Minggu, 28 Februari 2021

Raushan Fikr, : Manusia Tercerahkan

Suatu Perenungan Mencari Jati Diri

By : SAY Qadrie

DYMM Sultan Hamid.II. Pontianak

 Rausyan Fikr (Pemikir Tercerahkan)

Di dedikasikan kepada Allahyarham Sultan Hamid.II,--, yang telah membuktikan lompatan pemikiran jauh mendahului zaman nya, menciptakan lambang negara garuda pancasila, tokoh pengusung gagasan otonomi daerah , diplomat ulung yang mampu menaklukkan Belanda dengan kata, tinta dan pena sehingga bersedia menyerahkan kemerdekaan tanpa syarat  dan mengakui kemerdekaan republik ini kepada bangsa Indonesia, dalam konfrensi meja bundar di Deenhagh negeri Belanda,  -- 


Dalam pengantar terjemahan karya Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: 

Suatu Wawasan Islam (1994)

Ali Syariati pernah bertutur,  “Saya memberontak maka saya ada.” 


— Raushan Fikr dalam bahasa Persia berarti “pemikir yang  tercerahkan.” Dalam terjemahan Inggris terkadang disebut Intelectual atau free thinkers. Raushan Fikr berbeda dengan ilmuwan. 


Seorang ilmuwan menemukan kenyataan, seorang Raushan Fikr menemukan kebenaran; ilmuwan hanya menampilkan fakta sebagaimana adanya, Raushan Fikr memberikan  penilaian seharusnya; ilmuwan berbicara dengan bahasa universal, Raushan  Fikr seperti para Nabi—berbicara dengan bahasa kaumnya; ilmuwan bersikap netral dalam menjalankan pekerjaannya, Raushan Fikr harus melibatkan diri pada ideologi.


            Raushan Fikr juga adalah sosok yang sadar akan keadaan manusia (human condition) di masanya, serta setting kesejarahannya dan kemasyarakatannya yang menerima rasa tanggung jawab sosial. Ia tidak harus berasal dari kalangan terpelajar maupun intelektual. 


Mereka adalah para pelopor dalam revolusi dan gerakan ilmiah. Dalam zaman modern maupun berkembang, Raushan Fikr mampu menumbuhkan rasa tangung jawab dan kesadaran untuk memberi arahan intelektual dan sosial kepada rakyat. 


Raushan Fikr dicontohi oleh pendiri agama-agama besar (para nabi), yaitu pemimpin yang mendorong terwujudnya pembenahan-pembenahan stuktural yang mendasar. 

Mereka sering muncul dari kalangan rakyat jelata yang mempunyai kecakapan berkomunikasi dengan rakyat untuk menciptakan semboyan-semboyan baru, memproyeksikan    pandangan baru, memulai gerakan baru, dan melahirkan energi baru ke dalam jantung kesadaran masyarakat.


Mengenal Secret Society
( Kelompok masyarakat yang tertutup ) 

 Gerakan mereka adalah gerakan revolusioner, mendobrak, tetapi konstruktif.


 Dari masyarakat beku menjadi progresif, dan memiliki pandangan untuk menentukan nasibnya sendiri. Seperti halnya para nabi, Raushan Fikr tidak termasuk golongan ilmuwan   dan bukan bagian dari rakyat jelata yang tidak berkesadaran dan mandek. 


Mereka individu yang mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk menghasilkan lompatan besar.


   Raushan Fikr adalah model manusia yang diidealkan oleh Ali Syari'ati untuk memimpin masyarakat menuju revolusi. Raushan Fikr adalah pemikir tercerahkan yang mengikuti ideologi yang dipilihnya secara sadar. Ideologi akan membimbingnya kepada pewujudan tujuan ideologi tersebut, ia akan memimpin gerakan progresif dalam  sejarah dan menyadarkan umat terhadap kenyataan kehidupan. Ia akan memprakarsai gerakan revolusioner untuk merombak stagnasi. 


Sebagaimana rasul-rasul selalu muncul untuk mengubah sejarah dan menciptakan sejarah baru. Memulai gerakan dan menciptakan revolusi sistemik. Manusia Raushan Fikr memiliki karakteristik memahami situasi, merasakan desakan untuk memberi tujuan yang tepat dalam menyebarkan gaya hidup moralitas dan monastis, anti status quo, konsumerisme, hedonisme dan segala kebuntuan filosofis, menuju masyarakat yang mampu memaknai hidup, konteks, dan realitas masyarakat. 


Dalam salah satu karyanya, Tugas Cendekiawan Muslim (2001), 

Syari’ati menjelaskan secara detail tanggung jawab orang-orang yang tercerahkan, yakni: menentukan sebab-sebab yang sesungguhnya dari keterbelakangan masyarakatnya dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandekan dan kebobrokan rakyat dalam lingkungannya.


 (ia juga) harus mendidik masyarakatnya yang bodoh dan masih tertidur, mengenai alasan-alasan dasar bagi nasib sosio-historis yang tragis. Lalu, dengan berpijak pada sumber-sumber, tanggung jawab, kebutuhan-kebutuhan dan penderitaan masyarakatnya,  ia dituntut menentukan pemecahan-pemecahan rasional yang memungkinkan pemanfaatan yang tepat atas sumber-sumber daya terpendam di dalam masyarakatnya, dan mendiagnosis yang tepat pula atas penderitaan masyarakatnya. 


Orang yang tercerahkan akan berusaha untuk menemukan hubungan sebab akibat sesungguhnya antara kesengsaraan, penyakit sosial, dan kelainan-kelainan serta berbagai faktor internal dan eksternal.


 Akhirnya, orang yang tercerahkan harus mengalihkan pemahaman di luar kelompok  teman-temannya yang terbatas ini kepada masyarakat secara keseluruhan.” Raushan Fikr merupakan kunci bagi perubahan, oleh karenanya sulit diharapkan terciptanya perubahan tanpa peranan mereka. Merekalah pembangun jalinan yang meninggalkan isolasi menara gading dan turun dalam masyarakat.


Meningkatkan kesadaran diri

            Mereka adalah katalis yang meradikalisasi massa yang tidur panjang menuju gerakan melawan penindas. 


Hanya ketika dikatalisasi oleh Raushan Fikr masyarakat dapat mencapai lompatan kreatif yang besar menuju peradaban baru. Pemikir tercerahkan adalah aktivis yang meyakini sungguh-sungguh dalam ideologi mereka dan menginginkan syahid demi perjuangan tersebut. 


Misi yang dilancarkan mereka adalah untuk memandu “massa yang tertidur dan bebal” dengan mengidentifikasi masalah riil berupa kemunduran masyarakat.


Jika boleh divisualkan, Ali Syari’ati seolah berorasi kepada seluruh intelektual muslim di mana pun, :


“Wahai ulil albab, Raushan fikr, kalian jangan berhenti di atas menara gading! Turunlah ke bawah, ke kampung-kampung, ke kota-kota, ke pasar-pasar, ke sekolah-sekolah, ke tempat di mana ada sekumpulan manusia!

Jangan puas dengan ilmu yang telah kalian dapatkan. 

Sebab ilmu itu harus kalian  abdi kan ke tengah masyarakat.


 Tumbuhkan kesadaran dan semangat umat untuk merubah dunia dengan bimbingan ilmu. Jangan anjurkan mereka meniru-niru Barat atau menjiplak Timur.

 Sebab Barat dan Timur bukanlah kutub yang harus dipilih, keduanya sama-sama tumbuh dari jantung tradisi. Hidupkan Islam, sebab Islam bukan tradisi, bukan Barat, bukan pula Timur! 

 Islam adalah wahyu. 


Pelajari keyakinan dasar dan proses yang membentuk kesadaran masyarakatmu, kemudian kebudayaan mereka, dan karakteristik mereka. Tugas kalian adalah merobohkan sistem masyarakat yang berdasar atas penindasan, ketidakadilan, dan kezaliman dengan membentuk umat yang terbangun atas dasar tauhid. 


Inilah tugas para rasul. Kini, kalian lah penerus nya!”




Ali Syariati pernah bertutur,  “Saya memberontak maka saya ada.” 


Meski Syariati tidak sempat menyaksikan jalannya revolusi, tetapi peranannya sebelum rvolusi tidak bisa diabaikan. Bahkan Syariati dianggap sebagai salah seorang arsitek dan ideolog Revolusi Islam Iran.

Mengapa Syariati terlibat dalam gerakan revolusioner? 

Karena Syariati telah mendefenisikan bahwa bila merindukan perubahan, maka dibutuhkan Raushan-fikr (orang-orang yang tercerahkan). 

Dan rupanya, julukan raushan-fikr patut pula diberikan kepada Syariati, karena sang raushan-fikr, merujuk pada penabalan Abdul Hadi WM,  adalah: 

 “Individu-individu yang sadar dan tanggungjawab utamanya adalah membangkitkan karunia Tuhan yang mulia, yaitu khud-agahi (kesadaran diri) masyarakat.” 

 Sebab hanya kesadaran diri yang mampu mengubah rakyat yang statis dan bobrok menjadi suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif.



Referensi : 

1.Klik : Sejarah dan  Silsilah Kesultanan Pontianak

2.Klik :  Istana Kadriah Pontianak

3. Klik : . Kesultanan Pontianak hari ini

4.Klik : Khazanah Museum Buku Nasional 

5.Klik : Republika