Rabu, 24 Maret 2021

Berhala - Berhala, Vs , Keyakinan Tauhid .Bag.III.

Masih seputar telaah agama dan Sesembahan Manusia, 

By SAY Qadrie

Bagian Ketiga, (terakhir)


Titian Shirat dan Neraka - Ilustrasi 



3. Berhala berbentuk persepsi


--," Dan sungguh  ( agama tauhid ) inilah agama kamu, agama yang satu,  dan Aku adalah Tuhan mu, maka bertaqwalah kepada Ku,"--  


 --" Kemudian mereka terpecah - belah dalam urusan ( agama )  nya menjadi beberapa golongan.  Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka  ( masing-masing) :  Maka biarkanlah mereka dalam kesesatan nya sampai waktu yang ditentukan. 


--,"Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak - anak kepada mereka   itu ( berarti ) bahwa :  Kami segera memberikan kebaikan -kebaikan kepada mereka ?  (tidak)  tetapi mereka tidak menyadari nya. :  Sungguh orang - orang yang  karena  takut azab Tuhan nya , mereka sangat ber hati - hati,"--  ( QS. 23. Al Muminun :  52  sd  57  )  --  


 "Maka Allah meng - ilhamkan kepada jiwa itu, jalan kefasikan dan ketaqwaannya.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori nya" ( QS. Asy Syam, 8,9,10 )



Kini sampailah kita pada pembahasan inti, 


       Tentang Berhala ini, yaitu berhala dalam bentuk persepsi, dalam bentuk tak kasat mata, tak bisa dilihat, diraba, di indera. 

          Dari semua berhala, sebetulnya berhala inilah yang paling berbahaya. 

Kenapa? 

     Karena penyembah berhala ini tidak menyadari bahwa Ia bukannya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, tapi sudah menggeser keyakinan tauhid nya kepada berhala yang diciptakan oleh jiwa, Nafs, yang sudah mengendalikan  jasad nya, fikiran nya, dan perilaku nya.  


Tokoh pencetus penyembah berhala ini adalah Iblis. 


        Iblis, karena merasa diciptakan dari Api, lebih dulu menyembah Allah, ber ilmu  tinggi, senior, dekat dengan para malaikat, dan hidup di sorga, : maka Iblis "merasa" bahwa  Ia lebih mulia dari Adam. Sesat fikir ini menyebabkan Iblis dikutuk, diusir dari sorga Allah, dan dipastikan bahwa tempat kembalinya adalah Neraka. 


       Jangan lupakan : bahwa Iblis, sudah berjanji dihadapan Allah, bahwa Ia akan menyesatkan anak - anak Adam, yang jadi musuh bebuyutan nya, karena dianggap penyebab  dan pembuat gara- gara, hingga Ia dikutuk dan diusir dari sorga. 


      Korban pertama dari Iblis itu sendiri, adalah Adam, yang karena terperdaya Iblis, memakan buah larangan Khuldi, yang dilarang Allah. 

Apa yang dijanjikan Iblis hingga Adam berhasil diperdaya olehnya?  Harapan !

" Jika memakan buah itu, Adam akan hidup kekal dan tinggal kekal selamanya di sorga".


 Harapan ya harapan !.

         Dengan harapan, Iblis berhasil menipu Adam. Harapan adalah keinginan yang belum terwujud. Harapan bisa berbentuk : 

      Kedudukan, jabatan,  harta, hewan ternak, sawah ladang, tanah lahan ribuan hektare, bahkan pengakuan kelompok,    ingin dikenal, berbuat dengan niat tersembunyi, ingin mewariskan kepada anak cucunya, ingin dipuji, ingin terkenal, dan segala bentuk kemuliaan yang  ingin diraih dan dicapai dengan segala cara, ( Biasanya disebut ambisi, ) yang kesemua ini dikendalikan oleh Jiwa, Nafs, berkolaborasi dengan jasad, bukan lagi oleh Akal dan Hati nya. 





3.1. Merasa paling benar


   "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori nya" ( QS. Asy Syam, 8,9,10 )


Berhala fikiran yang pertama adalah : Merasa paling benar


      Ide ini muncul dari sifat egosentris, ke aku an, merasa lebih, merasa cukup, merasa pintar, merasa terhormat, merasa diatas rata - rata, merasa berpendidikan tinggi, punya gelar sederet, merasa kaya, banyak harta, dsb. Celah ini adalah sisi paling rentan di susupi  Iblis.


     Ketika pertahanan Akal dan hati melemah, maka Iblis akan menerobos masuk kesisi jiwa manusia. Karena jiwa manusia dianugerahi memilih jalan, kebaikan atau kefasikan. 


    Jika Iblis berhasil mempengaruhi jiwa manusia ini, sikap yang akan muncul  berikutnya adalah memandang remeh orang lain, merasa lebih alim, menepuk dada, sinis kepada orang lain, menghina, dan perilaku negatif lain nya. 


      Hati-hatilah, jangan sampai kita menciptakan berhala dalam tengkorak kepala, dan tak dapat disembuhkan, kecuali oleh diri kita sendiri. 

Astagfirullah,!





3.2. Kagum akan Ketokohan


"Dan mereka berkata: Ya, Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin- pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar" ( QS. al-Ahzab 33: 67 )


     Berhala yang ini terbentuk karena melihat dan mendengar, baik melihat langsung, atau melihat dengan membaca literatur, membaca  sejarah nya, biografi, sepak terjang tokoh yang dikagumi ini. 


      Yang paling berbahaya, ketokohan ini jika didukung Nash - Nash   kitab suci yang di maknai, ditafsirkan untuk kepentingan sang tokoh, dan diperkuat hadist - hadist sabda Nabi -Nabi, yang bisa jadi, diriwayatkan terkemudian, yang Nabi - Nabi itu sendiri sebetulnya  tidak pernah mengucapkannya, - lalu perkataan itu ditempelkan, dilekatkan kepada sang Nabi tadi, sesuai pesanan si penguasa pada zaman nya,-  


Jadilah sang tokoh ini idola nomor satu,

      Menjadi  manusia suci, tak mungkin berbuat kesalahan, bahkan lebih suci dari sang Nabi itu sendiri. Jika kita baca secara teliti, kita akan temukan, bahkan dari sumber Quran langsung, bahwa Nabi, pernah bersikap sinis kepada seorang buta yang datang kepada beliau, Abdullah bin Umi Maktum, dalam surah Abasa Wa tawalla.


 Pertanyaanya, : mungkinkah seorang Muhammad sang Nabi, bersikap demikian? 


Nash Quran tidak mungkin salah. 


     Akan tetapi, mungkin perlu ditelaah ulang penafsiran dan makna yang dikandung sebenar nya, asbabun nuzul nya, maksudnya, tujuannya,  termasuk siapa- siapa yang hadir di majlis Rasul, ketika ayat mulia tersebut diturunkan?

 Bagaimana jika ternyata, bukan Nabi yang ditegor dan dimaksud ayat itu? 


        Bukankah dalam majlis itu ada beberapa orang lain? Bagaimana jika ternyata, yang dimaksud salah satu dari : Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, al-‘Abbas bin Abdul Muththolib, Umayyah bin Kholaf, atau,  al-Walid bin al-Mughirah, riwayat lain hadir juga : Usman Ibn Affan, ?


     Rasanya agak mustahil, seorang Rasul yang sangat mulia, Insan Kamil, melakukan  hal seperti yang di tafsirkan dalam surah itu? 

Bagaimana menurut anda? 


      Sebagaimana Adagium, :" Sejarah ditulis oleh pemenang", atau, "Sejarah adalah kumpulan kebohongan - kebohongan yang di bukukan," maka kita juga harus memahami,  bahwa Hitler, Mussolini, Jp Coen, Deandles, Raja Putih Brooke di Sarawak, bahkan para kaisar China, Hulagu khan, Jengis khan, hingga Syah Reza Pahlevi penguasa Sasanid terakhir,- :  

Sejarahnya ditulis dengan tinta emas oleh  pendukungnya


Lalu mengapa Rasullullah, 

Tidak dimuliakan dengan menelaah ulang penafsiran Surah Abasa?


       Jika kita mengagumi dan menokohkan Muhammad sang Nabi dan Rasul, itu adalah keniscayaan, karena Allah sendiri, Dzat  yang maha suci dan maha tinggi  memuliakan beliau, dengan memerintahkan agar Manusia, Jin, dan Malaikat bershalawat kepada Muhammad. Saw. 


     Akan tetapi, jika kita menyucikan manusia selain Muhammad, sampai pada tingkatan melebihi kesucian dan kebenaran Muhammad Sang Rasul, maka kita perlu berfikir mandalam, jangan - jangan, kita mengenal dan menyembah Tuhan, : Tapi bukan Tuhan nya Muhammad,? 

Astagfirullah hal adzim,! 

Semoga Allah membimbing kita semua, agar tidak menciptakan berhala baru dalam keyakinan Tauhid kita. 





3.3. Ragu dalam ketauhidan


--" Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan nya.”-- (QS.Al-Muddatstsir:38)

--"Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhan mu dan takutlah pada hari yang ketika itu seorang bapak tidak dapat menolong anak nya, Dan seorang anak tidak dapat menolong bapak nya sedikitpun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali - kali kamu terperdaya oleh kehidupan dunia dan jangan sampai kamu terperdaya oleh penipu dalam menaati Allah,"--. ( QS.Lukman, 31 : 33 )


       Berhala berikutnya adalah ragu dalam ketauhidan. Ragu memurnikan keyakinan kepada Tuhan Esa, Tuhan Tunggal, dan ragu dalam mengikuti arahan dari Nya, tentu saja dalam hal ini  lewat para Nabi dan Rasul Nya. 


Nash Quran memang tak diragukan sumbernya dari Allah Azza Wajalla. 


       Akan tetapi, untuk menafsirkan, menjelaskan, memberikan makna, menerapkan nya,  mengaplikasikan , mencontohkan,:  Allah mempercayakan kepada Muhammad sebagai Rasul dan Utusan Nya. Sehingga, apa saja perkataan, perbuatan, perilaku, Nabi Muhammad, tidak pernah lepas dari tuntunan Qurani.  Bukan begitu?

Jawabanya : Memang harus begitu,!


        Karena Muhammad sang Nabi diutus untuk Rahmatan Lil Alamin, maka tidak  mungkin beliau meng acuhkan kedatangan seorang buta yang miskin, Abdullah bin Umi Maktum,!


     Karena semua ucapan, perbuatan, diam nya, berdasarkan tuntunan wahyu Tuhan, tidak mungkin Muhammad tidak berwasiat kepada keluarga atau kaum kerabat nya, sebelum beliau menutup mata. Karena anjuran berwasiat sebelum wafat, disebut dengan jelas dalam Nash Quran. 

Pertanyaan kita sekarang, kembali kepada umatnya. 

Bukan kepada Muhammad Rasullullah.

      Umat yang ditinggalkan Nabi Muhammad ketika beliau wafat, adalah umat yang dibentuk oleh ajarannya, selama 23 tahun, umat ini dikenal dengan umat Islam, pemeluk agama Tauhid terakhir, dengan kitab suci Al Quran. 

Umat itu, sekarang berusia 1400 tahun lebih. 


    Meragukan, mempertanyakan, mendebat, memperselisihkan, bahkan menyembunyikan  apa yang diajarkan, dikatakan atau tidak dikatakan, di wasiatkan, oleh nabi Muhammad,   menjadi tanggung jawab umat di zaman itu.

 Kenapa? 

Karena beliau sudah wafat. 


         Disisi lain, kita juga tahu, bahwa Al Quran baru dibukukan di zaman Khalifah  Usman. Khalifah Rasyidin ketiga, setelah periode Khalifah  Abubakar dan Khalifah Umar.  Bahkan Hadist baru mulai dikumpulkan setelah 85 tahun, sekitar tahun 717M, setelah  ditinggalkan wafat (632 M) oleh Rasul. Atau memasuki  abad kedua, 200 tahun dari masa Hijrahnya Rasullullah. Dan baru selesai seratus tahun kemudian, sekitar  abad ke 3.


       Jika kita mengaku bertauhid, mengakui Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad sebagai Rasul Nya, maka wajib bagi kita mengikuti ajaran, pesan, nasehat, perilaku, perbuatan, diam nya, dan segala yang ditinggalkan nya, dengan patuh tanpa reserve, tanpa tanya, tanpa mendebat, tanpa membantah, tanpa meragukan apa yang bersumber dari beliau. 


Kenapa? 

     Karena hanya beliau yang dijamin 100% pasti benar. Kecuali kita memang belajar dan mengambil teladan dari bani Israel, yang mendebat Nabinya ( Musa ) dan membuat berhala anak sapi, hanya karena mendengar bahwa Musa akan meninggalkan mereka selama 40 hari? 


    Dan sungguh, di antara mereka niscaya ada segolongan yang memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab, agar kamu menyangka ( yang mereka baca dan tafsirkan ) itu sebagian dari Kitab, padahal itu bukan dari Kitab dan mereka berkata, “Itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah,   padahal mereka mengetahui.(QS.Ali Imran : 78 ) 


     "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai - berai kembali.  Kamu menjadikan sumpah  (  perjanjian mu ) sebagai alat penipu diantara mu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlah nya dari golongan yang lain.  Allah hanya menguji kamu dengan hal itu.  Dan pasti, pada hari kiamat akan dijelaskan Nya kepada mu apa yang  dahulu kamu perselisihkan itu"( QS. An Nahl, 16 : 92 ) 





3.4. Takut mengikuti  kebenaran


      "Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia. Dan Ibrahim berkata: ( Dan saya mohon kedudukan  imam itu ) dari keturunan ku. Dia berfirman: Janji ku (ini) tidak termasuk orang yang zalim".( QS. al-Baqarah 2: 124 ) 


    "Kami telah menjadikan mereka para imam ( keturunan Ibrahim ) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan solat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah". ( QS. al-Anbiya' 21: 73) 


      Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang - orang yang telah diberikan kitab, kecuali sesudah datang  kepada mereka "rasa kedengkian diantara mereka". ( QS Ali Imran :  19 )

 

      Katakanlah " Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku ( Muhammad ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa -dosamu  ( QS Ali Imran : 31 )

 

    Katakanlah" Ta"atilah Allah dan Rasul Nya, : Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang - orang "kafir" ( Ingkar )  ( QS Ali Imran : 32 )

 

    Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, dan Keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran, melebihi segala Ummat ( dimasa mereka masing - masing )  ( QS Ali Imran : 33 )

 

       Sebagai satu keturunan, yang sebagian nya merupakan bagian dari keturunan sebelumnya, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui  ( QS Ali Imran : 34 ) 


      Mengikuti kebenaran memang bukan hal yang mudah. Sepanjang sejarah, para pengikut kebenaran mengalami persekusi, penyiksaan, di tangkap, di penjara, di bunuh, di salib, di bakar, di kucilkan, di musuhi, dan perlakuan yang tidak menyenangkan lainnya.


     Para pengikut Nabi Nuh, adalah orang - orang yang tersisih dari masyarakatnya. Para Pengikut Nabi Ibrahim hanya sedikit , bahkan terbatas hanya istri, keluarga, dan anak - anak nya. Para pengikut Nabi Musa, terdiri dari kelas masyarakat tertindas, kaum proletar,  kaum budak di negeri Mesir, dibawah kekuasaan Firaun.


     Pengikut  Nabi Isa, yang setia  dan selamat hanya 12 Hawariyun, selebihnya tak begitu dikenal, bahkan ratusan tahun setelah Isa diangkat, para pengikut Tauhid ini, masih di siksa, di salib, di bakar, di bunuh, oleh kekaisaran Romawi. 


    Dan para pengikut awal Nabi Muhammad, "Ashabiqunal Awwalun", termasuk : Abdullah bin Ummi Maktum yang buta ini, bukanlah orang - orang yang terpandang dan terhormat dari kalangan bangsa Quraisy Mekkah. Mereka orang - orang yang hatinya bersih, jiwanya murni, sehingga mudah menerima agama ini. 


       Dari kalangan kaum kerabat beliau, ada Khadijah sang istri, Ali bin Abi Thalib, anak asuh Rasullullah yang saat itu berusia sekitar 10 atau 12 tahun, Fathimah Azzahra yang masih kecil, putri beliau, dan paman beliau, Abu Thalib, yang sampai wafat nya, menyembunyikan keimanannya dihadapan kaum Quraisy, demi melindungi keponakannya, sang Nabi Mulia. 


      Takut untuk mengikuti suatu kebenaran, adalah bentuk berhala dalam fikiran,

   yang menjadi penghalang bagi manusia untuk menerima suatu kebenaran, meskipun kebenaran itu jelas dan terang benderang, seperti agama baru yang dibawa Muhammad Rasullullah  kehadapan kaum kuffar Quraisy yang sebagian melupakan ajaran Nabi mereka, Ibrahim dan Ismail, dan menyembah berhala di sekitar Ka"bah. 


    Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.( QS.Ali Imran : 144 )





3.5. Bersama Mayoritas


      "Dan mereka berkata: Ya, Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin- pemimpin  dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar" ( QS. al-Ahzab 33: 67 )


    Bagian terakhir dari pembahasan kita adalah, 

         Pilihan manusia yang cenderung bersama mayoritas. Karena manusia mahluk sosial, maka semua manusia cenderung hidup berkelompok. Ada semacam ketakutan, ketika ia berbeda dengan yang lainnya. Ada semacam kegamangan, ketika dia di cap bukan bagian dari suatu kelompok  besar, mayoritas. 


      Akhirnya, mereka tidak lagi menjalankan konsep dasar akal,  logika, dan hati nurani, yang cenderung berfihak kepada kebenaran. Mereka kemudian memilih, bersama mayoritas, bukan lagi bersama kebenaran. Padahal manusia itu adalah mahluk yang hanif. Manusia dibekali Akal dan hati, yang cenderung mendekat kepada kebenaran mutlak, ya"ni Allah.

"Kenalilah kebenaran, kalian akan tahu siapa pendukung nya," 

  Bunyi pesan  Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib


        Inilah jawaban kenapa manusia membutuhkan agama, sama seperti mereka memerlukan makan dan minum, ( lihat sejarah agama-agama) 

Memilih kebenaran, akan menghadapi konsekwensi yang pahit. 

Sehingga banyak pertimbangan yang akan menentukan manusia, apakah memilih kebenaran, atau memilih diam. 


Salah satu putra Nabi Yaqub, adalah contoh bagaimana memilih diam,: 


      Dan tetap bersama 9 saudaranya yang lain, dengan menyembunyikan kebenaran, bahwa Yusuf, tidak dimakan oleh srigala, tapi mereka jual, mereka buang, jauh kenegri Mesir sana. Maksud awal mereka hanya agar ketika Yusuf tidak lagi ada ditengah mereka, kasih sayang dan perhatian Nabi Yaqub akan berpaling kepada mereka semua. 


         Kebenaran yang mereka sembunyikan ini, bertahan hingga lebih dari 30 tahun kemudian, ketika mereka menghadap Yusuf ( yang saat itu menjadi Bendahara Mesir ) pun, belum mereka akui. Bahkan mereka belum bertobat, dan meminta ampun kepada Allah, karena perbuatan mereka yang begitu kejam dan jahatnya, terhadap saudara mereka sendiri, meski berbeda ibu. 


Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka ( Bani Israil ) berkatalah Dia :

        " Siapakah yang akan menjadi penolong - penolong ku untuk menegakkan Agama Allah,?" Para Hawariyyin menjawab, ( 12 murid setia nya ) :" Kamilah penolong- penolong agama Allah, Kami beriman kepada Allah,: Dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang - orang yang berserah diri,"  (Qs. Ali Imran : 3 : 52 ) 


Bersama mayoritas, belum tentu mesti bersama kebenaran.

Dan bersama kebenaran, bisa jadi harus siap menjadi minoritas,: 


      Tersisih, di fitnah, di hakimi, di kucilkan, di hapus dari catatan sejarah, tak dihargai, dianggap nyeleneh, di zalimi, menjadi kaum mustad"afin, di pinggirkan, : sebagaimana yang dialami keluarga Rasullullah pada peristiwa pemboikotan dan pengucilan di Syiib Abu Thalib oleh para Kuffar Quraisy,


     Begitu pula dengan mereka yang tidak hadir di Saqifah Bani Saidah, karena mereka sibuk menyempurnakan jenazah Sang Nabi, untuk memandikan, mengkafankan, mensholati, dan memakamkan jasad mulia ini.  Lalu, di manakah umatnya waktu itu? Pada saat yang sama, Umat Muhammad , sedang sibuk dan  berembug memikirkan siapa yang akan menjadi pemimpin umat, setelah Muhammad wafat,!


QS. Ali Imran : 103

        Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.( QS. Ali Imran : 103 ) 


Ngaji  Filsafat  Plato



Referensi ( Klik untuk membacanya ) :

2. Lagi tentang Abasa : Analisa