umayyah dari keluarga Nabi : 


Zaid bin Ali Zainal Abidin, bin Husein Sayyidus Syuhada,

Dizaman kekuasaan Hisyam bin Abdul Malik , 106-126 H / 724-743 M 

Lahir     :  Antara tahun 75 H/694 atau 80 H/699,  

Syahid  :  Antara tahun 120 H/738 atau 122 H/740 -

Umur    :  42 tahun


>> Saudara - saudara satu ayah : 


1. Muhammad al-Baqir, 2. Abdullah al-Bahir, 3. al-Hasan, 4. al-Husain al-Akbar,  5. Al-Husain al-Asghar, 6. Abdurrahman, 7. Sulaiman, 8. Muhammad al-Asghar atau Qaim, 9. Umar al-Asyraf, 10. Ali, 


>> Sepupu kedua dari:


1. Muhammad bin Hasan al-Mutsanna (Leluhur: Imam Abul Hasan Asy-Syadzili

2. Abdullah al-Mahdi al-Kamil bin Hasan al-Mutsanna , beliau merupakan : 

(Leluhur: Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Idrisiyyah, Bani Qatadah, Dinasti Hasyimi Yordania, Dinasti Alawi dan Sa'adi Maroko, Dinasti Al Mutawakkil Yaman, Ukhaidir di Najd )

 

 ----------------


Revolusi Zaid bin Ali "Ahl Baith Nabi" ,  

Lahir : 75/80 H - 120 H /  Syahid : 738 - 740 M

Beliau adalah cucu Husein Sayyidus Syuhada, 


           Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab:زید بن علی بن الحسین بن علی بن ابی طالب), yang bergelar Zaid al-Syahid, adalah salah seorang dari anak keturunan Ali Zainal Abidin  dan termasuk dari kerabat Muhammad Al Baqir dan Jafar As Shadiq .

Dia lahir di Madinah dan Syahid di Kufah, riwayat lain di Yordania.

        Zaid memiliki gaya tersendiri dalam bacaan Alquran. 

    Dia menyeru masyarakat untuk mengikuti kitab suci Alquran serta berjihad melawan para penindas dan melindungi orang-orang yang terlantar serta menolong orang-orang yang tidak mampu.[2]

 

       Zaid bangkit pada saat Yusuf bin Umar menjadi gubernur di kota Kufah.


    Zaid putra As Sajjad . Sedangkan nama ibu tercintanya telah dicatat dengan beragam nama diantaranya: Jida (jaida), Jid, Haidan, dan Haura. Selain Zaid, ia juga melahirkan putra putri yang lainnya dari Ali Zainal Abidin As Sajjad seperti: Ali, Umar dan Khadijah.


     Menurut pendapat masyhur dia berumur 42 tahun ketika syahid . Mengenai tahun kelahirannya antara Tahun 75, -80 Hijriah . Dia lahir di kota Madinah


Adapun berkenaan dengan tahun kesyahidannya antara 120 H/738 - 122 H/740  

 






 Kebangkitan Zaid bin Ali ,

Sekitar 60 tahun setelah peristiwa fenomenal Karbala  : 680 M - 60 H


      Dipicu oleh banyak faktor seperti : berbagai kezaliman Bani Umayyah kepada masyarakat, perbedaan pendapat antara dia dan Abdullah bin Hasan  mengenai pewakafan Ali ayahnya di Madinah yang menyebabkan arbitrasi Khalid bin Abdul Malik, pergerakan-pergerakan yang terjadi setelahnya, [29] 


     Faktor lain berupa penghinaan kepada keluarga Zaid, pada kunjungan-kunjungan Zaid ke Syam dan sikap kurang bersahabat Hisyam bin Abdul Malik kepadanya , di depan para petugas istana. Tuduhan-tuduhan penggelapan harta kepada Zaid, dan motifasi-motifasi lainnya, satu sama lain bergabung memotivasi sosok pribadi seperti Zaid yang secara mendasar untuk bangkit menentang kezaliman dengan bertumpu pada baiat 15000 orang-orang sekitar Irak


     Selama 10 bulan di Kufah dan Basrah ia menyeru masyarakat secara sembunyi- sembunyi untuk bangkit dan berbaiat kepada dirinya. Dilaporkan bahwa selama masa ini ada 50.000 warga Irak  memberikan baiat kepada Zaid.  


     Dikatakan bahwa Zaid mengirim sepucuk surat kepada Abu Hanifah dan mengajaknya untuk memberikan bantuan kepadanya serta berjihad melawan pemerintahan Bani Umayyah. 


       Abu Hanifah juga mengirim bantuan finansial kepada Zaid dan dengan fasilitas-fasilitasnya ia membantu Zaid.


Zaid bangkit pada malam Rabu 1 Shafar tahun 122 H/740 M


        Pada awalnya kebangkitan ini akan diadakan lebih lambat dari tanggal yang tertulis di atas, namun dengan terbunuhnya dua orang dari para penolongnya dan ada kemungkinan mereka diserang pada malam hari, akhirnya kebangkitan itu terjadi pada tanggal tersebut. 


   Gubernur Kufah yang telah mendapat kabar akan kebangkitan Zaid mengumpulkan masyarkat di Masjid Kufah dan dengan mengunci pintu-pintunya secara praktis memenjara mereka di dalamnya supaya mereka tidak dapat bergabung dengan pasukan Zaid. 


        Oleh karenanya, dari 50.000 orang yang telah berbaiat kepada Zaid, hanya ada 280 orang dan menurut sebuah penukilan 300 orang mampu melindunginya.

 

Slogan para pasukan Zaid adalah:" Ya Manshur, Amit ".

 

      Setelah berlangsung perang dua hari antara pasukan Zaid yang berjumlah sedikit dengan pasukan Umawi, sebuah anak panah menancap mengenai dahinya dan karenanya ia gugur sebagai syahid.

 

       Para pengikut Zaid menguburkan jasadnya tengah malam guna menghindari dari kelakuan buruk musuh, namun musuh mengetahui hal itu. 


      Dan musuh yaitu Para pengikut Umawi mengeluarkan jasad Zaid dari kuburnya memisah kepala Zaid dari tubuhnya, kemudian kepala itu dikirim ke hadapan "Hisyam bin Abdul Malik" di Syam dan tubuhnya digantung di tengah jalan.

 

Dinukilkan, setelah dari Syam kepala Zaid itu dikirim ke Mesir.


      Di Mesir ada sebuah bangunan dinisbatkan kepada kepala Zaid.


   Namun tubuhnya masih tetap tergantung sampai hari kematian Hisyam dan setelah itu atas perintah "Walid bin Yazid " penguasa Umayyah selanjutnya, jasad tersebut diturukan dari gantungan, kemudian dibakar dan abunya ditebarkan dan beterbangan  tertiup angin.


         Sebagian lain mengatakan, Ia dimakamkan di al-KarakYordania. Namun ada juga yang berpendapat beliau di makamkan di Khurasan. Dalam beberapa sumber ia didukung oleh salah satu Imam Madzhab pertama yakni, Imam Abu Hanifah.

 


Ahl Baith Nabi dalam kitab klasik



Anak Keturunan Zaid  bin Ali Zainal Abidin,

 bin Husein, bin Ali bin Abi Thalib dari istri  Sayyidah Zahra  : 


1. Yahya bin Zaid : Setelah ayahnya, ia bangkit di Sabziwar dan syahid di Jauzijan Afganistan.


2. Husain bin Zaid : yang Masyhur dengan julukan "Husain Dzu al-Dam'ah", gelar ini diberikan kepadanya karena dia sering bersedih dan banyak menangisi kesyahidan ayahnya.


3. Muhammad bin Zaid : menjadi Salah seorang sahabat Jafar  Shadiq


4. Isa bin Zaid : Dia setelah menjalani kehidupannya secara sembunyi-sembunyi, di usianya yang ke 60 meninggal di Kufah. ]Menurut beberapa laporan dikatakan bahwa dia juga termasuk salah satu dari sahabat Jafar Shadiq  Keturunan Zaid terus berlanjut himgga hari ini melalui tiga orang putranya,:  

1. Isa bin Zaid bin Ali Hasyimi 

2. Muhammad  bin Zaid bin Ali Hasyimi , dan 

3. Husain bin Zaid bin Ali Hasyimi .



Sekte Zaidiyah :


Sepeninggal beliau, beberapa pengikut setianya menjadikan beliau sebagai Imam, dikenal dalam sejarah sebagai aliran "Syiah Zaidiyah", hingga saat ini dalam dunia Islam.

Tunggu dulu, jangan keburu alergi ketika mendengar kata “Syiah” 

  Apa sebetulnya arti dan makna kata ini?  Inilah penjelasan para ahlinya :


         Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji). Jadi bisa disimpulkan bahwa pengikut Umawi dari Muawiyah juga disebut : " Syi"ah Muawiyah" atau "Syi"ah Umayyah"  Benar apa yang dikatakan Gus Dur, :" Sunni adalah Syi"ah tanpa Imamah, dan Syi"ah adalah Sunni plus Imamah " 

 

Adapun menurut terminologi syariat, 


Syi’ah bermakna: Mereka yang menyatakan mendukung Ali bin Abu Thalib dan ajarannya, secara turun temurun dari keturunan putra Sayyidah Zahra binti Rasullullah atau dikenal dengan “Ahlul Baitin Nabi” Ahl Baith Rasullullah hingga hari ini  - ( Dari kitab : Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm, Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani) -

 

Bersambung Klik >> : 

Baca dari Awal >>    : Daulah Umayyah I, Muawiyah 


-------

Referensi :


^Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr, tahkik: Ali Muhammad Bijawi, Beirut, Dar al-Jail, cet. 1, 1412/1992.

^Al-Akhbār al-Thiwāl, Abu Hanidah Ahmad bin Dawud Dainawari (w. 282), tahkik Abdul Mun'im Amir Jamaluddin Syaya, Qum, Mansyurat Radhi, 1368 S.

^Ishābah fi Tamiz al-Sahābah, Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, (w. 852), tahkik Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Mu'awwidh, Beirut, Dar al-Kitab Ilmiyah, cet. 1, 1415/1995.

^Usdul Ghābah fi Ma'rifah al-Sahābah, Izauddin bin Atsir Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Jaziri (w. 630), Beirut, Dar al-Fikr, 1409/1989.

^I'lām Qamus Tarājim li Syahr al-Rijāl wa al-Nisa min al-Arab wa al-Musta'rabain wa Mustasyriqin, Khairuddin Zarkali (w. 1396), Bairut, Dar al-Ilm lil Malamin, cet. 3, 1989.

^Al-Imāmah wa al-Siyāsah al-Ma'ruf bitarikh al-Khulafā, Abu Muhammad Abdullah bin Muslim Ibnu Qutaibah al-Dainawari (w. 276), Tahkik Ali Syiri, Beirut, Dar al-Adhwa, cet. 1, 1990/1910.

^Al-Inba fi Tārikh al-Khulafā, Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Ma'ruf Imrani (w. 580), tahkik Qasim Samarai, Al-Qahirah, Dar al-Afaq al-Arabiyah, cet. 1, 2001/1421.

^Al-Muntadham fi Tārikh al-Umam wa al-Muluk, Abul Faraj Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad bin al-Jauzi, (w. 597), tahkik Muhammad Abdul Qadir Atha wa Mustafa Abdul Qadir Atha, Beirut, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, cet. 1, 1412/1992.

^Al-Thabaqāt al-Kubrā, Muhammad bin Sa'ad bin Muni' al-Hasyimi al-Basri (w. 230), tahkik Muhammad Abdul Qadir Atha, Beirut, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, cet. 1, 1410/1990.

^Al-Bada wa al-Tārikh Muthāhhat bin Thahir al-Muqadasi (w.507), Bur Sa'id, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyyah, tanpa tahun.

^ Hodgson, Marshall G.S.; The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia; Jilid Pertama: Masa Klasik Islam; Buku Pertama: Lahirnya Sebuah Tatanan Baru. Jakarta: Paramadina, 1999. ISBN 979-8321-32-4

^ Kitab Taarikh Abil Fida’ Al Musamma Al-Mukhtashar fi Akhbaril Basyar, Juz 1 hlm. 265. ^ ^ Britannica Encyclopedia, Battle of Karbalāʾ

^Abu al-Faraj Isfahani, Ali bin Husain. Maqatil al-Thalibiyin. Peneliti: Ahmad Shaqar. Beirut: Dar al-Ma'rifah.

^Bruklaman, Karl. Tarikh al-Adab al-Arabi. Pengaraban: Abdul Halim Najjar. Qom: Dar al-Kutub al-Islami.

^Al-Hilli, Hasan bin Yusuf, (W.726). Rijal Allamah Hilli. Najaf Asyraf: Dar al-Dzakhair, cet. II, 1411 H.

^Ibnu Imad, Abdul Hay bin Ahmad, Syadzarat al-Dzahab fi Akhbar min Dzahab. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

^Ibnu Atsir, Ali bin Muhammad. Al-Kamil fi Tarikh. Beirut: Dar Shar.

^Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Ali. Al-Muntazam fi Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Diteliti oleh Muhammad Abdul Qadir Atha. Diedit oleh Naim Zarruz. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

^Ibnu Sa'ad, Muhammad. Al-Thabaqat al-Kubra. Peneliti: Muhammad Abdul Qadir Atha. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

^Al-Khu'i, Abul Qasim. Mu'jam Rijal al-Hadits wa Tafshilu Thabaqat al-Ruwat. Qom: Pusat penerbitan al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1414 H.

^Ridhavi Ardakani, Sayid Abu Fadhil. Syahshiat wa Qiyame Zaid bin Ali. Qom: Kantor penerbitan Islami, cet. II, Tanpa tanggal.

^Shabiri, Husain. Tarikh Firaq Islami. Tehran: Samt, 1426 H.

^Shaduq. Amali'. Penerbitan perpustakaan Islamiyah, 1404 H.

^Shaduq. Uyun Akhbar al-Ridha. Penerbitan Jahan, 1378 H.

^Syablanji, Mu'min bin Hasan. Nur al-Abshar fi Manaqib Alu Bait al-Nabi al-Mukhtar Saw. Qom: Al-Syarif Al-Radhi.

^ I'tiqad Ibnu 'Asakir

^ Rabbani Ghulpaigani, Ali, Firaq wa Mazahib Islami, hlm.99

^ "Mengenal Zaid bin Ali, pendiri Mazhab Zaidiyyah".

^ Keturunan Ali Zainal Abidin. Naqobatul Asyraf

:a"Imam Abu Hanifah (5): Pemberontakkan Zaid bin Ali – Gana Islamika"

1. ^ "Genealogy Descendants Report"freepages.rootsweb.com. Diakses tanggal 2021-01-15.

2. ^ al-Isfahani, Abul Faraj. Maqatil al-Thalibiyyin. hlm. 141.

3. ^ Najeebabadi, Akbar Shah. The History Of Islam; Volume Two. Riyadh: Darussalam. hlm. 229–230.