Kamis, 04 Januari 2024

HIKAYAT "PANGLIMA HITAM PAKU ALAM" SEGERAM: VI ( ENAM )

 BAGIAN KE ENAM ; 

SAUDARA DAN KETURUNAN YANG DITINGGALKAN, Tahun, 1857 - 1957 M


By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani 

Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,

Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,

Catatan Pangeran Bendahara 

 Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M


Gambar Iluustrasi
"KALIAN ADA, KARENA KAMI ADA,
JANGAN LUPAKAN KAMI...!!
Pesan Ghaib Makam Keramat 7 Segeram



SAUDARA DAN KETURUNAN YANG DITINGGALKAN. 

Periode Tahun,:  1857 - 1957 M  -   100 tahun Sepeninggal  wafat Beliau. 


Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Alkadri,

Gelar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram

Anak Keturunan, dari 3 istri yang tercatat  :


1. Syarif Muhammad (Sei Purun) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah NUR,  Makam Km 36. Sei Purun Besar. Mesjid IMADUDDIN. Keturunan ini ada di Pontianak, Singkawang, Mempawah, Sei Purun, Kalbar, dsk. Surabaya, Malang, Jakarta. Belum diketahui beliau anak ke berapa, tapi beliau diperkirakan hidup se Zaman dengan  Sultan Syarif Hamid I, hingga Sultan Hamid II, karena zaman pembantaian Jepang di Borneo Barat, 1943 - 1945 M, beliau bersama keluarga sempat lari ke hutan paret Pa "oket hulu Sei Purun, bersembunyi selama 2 tahun, bersama istri, anak  dan cucu nya, menyelamatkan nyawa dari pemancungan Jepang. 


2.  Syed Mustafa (Serasan, Natuna) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah   NUR. Makam beliau di Lereng Bukit Kepulauan Natuna dekat Tower PemancarRadio RRI terdapat Pemakaman Tua dan bukan di Tawau Sabah Malaysia. Silsilah beliau tertulis:  Syed Mustafa  Brunei, istri Dayang Masgi, asal Serasan. Banyak keturunan ini. 


3.  Syarif Syirajuddiensyah ( Pangeran Sabamban ) Bin Ibrahim Alkadri, Ibu Syarifah Aminah binti Pangeran Syarif ALi Sabamban, Gelar Pangeran diberikan oleh datuk beliau sebelah Ibu. Kelak menikahi Syarifah Nuswainah binti Yasin bin Ali Alidrus. Menurunkan Putra Syarif Abdullah bin Sirajudiensyah Al Kadri Banjar. Leluhur Syarif Hardiyansah, Kurniawansyah, Erfandiansyah, Jurnaliansyah, dll. Menetap di Bangka, Belitung, Pangkal Pinang, saat ini, 2024. Juga Syarif Ayub bin Sirajudiensyah,  menurunkan Sayyid Sihabuddin bin Ayub, makam nya berdekatan dengan makam Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban.



4.  Syarif Muhammad Nasir (Banjar) Bin Ibrahim Alkadri, Banyak keturunan ini di Banjar. Sudah di daftar oleh Wan Norliansyah Al Kadri Banjar


5.  Syarif Salim ( Sambas ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan. 


6. Syarifah Syifa Binti Ibrahim Alkadri (Singapura) istri Ja, far Alkadri - Alamat terakhir  : Nort Bridge Road, Singapore -- Keterangan dari Nenek 1975.=


7.  Syarif Jamalullail (Manggar) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan, 


8.  Syarif Ahmad Zein ( Kampung Arab ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.


9.  Syarif Usman ( Sei Purun ) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.


10. Syarif Thaha (Padang Tikar) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan.


11. Syarif Hamdan (Sepok Laut) Bin Ibrahim Alkadri, Ada keturunan. 


12. Syarif Ahmad bin Ibrahim Paku Alam, ( Ibu Syarifah Nur ) ke Pulau Tujuh ( Keterangan dari Wan Yahya 1985,  Allahyarham, 1921 - 2005 ) 84 tahun.


13. Syarifah Zam - Zam binti Ibrahim Al Kadri ( Ibu Syarifah Sifa ) Menikah dengan Wan Said tukang, menetap di Kampung Dalam Bugis. keturunan Wan Tabu, dari Sultan Syarif Kasem Pontianak. Syarifah Zam Zam  Asal Kampung Siantan Pontianak Utara. 

       4 nama dibawah adalah saudari nya :


14. Syarifah Seha Binti Ibrahim AlKadri Pontianak. Hidup dan  Mukim di Kampung Siantan, sekitar 100 tahun silam. Abad 19 Masehi. Bersama saudari mereka berikut ini :


15.  Syarifah Ketang Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan


16.  Syarifah Locong Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan


17.  Syarifah Fatimah Binti Ibrahim AlKadri Pontianak, Kampung Siantan

    Dikhawatirkan banyak keturunan ini disesatkan ke jalur : Ibrahim bin Abubakar bin Sultan Abdurrahman, disebabkan terbatasnya informasi yang mereka dapat mengenai Datuk Asli nya, : "Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram" 


Salah satu keturunan Syed Mustafa Serasan


SAUDARA BELIAU  YANG MENETAP DI SEGERAM :


1. Syarif Abdurrahman Bin Abu Bakar, Panglima Laksamana Karang Tanjung, Adik Panglima Hitam. Menekuni ukir mengukir karang laut, berkebun dan bertani. Menetap di Segeram hingga wafatnya. Makam  di Segeram  


2. Syarif Jamalullail Bin Abu BakarPanglima Ribot, Junjung Buih, Adik. Menekuni dunia kelautan sebagai nelayan yang sangat handal, menetap di Segeram hingga  wafat, makam Segeram , dan


3. Syarif Yusuf Bin Abu Bakar, "Ki Syauki Yusuf",:  Yang kemudian dikenal  sebagai Ulama Besar Pulau Tujuh abad ke 18, Menetap di Segeram. Beliau ini Adik Panglima Hitam Paku Alam Segeram, yang memilih melanjutkan misi Da"wah ayah nya, Tuan Abu, tadi. 


Makam di Segeram, bersama putra beliau bernama Muhammad, dibawah ini :  . 


  Syarif Muhammad, bin Yusuf kemudian berputra  2, : 


1. Syarif  Hasan, bin Muhammad, cucunya  bernama Sayid Abdurrahman, Masih hidup 2024. Beliau pernah menjabat sebagai Camat di Ranai, Natuna,  2 periode 


2. Syarif Hamid bin Muhammad, merantau ke Sarawak, hingga wafat nya. 


Tku Syarif Hamid berputra 3, dan 2 putri : dari 2x menikah di Sarawak


1. Wan Dahlan bin Tku Hamid  Al Kadri, Ibu Syarifah Maysum,Ummi Kulsum

2. Wan Abdurrahman Putra bin Tku Hamid Al Kadri, Ibu Mik binti Putit

3. Wan Ali bin Tku Hamid Al Kadri, Ibu Mik binti Putit,  dan,  

4. Syarifah Khalijah, dan 5. Syarifah Hafsah. dari Mik binti Putit

     Menetap di Sarawak. Warga Negara Malaysia hingga hari ini, 2023. 



2 orang Putra  Syarif Yusuf yang lain, bernama :


1. Syarif Yahya, bin Yusuf Al Kadri, keturunan  ini berlanjut 

2. Syarif Qosim bin Yusuf Al Kadri, keturunan ini habis pada 2023. 


1. Syarif Yahya bin Yusuf, ada catatan bahwa beliau hidup di Banjar. Bergelar Syarif Yahya Maulana Al Kadri, yang menurunkan putra bernama : Syarif Abdullah, dipanggil Syarif Tue, karena anak pertama, Tua, Tue , Uwe ( Bahasa Pontianak ) lahir sekitar : 1802 M


        Syarif Tue , Keturunan Yusuf ini yang kelak  berlayar ke Bali menggunakan 4 armada kapal perang memasuki Kuala Perancak menyusuri Sungai Ijo Gading dan membuka wilayah baru dikenal dengan "Kampung Loloan", : 

         di Negare. Jembrana. Bali Barat. Pulau Bali


Syarif Tue, Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Panglima Laksamana Satu  Sayyid Abubakar bin Habib Husein, jadi : 


      -"Beliau bukan keturunan Sultan Abdurrahman Pontianak"- 


BACA SELENGKAP NYA DISINI , KLIK >> : SEJARAH SYARIF TUE LOLOAN 



Paling kiri, ; Sayyid Ali Ridho bin Yasin Al Kadri, Cucu Syarif Tue Bali Loloan
Tengah : Ustadz Thaufiq Assegaf Ketua Rabithah Pusat 
Kanan : Habib Ali Assegaf Pasuruan


SEGERAM :  Setelah Tragedi Jepang,1943 - 1945 M


Hasil penelusuran Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri : 

Dokumentasi tahun 1947 M

 

Sesuai Mandat Sultan Sehari, Syarif Thaha Bin Usman Alkadri, 

Penelusuran di mulai setelah Tragedi Mandor Berdarah 26 Juni 1944 - 1947, 

Peristiwa Mandor berdarah telah menewaskan Keluarga Alkadri tidak kurang dari 330 jiwa, bisa jadi lebih, 

 

Beserta masyarakat lain nya keluarga Al Kadri, menjadi korban atas kekejaman Jepang dengan Kedok menumpas Pemberontak, karena itu Jepang dalam mata Dunia termasuk Kanibal Pembunuh Sadis berdarah dingin yang melakukan genosida, mengakibatkan hilangnya satu generasi AlKadri di Kalimantan Barat.

 

Peristiwa Yang menewaskan Keluarga besar Alkadri lebih dari 330 jiwa yang dapat di telusuri, dari jumlah tersebut, tercatat 66 orang Keluarga besar Alkadri Keraton Qadriah Pontianak termasuk Sultan Syarif Muhammad, anak dan salah satu Istri Sultan Syarif Muhammad

 

Dari hasil Dokumentasi Syarif Ahmad Bin Usman :


Yang mendapat mandat secara langsung dari Sultan Sehari Syarif Thaha,  dalam waktu satu tahun tercatat jumlah sebagaimana yang telah di sebutkan lebih dari 330 jiwa korban itu tersebar di sebelas maqam, dari maqam satu hingga maqam sepuluh, termasuk maqam tempat pemancungan, 

di Makam Juang Mandor, 


Selain itu tersebar juga di pemaqaman ogol Anjungan, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, jumlah tersebut terus bertambah,


Adapun hubungan nya dengan Segeram,

Bukan bertujuan untuk melacak korban yang terbunuh, melainkan saat itu untuk mendata kemungkinan ada keluarga besar Alkadri yang menghindar dari kejaran Jepang, melarikan diri ke pulau Segeram, termasuk Provinsi lainnya.

 

Mengingat keluarga besar Alkadri, anak cucu Sayyid Husein ini,  yang ada di Kalimantan Barat turun drastis jumlah nya .


Salah satu  keturunan
Syed Mustafa Serasan


Di antaranya termasuk yang menyembunyikan identitas mereka, mengganti nama, tidak mau mengaku siapa dirinya yang sebenarnya, berdiam di tempat sepi dan terpencil, menutup diri, bisa jadi, karena masih dalam kondisi trauma, dari saat kejadian, hingga hari ini.


Maka penelusuran beliau selama satu tahun, meliputi pulau Segeram juga merupakan bagian yang beliau kunjungi melalui pemberangkatan menuju Jakarta , pelabuhan Merak, terus wilayah Sumatra, termasuk di antara di kepulauan Belitung,

 

Saat itu anak anak Syarif Ahmad bin Usman masih kecil kecil semua berkisar umur tujuh tahun yang paling tertua. Maka beliau dengan leluasa melaksanakan tugas tersebut saat itu.


Artinya sebelum memasuki Segeram, beliau telah menelusuri beberapa pulau termasuk Kalteng, Kalsel dan Kaltim kaltara masih bagian Kaltim, kemudian Menyeberang ke Natuna menuju Segeram. Perjalanan ini Merupakan perjalanan terakhir beliau

Dari warisan Nusuwa beliau yang di tulis dalam Arab Melayu

 

Dalam penelusuran itu ditemukan, bahwa Segeram pada tahun 1947, 


Ternyata telah di huni masyarakat yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu Akan tetapi jumlah mereka sangat sedikit sekali. Menurut dokumentasi beliau, hanya terdapat 12 Rumah penduduk dan satu Mushola, yang di pungsikan sebagai Masjid

 

Namun dari penelusuran beliau tidak terdapat jejak keluarga Alkadri yang melarikan diri karena kejaran Jepang


Bahkan Keluarga Alkadri yang di Segeram saat itu lebih cenderung menutupi diri.

 

Salah satu anak cucu Panglima Hitam Paku Alam Segeram
mukim di Sedanau
Sayyid Bukhari Al Kadri
Keturunan Syed Mustafa Serasan



Masih menurut Syarif Ahmad Bin Usman Alkadri :


Kemungkinan mereka melakukan itu karena takut atau khawatir mereka tidak di akui sebagai keluarga Alkadri, atau dianggap hanya mengaku - ngaku, Karena yang datang mendata adalah pihak Keluarga yang berada di Pontianak, berasal dari Kesultanan Pontianak.

 

Akan tetapi jati diri mereka tetap terbuka

Meski Syarif Ahmad mengetahui siapa mereka, tetapi beliau tetap diam, Karena berada di kampung orang, maka semuanya termasuk adab juga wajib di jaga. Setelah hampir satu minggu menginap dirumah salah satu warga yang menurut Syarif Ahmad, beliau adalah Alkadri, kemudian pamit.


 Saat itu, tahun 1947 M, 77 tahun silam, Maqam - maqam masih kelihatan utuh dan bersih Artinya masih terawat. Terkecuali puing-puing bekas peninggalan portugis yang memang sudah hancur.

 

 

Kini Segeram sudah berlalu 77 tahun dari kunjungan Syarif Ahmad bin Usman,

 dan beliau juga sudah wafat pada 1958 yang lalu.

 

Pada saat Syarif Ibrahim bin Ahmad Alkadri datang ke Segeram tahun 1979, atau 45 tahun lalu, Segeram berpenduduk sudah lebih dari 12 pintu.


Beliaulah pemegang amanah catatan kaum kerabat Al Kadri, yang saat ini tersebar di seluruh dunia, keturunan Habib Husein Tuan Besar Mempawah.


Namun dalam perjalanannya hingga 77 tahun saat ini, belum ada satupun keturunan Syarif Ahmad bin Usman Alkadri menginjakan kaki nya kembali di Segeram untuk melihat perkembangan Keluarga Alkadri termasuk maqam Alkadri yang ada di Segeram

 

Semoga Segeram kembali bersemi di tangan Alkadri :

 

Klarifikasi Jalur  Syarif Tue,  Abdullah bin Yahya Al Kadri - Loloan. Bali
Bin Sayyid Yusuf, Ki Sauki Yusuf, Ulama Besar abad 18 Pulau Tujuh
Adik dari Syarif Ibrahim  Panglima Hitam Paku Alam Segeram Natuna
Putra dari Sayyid Abubakar Al Kadri
Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak
Cucu Habib Sayyid Tuan Besar Mempawah
Keluarga Besar Kesultanan Kadriah Pontianak
=================

BERSAMBUNG KE BAGIAN TUJUH,

KLIK >> :  WARISAN PANGLIMA HITAM PAKU ALAM