BAGIAN KE ENAM ;
SAUDARA DAN KETURUNAN YANG DITINGGALKAN,1857 - 1957 M 100 th
By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani
Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,
Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,
Catatan Pangeran Bendahara
Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M
SAUDARA DAN KETURUNAN YANG DITINGGALKAN.
Periode Tahun,: 1857 - 1957 M - 100 tahun Sepeninggal wafat Beliau.
Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Alkadri,
Gelar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram
Anak Keturunan, dari 3 istri yang tercatat :
1. Syarif Muhammad (Sei Purun) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah NUR, Makam Km 36. Sei Purun Besar. Mesjid IMADUDDIN. Keturunan ini ada di Pontianak, Singkawang, Mempawah, Sei Purun, Kalbar, dsk. Surabaya, Malang, Jakarta. Diketahui beliau anak Bungsu dari 17 bersaudara , Beliau diperkirakan hidup se Zaman dengan Sultan Syarif Hamid I, hingga Sultan Hamid II, karena zaman pembantaian Jepang di Borneo Barat, 1943 - 1945 M, beliau bersama keluarga sempat lari ke hutan paret Pa "oket hulu Sei Purun, bersembunyi selama 2 tahun, bersama istri, anak dan cucu nya, menyelamatkan nyawa dari "Pancungan Jepang".
2. Syed Mustafa (Serasan, Natuna) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah Fatimah. Makam beliau di Lereng Bukit Kepulauan Natuna dekat Tower Pemancar Radio RRI terdapat Pemakaman Tua dan bukan di Tawau Sabah Malaysia. Silsilah beliau tertulis: Syed Mustafa Brunei, istri Dayang Masgi, asal Serasan. Banyak keturunan ini.
3. Syarif Syirajuddiensyah ( Pangeran Sabamban ) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah Fatimah binti Pangeran Syarif ALi Sabamban, Gelar Pangeran diberikan oleh datuk beliau sebelah Ibu. Kelak menikahi Syarifah Nuswainah binti Yasin bin Ali Alidrus. Menurunkan Putra Syarif Abdullah bin Sirajudiensyah Al Kadri Banjar. Leluhur Syarif Hardiyansah, Kurniawansyah, Erfandiansyah, Jurnaliansyah, dll. Menetap di Bangka, Belitung, Pangkal Pinang, saat ini, 2024. Juga Syarif Ayub bin Sirajudiensyah, menurunkan Sayyid Sihabuddin bin Ayub, makam nya berdekatan dengan makam Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban.
4. Syarif Muhammad Nasir (Banjar) Bin Ibrahim Alkadri, Banyak keturunan ini di Banjar. Sudah di daftar oleh Wan Norliansyah Al Kadri Banjar
5. Syarif Salim ( Sambas ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.
6. Syarifah Syifa Binti Ibrahim Alkadri (Singapura) istri Ja, far Alkadri - Alamat terakhir : Nort Bridge Road, Singapore -- Keterangan dari Nenek wafat 1975.= dan Ayah Kami, wafat 13 Maret 2005 Wan Yahya
7. Syarif Jamalullail (Manggar) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan,
8. Syarif Ahmad Zein ( Kampung Arab ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.
9. Syarif Usman ( Sei Purun ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.
10. Syarif Thaha (Padang Tikar) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.
11. Syarif Hamdan (Sepok Laut) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.
12. Syarif Ahmad bin Ibrahim Paku Alam, ( Ibu Syarifah Nur ) ke Pulau Tujuh ( Keterangan dari Wan Yahya 1985, Allahyarham, 1921 - 2005 ) 84 tahun.
13. Syarifah Zam - Zam binti Ibrahim Al Kadri ( Ibu Syarifah Sifa ) Menikah dengan Wan Said tukang, menetap di Kampung Dalam Bugis. keturunan Panglima Mangku Syarif Ahmad Wan Daeng Tondreng Pontianak. Syarifah Zam Zam Asal Kampung Siantan Pontianak Utara.
4 nama dibawah adalah saudari nya :
14. Syarifah Seha Binti Ibrahim AlKadri Pontianak. Hidup dan Mukim di Kampung Siantan, sekitar 100 tahun silam. Abad 19 Masehi. Bersama saudari mereka berikut ini :
15. Syarifah Ketang Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan
16. Syarifah Locong Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan
17. Syarifah Fatimah Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan
Dikhawatirkan banyak keturunan ini disesatkan ke jalur : Ibrahim bin Abubakar bin Sultan Abdurrahman, disebabkan terbatasnya informasi yang mereka dapat mengenai Datuk Asli nya, :
"Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram"
SAUDARA BELIAU YANG MENETAP DI SEGERAM :
1. Syarif Abdurrahman Bin Abu Bakar, Panglima Laksamana Karang Tanjung, Adik Panglima Hitam. Menekuni ukir mengukir karang laut, berkebun dan bertani. Menetap di Segeram hingga wafatnya. Makam di Segeram
2. Syarif Jamalullail Bin Abu Bakar, Panglima Ribot, Junjung Buih, Adik. Menekuni dunia kelautan sebagai nelayan yang sangat handal, menetap di Segeram hingga wafat, makam Segeram , dan
3. Syarif Yusuf Bin Abu Bakar, "Ki Syauki Yusuf",: Yang kemudian dikenal sebagai Ulama Besar Pulau Tujuh abad ke 18, Menetap di Segeram. Beliau ini Adik Panglima Hitam Paku Alam Segeram, yang memilih melanjutkan misi Da"wah ayah nya, Tuan Abu, tadi.
Makam di Segeram, bersama putra beliau bernama Muhammad, dibawah ini : .
Syarif Muhammad, bin Yusuf kemudian berputra 2, :
1. Syarif Hasan, bin Muhammad, cucunya bernama Sayid Abdurrahman, Masih hidup 2024. Beliau pernah menjabat sebagai Camat di Ranai, Natuna, 2 periode
2. Syarif Hamid bin Muhammad, merantau ke Sarawak, hingga wafat nya.
Tku Syarif Hamid berputra 3, dan 2 putri : dari 2x menikah di Sarawak
1. Wan Dahlan bin Tku Hamid Al Kadri, Ibu Syarifah Maysum,Ummi Kulsum
2. Wan Abdurrahman Putra bin Tku Hamid Al Kadri, Ibu Mik binti Putit
3. Wan Ali bin Tku Hamid Al Kadri, Ibu Mik binti Putit, dan,
4. Syarifah Khalijah, dan
5. Syarifah Hafsah. dari Mik binti Putit
Menetap di Sarawak. Warga Negara Malaysia hingga hari ini, 2023.
2 orang Putra Syarif Yusuf yang lain, bernama :
1. Syarif Yahya, bin Yusuf Al Kadri, keturunan ini berlanjut
2. Syarif Qosim bin Yusuf Al Kadri, keturunan ini habis pada 2023.
1. Syarif Yahya bin Yusuf, lahiir Segeram, ada catatan bahwa beliau hidup di Banjar. Bergelar Syarif Yahya Maulana Al Kadri, yang menurunkan putra bernama : Syarif Abdullah, dipanggil Syarif Tue, karena anak pertama, Tua, Tue , Uwe ( Bahasa Pontianak ) lahir Segeram pada : 1802 M
Syarif Tue , Keturunan Yusuf ini yang kelak berlayar ke Bali menggunakan 4 armada kapal perang memasuki Kuala Perancak menyusuri Sungai Ijo Gading dan membuka wilayah baru dikenal dengan "Kampung Loloan", :
Di Negare. Jembrana. Bali Barat. Pulau Bali
Syarif Tue, Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Panglima Laksamana Satu Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, jadi :
-"Beliau bukan keturunan Sultan Abdurrahman Pontianak"-
BACA SELENGKAP NYA DISINI , KLIK >> :
SEGERAM : Setelah Tragedi Jepang,1943 - 1945 M
Hasil penelusuran Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri :
Dokumentasi tahun 1947 M
Sesuai Mandat Sultan Sehari, Syarif Thaha Bin Usman Alkadri,
Penelusuran di mulai setelah Tragedi Mandor Berdarah 26 Juni 1944 - 1947,
Peristiwa Mandor berdarah telah menewaskan Keluarga Alkadri tidak kurang dari 330 jiwa, bisa jadi lebih,
Beserta masyarakat lain nya keluarga Al Kadri, menjadi korban atas kekejaman Jepang dengan Kedok menumpas Pemberontak, karena itu Jepang dalam mata Dunia termasuk Kanibal Pembunuh Sadis berdarah dingin yang melakukan genosida, mengakibatkan hilangnya satu generasi AlKadri di Kalimantan Barat.
Peristiwa Yang menewaskan Keluarga besar Alkadri lebih dari 330 jiwa yang dapat di telusuri, dari jumlah tersebut, tercatat 66 orang Keluarga besar Alkadri Keraton Qadriah Pontianak termasuk Sultan Syarif Muhammad, anak dan salah satu Istri Sultan Syarif Muhammad
Dari hasil Dokumentasi Syarif Ahmad Bin Usman :
Yang mendapat mandat secara langsung dari Sultan Sehari Syarif Thaha, dalam waktu satu tahun tercatat jumlah sebagaimana yang telah di sebutkan lebih dari 330 jiwa korban itu tersebar di sebelas maqam, dari maqam satu hingga maqam sepuluh, termasuk maqam tempat pemancungan,
di Makam Juang Mandor,
Selain itu tersebar juga di pemaqaman ogol Anjungan, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, jumlah tersebut terus bertambah,
Adapun hubungan nya dengan Segeram,
Bukan bertujuan untuk melacak korban yang terbunuh, melainkan saat itu untuk mendata kemungkinan ada keluarga besar Alkadri yang menghindar dari kejaran Jepang, melarikan diri ke pulau Segeram, termasuk Provinsi lainnya.
Mengingat keluarga besar Alkadri, anak cucu Sayyid Husein ini, yang ada di Kalimantan Barat turun drastis jumlah nya .
Di antaranya termasuk yang menyembunyikan identitas mereka, mengganti nama, tidak mau mengaku siapa dirinya yang sebenarnya, berdiam di tempat sepi dan terpencil, menutup diri, bisa jadi, karena masih dalam kondisi trauma, dari saat kejadian, hingga hari ini.
Maka penelusuran beliau selama satu tahun, meliputi pulau Segeram juga merupakan bagian yang beliau kunjungi melalui pemberangkatan menuju Jakarta , pelabuhan Merak, terus wilayah Sumatra, termasuk di antara di kepulauan Belitung,
Saat itu anak anak Syarif Ahmad bin Usman masih kecil kecil semua berkisar umur tujuh tahun yang paling tertua. Maka beliau dengan leluasa melaksanakan tugas tersebut saat itu.
Artinya sebelum memasuki Segeram, beliau telah menelusuri beberapa pulau termasuk Kalteng, Kalsel dan Kaltim kaltara masih bagian Kaltim, kemudian napak tilas menyeberang ke Natuna menuju Segeram. Perjalanan ini Merupakan perjalanan terakhir beliau,
Dari warisan Nusuwa beliau yang di tulis dalam Arab Melayu
Dalam penelusuran itu ditemukan, bahwa Segeram pada tahun 1947,
Ternyata telah di huni masyarakat yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu Akan tetapi jumlah mereka sangat sedikit sekali. Menurut dokumentasi beliau, hanya terdapat 12 Rumah penduduk dan satu Mushola, yang di pungsikan sebagai Masjid
Namun dari penelusuran beliau tidak terdapat jejak keluarga Alkadri yang melarikan diri karena kejaran Jepang.
Bahkan Keluarga Alkadri yang di Segeram saat itu lebih cenderung menutupi diri.
Masih menurut Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri :
Kemungkinan mereka melakukan itu karena takut atau khawatir mereka tidak di akui sebagai keluarga Alkadri, atau dianggap hanya mengaku - ngaku, Karena yang datang mendata adalah pihak Keluarga yang berada di Pontianak, berasal dari Kesultanan Pontianak.
Akan tetapi jati diri mereka tetap terbuka,
Meski Syarif Ahmad mengetahui siapa mereka, tetapi beliau tetap diam, Karena berada di kampung orang, maka semuanya termasuk adab juga wajib di jaga. Setelah hampir satu minggu menginap dirumah salah satu warga yang menurut Syarif Ahmad, beliau adalah Alkadri, kemudian pamit.
Saat itu, tahun 1947 M, 77 tahun silam, Maqam - maqam masih kelihatan utuh dan bersih Artinya masih terawat. Terkecuali puing-puing bekas peninggalan portugis yang memang sudah hancur.
Kini Segeram sudah berlalu 77 tahun dari kunjungan Syarif Ahmad bin Usman,
dan beliau juga sudah wafat pada 1958 yang lalu.
Pada saat “Syarif Ibrahim bin Ahmad Alkadri” datang ke Segeram tahun 1979, atau 45 tahun lalu, Segeram berpenduduk sudah lebih dari 12 pintu.
Beliaulah pemegang amanah catatan kaum kerabat Al Kadri, yang saat ini tersebar di seluruh dunia, keturunan Habib Husein Tuan Besar Mempawah.
Namun dalam perjalanannya hingga 77 tahun saat ini, belum ada satupun keturunan Syarif Ahmad bin Usman Alkadri menginjakan kaki nya kembali di Segeram untuk melihat perkembangan Keluarga Alkadri termasuk maqam Alkadri yang ada di Segeram
Semoga Segeram kembali bersemi di tangan Alkadri :
BERSAMBUNG KE BAGIAN TUJUH,
KLIK >> : WARISAN PANGLIMA HITAM PAKU ALAM