Bagian I. : Biografi dan Riwayat hidup
By: SAY Qadrie
Pustaka Sejarah
Bagian I. : Biografi dan Riwayat hidup
" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka" Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing" Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebarannya di Nusantara ini" Sultan Pontianak ke. IX.
- Pengantar :
Data catatan tertua tentang Syarif Tue / Abdullah bin Yahya ini dapat kita temukan berdasarkan tulisan I Wayan Reken, bertahun 1979 M. Beliau adalah TOKOH SEJARAWAN JEMBRANA yang melakukan penelitian selama 26 tahun tentang sejarah masuknya agama Islam di Jembrana ini.
I WAYAN REKEN (alm)
Lahir di Negara pada tanggal 17 Oktober 1921, sebagai anak pertama dari 11 bersaudara, aktif menulis di media Suluh Indonesia di tahun 1980. Melakukan penelitian tentang riwayat masuknya Islam ke Jembrana dengan mencatat berbagai sumber tulisan kuno maupun sumber sumber lisan yang diwawancarai dari tahun 1940 hingga tahun 1966.
Berkat kerja kerasnya, Sehingga beliau ditahun 1985 diberikan gelar sejarawan setelah memberikan presentasi kuliah umum di Udayana dan oleh rektor Udayana yaitu I Wayan Djendra (yang sekaligus menjabat sebagai kepala P & K Propinsi Bali saat itu) diberikan gelar Sejarawan Bali dari 3 orang sejarawan Bali, 1 orang dari Jembrana yaitu I Wayan Reken.** Sumber tulisan penuturan lisan H.Nuryasin di Loloan pada tahun 1990 kepada penulis buku Wajah Potret Loloan 1992.
Prasasti bertulis di Loloan, dikenal sebagai Prasasti Loloan :
Prasasti kayu itu tertulis pada tahun 1268 H (1847 M) bertepatan dengan hari Senin bulan Dzulqa’dah Encik Ya’kub mewakafkan sebidang tanah sawah dan sebuah Mushaf Al-Qur’an. Prosesi perwakafan ini pun dihadiri oleh Mustika sebagai perbekel (pimpinan masyarakat setingkat Camat), Mahbubah selaku penghulu serta Syarif Abdullah bin Yahya Al-Qadry dan Aba Abdullah Hamna selaku saksi nya.
Dasar inilah yang dijadikan acuan I Wayan reken dalam menulis sejarah Loloan, masuknya Islam di Jembrana ini, Prasasti terukir bertuliskan tanggal :
1 Zulhijjah 1268 Hijriah/ sekitar 175 tahun yang silam.
Tahun 1846 - 1847 Masehi.
1847 M : Prasasti Loloan menyebutkan tentang penyerahan sebidang tanah dan sebuah kitab suci Al Quran untuk di gunakan sebagai Masjid dengan disaksikan oleh Syarif Abdullah bin Yahya, Syarif Tue.
Prasasti loloan,: yang bertahun: 1847 Masehi, bertepatan dengan hari senin, 1 Zulhijjah 1268 Hijriah, adalah bukti otentik tentang hal ini.
Ketika Prasasti ini dibuat, beliau Syarif Tue ini diperkirakan, berusia sekitar antara : 40- 45 tahun, setelah beberapa tahun turun dari kapal nya dan menetap di Loloan ini. Analisa waktu kelahiran, mendarat, masa hidup dan wafat nya beliau, diambil dari sini.
Menguak :
Asal Usul Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf, bin Abubakar bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah : 219 tahun silam.
I. Kelahiran, Asal usul, masa kecil, remaja, dewasa, Istri dan Keturunan,
Persoalan siapakah Syarif Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Abubakar ini, masih mengundang perdebatan, khususnya tentang siapakah sebenarnya leluhur beliau ini?
Ada sebagian berpendapat, bahwa beliau adalah keturunan Abubakar bin Sultan Abdurrahman Pontianak, sementara pihak kaum kerabat dekat nya, yang memiliki pertalian darah langsung, meyakini bahwa beliau adalah keturunan langsung Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, dari putra nya Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, bergelar Panglima Laksamana Tua.
I.1. Kelahiran,: 1802 M
1802 M - 1858 M,) : 56 tahun
Syarif Tue, Abdullah bin Yahya : Jika dihubungkan dengan sejarah kehidupan Sayyid Husein, berdirinya kota Pontianak,1771 M, berkuasa nya para Sultan Dinasty Kadriah di Pontianak :
Sultan dan Masa pemerintahan Kesultanan Kadriah Pontianak,:
1 .Sultan Syarif Abdurrahman bin Hussein al-Qadri : (1 September 1778 – 28 Februari 1808)
2. Sultan Syarif Kasim bin Abdurrahman al-Qadri : (28 Februari 1808 – 25 Februari 1819)
3. Sultan Syarif Usman bin Abdurrahman al-Qadri : (25 Februari 1819 – 12 April 1855)
4. Sultan Syarif Hamid I bin Usman al-Qadri : (12 April 1855 – 22 Agustus 1872)
5. Sultan Syarif Yusuf bin Hamid I al-Qadri : (22 Agustus 1872 – 15 Maret 1895)
6. Sultan Syarif Muhammad bin Yusuf al-Qadri: (15 Maret 1895 – 24 Juni 1944)
7. Mayjen KNIL Sultan Hamid II bin Muhammad al-Qadri: ( 29 Okt, 1945 – 30 Maret 1978)
*------ Interregnum (30 Maret 1978 – 15 Januari 2004), -- 25 tahun kekosongan --
8. Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie : -------------- ( 15 Januari 2004 – 31 Maret 2017)
9. Sultan Syarif Mahmud Melvin bin Abubakar al-Qadrie : ( 15 Juli 2017 ) – Kini
tempat dimana leluhur beliau ini berasal, maka :
------------
Dapat disimpulkan bahwa
Syarif Abdullah bin Yahya diperkirakan lahir pada sekitar tahun : 1802 M, ketika Sultan Abdurrahman wafat, tahun 1808, beliau diperkirakan baru berusia 6 tahun. Tumbuh besar di zaman Sultan Kasim, serta menginjak usia dewasa di zaman kekuasaan Sultan Usman -1819 -1872
-------------------------
Hal ini dibenarkan oleh Bapak H. Sayyid Yasin Al Qadri:
" Tidak benar bahwa Syarif Abdullah bin Yahya Al Qodri adalah adik nya / saudara Sultan Pontianak Syarif Abdurrahman Al Qodri. Syarif Abdullah adalah memang benar ada hubungan darah dengan Syarif Abdurrahman, namun jauh di bawah dan bukan bersaudara"
Pernyataan H. S. Yasin Al Qadri : ( Lahir di Loloan, : 9 Pebruari 1945M ) Generasi ke : 5, dari Syarif Abdullah bin Yahya, :
Di perkuat oleh pernyataan H. Husein Jabar bahwa Syarif Abdurrahman (Sultan Pontianak) tidak mungkin bersaudara dengan Syarif Abdullah bin Yahya Al Qodri.
H. Husein Jabar menjelaskan :
"Sultan Pontianak Kalimantan Barat yang berkuasa sejak 1778-1808 M, namanya Sayyid Abdul Rahman bin Husin bin Ahmad Al Qodri. Ayahnya yaitu Husin bin Ahmad Al Qodri pada tahun 1735 M datang dari Hadramaut di Matan"
"Sedangkan nama Syarif Abdullah bin Yahya Al Qodri menurut H. Husin Jabar, secara otentik telah tersurat di dalam Prasasti Loloan, bertahun : 1847 M, atau bertepatan : Senin, 1 Dzulhijjah 1268 H"
Demikianlah, ......
Dan pada tahun 1858 M , Syarif Tue Abdullah bin Yahya Al Qodri Cucu dari Syarif Yusuf ini, menutup mata untuk selamanya, dalam usia : 56 tahun.
Jasad beliau dimakamkan di areal pemakaman Loloan Timur. Dalam kompleks mesjid Baitul Qadim, Loloan, Bali Barat. (Reken, dalam shaleh saidi, 2002: 60-68)
Sementara Roh beliau diyakini masih tetap hadir membimbing anak cucu keturunannya , dari generasi ke generasi, hingga hari ini yang sudah mencapai generasi ke, 5, 6, 7, bahkan 8 generasi di Loloan, Bali Barat, Kabupaten Jembrana ini, dalam rentang masa 175 tahun.
Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qodri,:
Sebagian menyebutkan beliau lahir di Banjarmasin, pada tahun : 1754 M, dan wafat di Loloan pada tahun : 1858 M, dalam usia : 104 tahun, persoalan usia hidup ini, akan kita bahas lebih lanjut pada bagian berikut nya.
I.2. Asal usulnya
Syarif Abdullah bin Yahya, : adalah putra dari Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf.
Diperkirakan beliau lahir, dimasa akhir kekuasan Sultan Abdurrahman, dan awal kekuasan Sultan Syarif Kasim, bin Sultan Abdurrahman, yang naik tahta pada tahun 1808 M, menggantikan ayah nya di Kesultanan Pontianak.
Hal ini disimpulkan, mengingat beliau adalah generasi ke 4 dari Sayyid Husein, dari keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, yang lahir pada 1735 M, tercatat :
--- Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,
Lahir di Matan : 1735 M - Wafat Pontianak, Kamis, : 27 Juli 1814 M. Dalam usia : 79 tahun, dimakamkan di Pontianak,---: Jalan Sidas Kecil, Dusun I, Kampung Maria Pontianak
Pada saat saudaranya, Abdurrahman yang kemudian membuka hutan dan menjadi sultan Pontianak pertama, 1771- 1778 M, - Abubakar ini ikut aktif membantu saudaranya, ikut merimba hutan belantara yang sekarang menjadi kawasan Mesjid Sultan Abdurrahman Pontianak, Istana Kadriah , dan sekitar nya.
Beliau, Abubakar ini, berusia 36 tahun, dan sudah menikah, tahun 1771 M itu. Karena dalam catatan kami, beliau menikah pertama kali pada 1765 M, dengan : Aluyah Sambe,:
Mempunyai keturunan bernama : Syarif Abdullah, anak pertama yang lahir pada 1767 M, di Sambe Darit, perkampungan Dayak di Kalbar, terkenal sebagai penghasil durian hingga hari ini.
Keturunan Abdullah berkembang di Pulau Lombok, termasuk : Sayyid Abubakar Panglima Laksamana IV. Dilantik oleh Sultan Hamid.I. Pada tahun 1855 M. - Makam beliau ditemukan di Jeranjang Lombok Barat Nusa Tenggara Barat -
Keturunan Sayyid Abdullah ini yang mewarisi gelar "Panglima Laksamana"
Panglima Laksamana III,
Sayyid Abubakar bin Abdullah,: 1819 - 1855 M
Dilantik zaman Sultan Usman, 1819 - 1855 M, Sebagai pewaris gelar kebangsawanan sekaligus penghormatan dan penerus leluhurnya dari kakek beliau, Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, yang wafat di Pontianak pada 1814 M.
Panglima Laksamana IV,
Sayyid Abubakar bin Abdillah,: 1855 M
Dilantik zaman Sultan Hamid.I. > 1855 - 1872 M,
Beliau ini yang terlibat dalam gerakan perlawanan masyarakat sasak Lombok, melawan Bali Mataram, 1855 M, hingga Syahid di pinggir pantai jeranjang. Diduga beliau juga ikut membantu Syarif Tue, Abdullah bin Yahya, pada peperangan dengan raja jembrana, keturunan Putu Seloka, pada 1855 M, yang menaikkan Gusti Ngurah Made Pasekan sebagai Wali Negara setelah raja jembrana ini, menyerahkan kekuasaan, dan melarikan diri ke Purwakarta Jawa Barat,
Beliau ini,
Sayyid Abubakar : salah satu Istrinya yaitu : Syarifah Aminah binti Abdullah Alydroos, merupakan wanita dari Trengganu, salah satu dari 11 istri , berasal dari tanah Melayu, bagian sebelah barat dari kota Pontianak. Makm beliau ditemukan di Pulau Tujuh Kampung Segeram Natuna sekarang
Ketika Sayyid Husein bin Ahmad wafat di Mempawah, pada tahun 1771 M. tercatat :
-------------------
# Sayyid Husein Bin Ahmad Al Qadri : 1707 - 1771 M ( 64 tahun )
--- 1707 - 1708M : Lahir di Tarim, Yaman Hadramaut, pada tahun 1120 H
--- 1725 - 1730M : Mendarat di Matan usia 18 - 23 tahun,
--- 1730 - 1747 M : Menetap di Matan selama 17 tahun.
-- 20 Januari 1747 M : Hijrah di usia 40 tahun dari Matan ke Mempawah pada : 8 Muharam 1160 H / 20 Januari 1747 M: Kemudian, .....
--- 1747 - 1771 M : Menetap di Mempawah selama 24 tahun,
--- 19 Maret 1771 M : Wafat di Sebukit Rama Mempawah, 1184 H/ 1771M: -- Pada pukul 2.00 petang, 2 - Zulhijjah 1184 H / atau, : 19 Maret 1771 M, -- dalam usia 64 tahun --- dimakamkan di Sejegi Mempawah Timur Kalimantan Barat.
( Ditulis ketika catatan Asli belum ditemukan )
------------
Dan 7 bulan kemudian, Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, ikut bergabung dengan Ekspedisi membuka hutan Pontianak pada sekitar Oktober 1771 M: bersama saudaranya, Abdurrahman dan Alwi.
- Selama 30 tahun masa kekuasaan Sultan Abdurrahman, 1778 - 1808 M :, beliau ini, Sayyid Abubakar , ditunjuk sebagai "Panglima Laksamana Pertama" Kesultanan Pontianak, pada 1778 M, dan mengundurkan diri setahun kemudian, 1779 M, dimana sebelumnya beliau juga mendapat gelar dari kerajaan Mempawah : "Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara"
Ada riwayat pitutur, dari mulut ke mulut, pernah terjadi dalam suatu pertempuran, ketika kehabisan peluru meriam, maka beliau memasukkan dirinya kedalam moncong meriam, dan ditembakan kearah musuh !
Salah satu putra beliau inilah, : bernama Yusuf bin Abubakar,
Yang menjadi nenek moyang Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry, yang diperkirakan mengembara di lautan dengan perahu layarnya dengan tujuan berniaga, dan berdakwah, berpangkalan di Pontianak, atau Natuna, masuk Kalsel, Kaltim, Bali, Lombok, dan Makassar
Dari panjangnya rentang generasi keluarga Yusuf bin Abubakar ini, diperkirakan banyak yang menikah di usia muda, mengingat saat ini anak cucu nya sudah mencapai 9,10 generasi untuk sampai ke Abubakar bin Habib Husein, dalam rentang masa sekitar, 200 tahun sekarang 2021.
Atau rata - rata menikah di usia antara 18 - 20 tahun saat itu.
Makam Yusuf bin Abubakar : Beliau menjadi ulama besar abad ke 18 di sekitar pulau tujuh. Makam beliau ditemukan di Kampung Segeram, daerah kepulauan Riau Natuna sekarang. Sementara makam saudara tua nya: Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam ditemukan di Segeram Natuna, begitu pula Jamalullail dan Abdurrahman,: bin Abubakar bin Sayyid Husein ini.
Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf :
Diperkirakan bergerak di sekitar Natuna, Mempawah, Pontianak, Pulau Tujuh, Banjarmasin dan Kaltim, dari beliaulah lahir putra pertama bernama : Syarif Abdullah, yang karena anak pertama dipanggil Tua, Tue, Uwe - bahasa Melayu Pontianak,- itulah kenapa Syarif Abdullah bin Yahya ini, kemudian dikenal dengan nama lain : Syarif Tue.
Sekaligus ini menjawab persoalan usia hidup beliau, yang karena dipanggil dengan Syarif Tue lalu kemudian dinisbatkan usia hidup yang panjang, sampai 104 tahun? **Kebenaran klaim dan teory ini masih bisa diperdebatkan, jika ditemukan data dan fakta otentik lain nya
I.3. Masa Kecil, Remaja dan Dewasa,: Syarif Tue,
Syarif Tue, Abdullah bin Yahya,:
Diperkirakan melewati masa kecil bersama Ayahnya, : Yahya yang dikenal dengan julukan : "Maulana Al Qadri" ini, diperkirakan beliau hidup sebagai masyarakat petani dan pedagang antar daerah dan antar pulau, menggunakan perahu layar bersama ayahnya, Yahya, dengan sambil berdakwah di zaman itu, sekitar tahun 1802 - 1817 M, atau awal abad ke 18.
Tidak tertutup kemungkinan beliau ini juga aktif mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda VOC, mengingat ayah beliau ini,: Yahya Maulana Al Qadri : Dan moyangnya yaitu, Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak, adalah Pelaut, Da'i dan pedagang antar pulau yang menjadikan laut sebagai sahabatnya,
Itulah kenapa makam beliau ini, Yusuf bin Abubakar, ditemukan di Pulau Tujuh, karena disana ditemukan makam ibu mereka Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus : dan Sayyid Ahmad Kamal Basyar bin Sayyid Husein, Sayyid Ibrahim bin Abubakar, Sayyid Abdurrahman bin Abubakar, dan Sayyid Jamalullail bin ABubakar, di Daerah Segeram, Natuna.
Periode berikutnya,:
Ketika remaja, dan beranjak dewasa, Syarif Abdullah mulai aktif berniaga dengan menggunakan perahu layar ke berbagai daerah sebelah barat pulau Kalimantan, termasuk Pulau Tujuh, Natuna, negeri Melayu, Kedah dan Trengganu, dengan memimpin armada nya sendiri didampingi Datuk Muntahal, yang menjadi Panglima Perang, dan tentunya juga seorang Nakhoda yang sangat handal di lautan, sebagaimana Nakhoda Daud, -- setelah mundurya Panglima Laksamana Tua pada 5 Juli 1779 M, -- sahabat kakek moyangnya dulu : Sultan Abdurrahman.
Hal ini disimpulkan disebabkan berdasarkan banyaknya anak buah kapal layarnya yang berasal dari berbagai wilayah tanah Melayu ini, terutama orang - orang dari Trengganu, yang ikut bersama beliau berlayar dan terakhir mendarat dan menetap di Loloan.
Hingga hari ini masih dapat ditemukan keturunan orang Melayu Trengganu di Loloan. Jembrana.Bali Barat. Pulau seribu Pura ini.
I.4. Istri dan Keturunan, Syarif Tue,
Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadri:
Menikahi perempuan bernama : Syarifah Fatimah, dikenal dengan : Si Punce ( dari kata Puan Encik, biasanya sebutan ini ada hubungan dengan Puak Melayu ) : berubah karena dialek lokal.
Tidak diketahui, apakah sebelumnya beliau pernah menikah, dimana istri dan keturunannya, masih dilakukan penelitian.
Dari pernikahan nya ini beliau mempunyai keturunan yakni:
1. Putra : Sayyid Syarif Usman bin Abdullah bin Yahya
2. Putra : Sayyid Syarif Muhammad bin Abdullah bin Yahya
3.Putra : Sayyid Syarif Husin /atau, Hasan ? bin Abdullah bin Yahya
4.Putri : Syarifah Zainah, binti Abdullah bin Yahya, dipanggil : Bu Ami Agil
5.Putri : Syarifah Kalsum, binti Abdullah bin Yahya , mungkin karena anak bungsu dipanggil , Syarifah Encu. Encu, atau Ucu, : adalah panggilan anak bungsu di Pontianak, pengaruh Bugis.
Anak cucu keturunan ini masih hidup hingga hari ini, ada yang 5, 6, dan 7 generasi dari Syarif Abdullah bin yahya Maulana Al Qadry ini, salah satunya :
H. Sayyid Syarif Yasin bin Zein, bin Usman, Bin Zein, bin Usman, bin Abdullah, bin Yahya bermarga Alkadri atau Al Qadri. Berusia 77 tahun saat ini, 2021 yang merupakan generasi ke, 5. dari Syarif Tue. Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry.
Tetua keturunan Jalur
Sayyid Syarif Yusuf bin Abubakar bin Sayyid Husein Al Qadri
Dari Sayyid Syarif Yahya Maulana Al Qadryi bin Sayyid Yusuf
2. Leluhur Nya
Susunan lengkap leluhur Syarif Abdullah adalah :
Syarif Abdullah, bin Yahya Maulana Al Qadri, bin Yusuf, bin Abubakar, bin Sayyid Husein, bin Ahmad, bin Husein, bin Muhammad Al Qadri Jamalullail.
Satu rumpun keluarga ini berasal dari :
Syarif Yahya Maulana Al Qadri , bin Yusuf, bin Abubakar, bin Sayyid Husein, diantara nya :
1. Sayyid Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri ( Bali )
2. Sayyid Syarif Abdul Latif bin Yahya Maulana Al Qadri ( Pontianak )
3. Sayyid Syarif Abdul Rozak bin Yahya Maulana Al Qadri ( Kalbar )
4. Sayyid Syarif Muhammad Thohir bin Yahya Maulana Al Qadri ( Kalbar )
5. Sayyid Syarif Sulaiman bin Yahya Maulana Al Qadri, ( Masih dicari )
Sedang leluhur mereka ke atasnya dari jalur keturunan
Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, sbb :
Keturunan ini termasuk keturunan yang hilang, mungkin karena ada pendapat yang mengatakan bahwa leluhur mereka, Abubakar bin Sayyid Husein, wafat tidak meninggalkan keturunan? Mati kecil, DOT dsb !!
Tentu saja pendapat ini tidak benar sama sekali, :
Alasannya adalah :
Bahwa keturunan Sayyid Husein sudah ada jauh sebelum adanya catatan kitab dari Yaman yang terbit tahun 1900 an itu, dan salah satu putra beliau mendirikan kerajaan yang dikenal dengan Kesultanan Pontianak, pada tahun 1778 M.
Catatan yang dibuat oleh kitab dan lembaga itu, tidak akan sanggup mencatat semua keturunan kaum kerabat keluarga besar anak cucu Habib Husein Tuan Besar Mempawah, yang masa dan rentang waktunya jauh diatas kelahiran lembaga itu sendiri?
Kami temukan catatan dari mereka, para penyebar FITNAH bahwa:
Sayyid Abukakar bin Sultan Abdurrahman,
Katanya , beliau ini, Lahir pada .1154.H, dan kemudian Wafat pada 1177.H , usia 23 tahun. - tidak dijelaskan keturunan beliau dsb! -
Lalu kenapa ada rumor Syarif Tue Abdullah bin Yahya ini Nasab nya mau dinisbatkan ke beliau? Kalau sudah tahu wafat tahun 1177 Hijriah?
Di Usia hidup 23 tahun itu, apakah beliau belum menikah?
Dimana makamnya?
Perlu diketahui :
Sayyid Husein ini masa hidupnya sekitar abad ke 17 Masehi, beliau wafat pada tahun 1771 M dimakamkan di Mempawah, sementara kitab rujukan dan lembaga ini baru ada sekitar abad ke 19 M: bahkan lembaga yang digagas DR. Snough Hugronje ( Habib Puteh : seorang orientalis Belanda dengan nama samaran: Abdul Gaffar ) bersama para diaspora Hadrami gelombang terakhir abad ke 19 itu, baru didirikan pada sekitar tahun 1928 M, dan lembaga pencatat Nasab nya baru didirikan 10 tahun kemudian, pada 1938 M.
Ada selisih waktu 200 tahun dengan terbitnya kitab rujukan, dan 159 tahun dengan lahirnya lembaga ini di Indonesia, Jika dikaitkan dengan masa hidupnya Sayyid Husein , 64 tahun, artinya ada rentang jarak, 223 tahun bahkan lebih.
Jadi siapapun yang mengklaim bahwa mereka punya data dan catatan tentang kaum kerabat Sayyid Husein ini,- Kecuali tentunya kaum kerabat sedarah yang mereka memang memperolehnya dari hapalan ayah ke anak, serta catatan - catatan keluarga mereka,
Sehingga - "dapat kita pastikan klaim mereka yang ada diluar kaum kerabat sedarah, sebagai tidak dapat di pertanggung - jawabkan kepastian, dan kebenaran nya, apalagi secara mutlak".
Klaim mereka tertolak !
Logikanya adalah :
" Bagaimana mungkin "tetangga" dan "tamu" lebih tau urusan rumah tangga seseorang, dibanding orang itu, keluarganya dan kaum kerabatnya sendiri?" Dan bagaimana buku yang terbit di Yaman dapat mencatat semua keturunan Sayyid Husein, sementara beliau tidak pernah kembali kesana, dan keturunannya lahir, besar dan wafat disini?**Coba renungkan
Klik > Bersambung ke Bagian II
----------------------------
Referensi Utama :
==== Diantara berbagai sumber adalah :
1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan
2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan
3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li Al Imam Husein, Pustaka Azmatkan
4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, dan hingga hari ini banyak ditemukan keluarga Al Qadri di Serasan, Terempa, Midai, Letung, Sedanau, Bunguran Besar, Natuna, Ranai, Sarawak, dll.Koleksi keluarga Al Qadri
5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770 halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, : Koleksi Pribadi keluarga AlQadri
Daftar Pustaka :
Sejarah Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry ( Syarif TUE )
— Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (1855:569).[1] Dokumen Belanda
Agung, A.A. Gde Putra. 2001.“Teknik Penulisan Biografi”. Makalah disampaikan Pada Forum Evaluasi dan Pembahasan Proposal Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Denpasar bekerjasama dengan Fakultas Sastra Universitas Udayana dan UNHI di Denpasar, 20 Pebruari.
Agung, Anak Agung Ktut. 1991. Kupu-Kupu Kuning yang Terbang di Selat Lombok: Lintasan Sejarah Kerajaan karangasem 1660 – 1950. Denpasar: PT. Upada Sastra.
Buda, I Made. 1990. “Hubungan Antar Etnik di Jembrana 1856 – 1942”. Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar (Skripsi).
Damanhuri, A. 1993. “Sejarah Kelahiran Kota Negara”. Makalah Seminar yang disampaikan dalam seminar lahirnya Kota Negara.
Damanhuri, H. Achmad. 1993. “Sejarah Kelahiran Kabupaten Jembrana”. Makalah diajukan untuk Bahan Seminar Sejarah Lahirnya Kabupaten Jembrana dan Kota Negara.
Ginarsa, Ketut, Suparman Hs. 2002. “Umat Islam di Buleleng”. Dalam Shaleh Saidi, Yahya Anshori (penynting). Sejarah Keberadaan Umat Islam di Bali. Denpasar: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali.
Jays, I Nyoman, I Ketut Suwentra. 1993. “Babad Tanah Jembrana”. Makalah diajukan untuk Seminar Sejarah Lahirnya Kabupaten Jembrana dan Kota Negara.
Kada, Thomas. 1982. Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek Serta Masalah-Masalahnya. Kupang: FKIP Undana.
Kantor Informasi Komunikasi dan Pelayanan Umum Kab. Jembrana. 2002. Feature Mozaik Jembrana. Jembrana: Seksi Humas Kantor Inkom dan Yanum Kab. Jembrana.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kelurahan Loloan Timur. 2008. Laporan Bulanan Desa/Kelurahan. Negara.
Nyoka.1990. Sejarah Bali. Denpasar: Penerbit dan Toko Buku RIA.
Panitia Pelaksana Kuliah Kerja Lapangan. 1996. “Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) 1996 Jurusan Pendidikan Sejarah”. Jakarta: Fakultas Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial IKIP Jakarta.
Parisada Hindu Dharma. 1975. Pemargan Danghyang Nirartha di Bali (Dwi Jendra Tatwa/Riwayat Danghyang Nirartha). Denpasar: Parisada Hindu Dharma Kabupaten Badung.
Parwata, I Putu. 1994. “Sejarah Kota Negara 1958 – 1992”. Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar (Skripsi).
Puspawati, Ni Nyoman Suhendra. 1990. “Perkembangan Kesenian Jegog, Kendang Mebarung, Bungbung Gebyog dan Atraksi Makepung di Kabupaten Jembrana Tahun 1944 – 1979”. Fakultas Sastra Universitas Udayana (Skripsi).
Putra, Ida Bagus Rai. 1991. Babad Dalem. Denpasar: PT. Upada Sastra.
Raka, I Gusti Gede. 1955. Monografi Pulau Bali. Djakarta: Bagian Publikasi Pusat DJawatan Pertanian Rakjat.
Reken, I Wayan. 2002. Sejarah Keberadaan Umat Islam di Bali. Denpasar: MUI Bali.
Sjafei, Suwadji. 1984. Pemikiran Biografi dan Kesejarahan, Suatu Kumpulan Prasaran pada Berbagai Lokakarya Jilid III. Jakarta: Depdikbud Ditjarahnitra, Proyek IDSN.
Soebantardjo, R. M.1983. Pemikiran Biografi dan Kesejarahan, Suatu Kumpulan Prasaran pada Berbagai Lokakarya, Jilid I. Jakarta: Depdikbud Proyek IDSN.
Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sumerta, I Made, dkk. 2000. Tatakrama Suku Bangsa Loloan di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Denpasar: Depdiknas, Proyek P2NB Daerah Bali.
Suprayogo, Imam.1988.“Patron Klien Dalam Kepemimpinan”. Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Usaha nasional.
Suryawati, Cok Istri. 2003. “Biografi Tokoh Pejuang I Nyoman Mantik”. Dalam Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional, Edisi Kesebelas No. 11/III/2003. Denpasar: BKSNT Denpasar.
Suwita, I Putu Gede. 1997. “Loloan Bandar Laut, dan Hubungan Antara Budaya”. Dalam Depdikbud RI. Kongres Nasional Sejarah 1996 Sub Tema Dinamika Sosial Ekonomi III. Jakarta: Depdikbud RI.
Swarsi, S. dkk. 1998/1999. “Sejarah Kerajaan Tradisional Bali (Kerajaan Karangasem)”. Denpasar: Depdikbud, Proyek Iventarisasi dan dokumentasi Sejarah Nasional.
Tim Penulis. 1997. “Sejarah Jembrana dan Lahirnya Ibukota Negara”. Jembrana: Bagian Pemerintahan Pemda Tinkkat II Kabupaten Jembrana.
Toetoer Lambangkawi (transkripsi). Koleksi Gedong Kirtya Singaraja, No. 1339/Va.
Wirawan, A.A.B., Dian Arriegalung. 2002. Umat Islam di Badung”. Dalam Saleh Saidi, Yahya Anshori. Sejarah Keberadaan Umat Islam di Bali. Denpasar: Majelis Umat Islam Bali.
Referensi tambahan :
Syarif Abdullah bin Yahya , Sejarah Habib Husein bin Ahmad , Sultan Pontianak ke.I.
Biografi Sayyid Yahya Al Qadri, Biografi Abdullah bin Yahya, Sultan Osman Pontianak, Sultan Kasim Pontianak, Syarif Tue dalam PDF, Sejarah Loloan , Bandar Pancoran Jembrana, Sejarah Jembrana
Kampung Loloan , Toleransi di loloan , Syarif Tua PDF, Silsilah Alqadri Loloan hal.304, Awal mula Muslim di Bali, Between harmony and discrimantion, Merawat Pluralisme, Muslim di Bali hal. 300
Referensi Perang Lombok :
1. Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East ..., Volume 3 by Keat Gin Ooi p.790ff
2. Colonial collections revisited By Pieter ter Keurs p.190ff
3. Priests and programmers by John Stephen Lansing p.20
4. The rough guide to Bali & Lombok By Lesley Reader, Lucy Ridout p.494
5. Bali handbook with Lombok and the Eastern Isles: the travel guide by Liz Capaldi, Joshua Eliot p.300
6. The rough guide to Bali & Lombok by Lesley Reader, Lucy Ridout p.298
7. Sayyid Abubakar Jeranjang Bagian Pertama
8.Sayyid Abubakar Jeranjang Bagian Kedua
9. Monogram Pontianak dan Mempawah
10. Monogram kekerabatan Raja Raja Kalimantan