Keturunan Syarif Abubakar Al Qadri dalam polemik
By : SAY Qadrie
Pustaka Sejarah
Bagian kedua ( dari 4 bagian )
Keturunan Syarif Abubakar Al Qadri dalam polemik
Dari Catatan Kesultanan Pontianak :
II. Nasib Keturunan Syarif Abubakar Al Qadri dalam polemik
Mengutip pernyataan DYMM Sultan Pontianak IX, : Syarif Mahmud Melvin.SH Ibni Allahyarham Sultan Syarif Abubakar, secara lisan, ketika ber - audiensi dengan utusan salah satu keturunan Syarif Abubakar dalam polemik ini, :
" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka" Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing" Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebarannya di Nusantara ini" Demikian titah Sultan.
Entah darimana asal muasal ceritanya, setiap kali kaum kerabat keluarga Al Qadri ini susunan nasab nya ke atas sampai ke nama Abubakar, pasti muncul polemik.
Barangkali karena ada yang mengatakan bahwa Abubakar tidak punya keturunan, wafat kecil, makam tidak diketahui, keturunannya hilang, dan banyak lagi pendapat lainnya yang simpang siur.
Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 1928 di Hindia Belanda didirikan suatu yayasan bernama Rabithah Alawiyah. Lembaga ini kemudian membentuk lembaga otonom bernama Maktab Ad”daimi, yang membawa misi mencatat keluarga Alawiyin diaspora yang ada di Hindia Belanda khususnya.
Tadinya lembaga ini hanya mengurusi masalah sosial dan kemasyarakatan, serta pendidikan saja, perkembangan selanjutnya dibentuklah lembaga pencatat nasab dan menerbitkan buku nasab untuk para Alawiyin diaspora dari Hadrami yang ada di Hindia Belanda.
Bagian kedua ( dari 4 bagian )
##, Keturunan Syarif Abubakar Al Qadri dalam polemik
Dalam kaitan nya dengan keturunan Habib Husein Al Qadri:
Karena salah satu putra beliau mendirikan Kesultanan Pontianak pada tahun 1771 M, jauh lebih dulu dari berdirinya lembaga tersebut pada tahun 1928 M.
Maka tentu saja, keturunan beliau ini memiliki data yang cukup rapi, hanya saja memang lembaga Kesultanan tidak menerbitkan buku nasab, akan tetapi Kesultanan memiliki catatan dan data lengkap tentang kaum kerabat mereka, ditambah lagi semua puak keluarga memiliki catatan tua yang turun temurun dipelihara anak cucu keturunan mereka, ditempat dimanapun mereka dilahirkan.
Lalu darimana dasar nya:
Klaim dan justifikasi bahwa mereka yang tidak memilki buku nasab terbitan lembaga tertentu, menjadi Habib Palsu bahkan bukan Sayyid?
Khususnya jika mereka merasa sebagai keturunan Habib Husein ini ?
Apakah ke absahan nasab ditentukan oleh selembar buku, ataukah berdasarkan pengakuan kaum kerabat sedarah dari garis ayah?
Apa artinya punya buku, kalau kaum kerabat sedarah tidak mengenal siapa datuk moyang, leluhur anda, atau jalur nya tidak sesuai dengan keturunan sebenarnya?
Maukah anda, jika misalnya : leluhur anda ditambah atau dikurangi?
Tentu tidak bukan? ( ini kalau anda mencari kebenaran, bukan pembenaran )
Karena ke -Sayyid- an itu melekat pada dirinya bersama darah ayah ibunya atau dengan kata lain, bersama kelahirannya? Sayyid bukanlah apa yang tertulis di buku, tapi mengalir dalam darah dan nadi. Sayyid adalah anugerah, bukan benda atau barang yang bisa dibeli atau dibayar dengan harga murah.
Dan tentu saja biasanya kaum sayyid atau syarif ini, mereka punya data, catatan, coretan, pusaka, serta riwayat secara lisan, turun temurun dari ayah ke anak, ke cucu, dst - dari generasi ke generasi hingga hari ini, : - yang mungkin luput dari pendataan?-
Cara men - justifikasi seperti ini bukanlah cara Sayyid,
Kaum Alawiyin, kaum yang merasa sebagai keturunan manusia paling mulia, Muhammad Rasullullah. Kami yakin, Rasullullah pun tidak akan ridho dengan cara seperti ini.
Karena sama sekali tidak mencerminkan akhlak, adab, dari Insan Kamil yang memilki Akhlakul Karimah. Bukankah Rasullullah diutus untuk menyempurnakan akhlak?
Cara pemaksaan, penghinaan, meruntuhkan marwah sesama Muslim, apa lagi sesama Habaib, adalah cara penjajah. Merusak situs tua dan makam leluhur yang bersejarah jelas sekali menunjukkan jati diri siapa pelaku nya, meski tidak jelas apa mau nya?
Dan untuk kaum kerabat dari keluarga Al Qadri sendiri, sadarlah, !!
Jangan mau dipecah belah, di adu domba, di benturkan dengan sesama kaum kerabat anda sendiri. Dimanapun anda, kembalilah ke Istana Kadriah. Kita punya Sultan yang mewarisi kebijaksanaan sudah turun temurun dari 8 Sultan terdahulu. Dan beliau sangat mengasihi semua kaum kerabatnya, dimana saja.
Memaksakan kehendak dan pendapat, apalagi sampai tindakan persekusi, pengancaman, teror, fitnah, pengrusakan, pencemaran nama baik, dsb di negeri ini adalah tindakan melawan hukum. Karena negara ini negara hukum, bukan negara dimana satu kelompok boleh memaksakan pendapatnya pada kelompok lain.
Kembali ke Syarif Abubakar Al Qadri:
Berdasarkan catatan tua, versi Belanda, Inggris, dan catatan dari kaum kerabat mereka yang turun temurun, serta catatan Kesultanan Pontianak, ditemukan bahwa nama Syarif Abubakar ada dalam rentang masa dan periode tahun hidup yang berbeda-beda dari generasi ke generasi keturunan anak cucu Habib Husein ini.
Pertanyaannya :
Syarif Abubakar bin siapa yang dikatakan dot, atau terputus itu?
Menurut catatan siapa?
Syarif Abubakar yang hidup di tahun berapa?
Lalu apakah catatan itu lebih valid dibandingkan catatan Kesultanan, kaum kerabat, keluarga dan anak cucu keturunan mereka sendiri, yang masih hidup saat ini?
II. 1. Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein : 1735 - 1814 M ( 79 tahun )
Makam leluhur keluarga ini di : Natuna, Pulau Tujuh, Bali, Sarawak, Singapore, Jakarta, Mempawah, Pontianak, Peniraman, Sei Pinyuh, Sei Purun Besar , Batulayang, Jungkat, Singkawang, dll
Beliau ini dengan jelas tercatat dalam sejarah membuka hutan bersama saudara -
saudara nya, yang sekarang menjadi kota Pontianak pada : 23 Oktober 1771.M
Beliau ikut dalam rombongan dengan 2 kapal besar dan 14 perahu bersama :
1. Sayyid Syarif Abdurrahman, bin Habib Husein, kelak menjadi Sultan Pontianak
Pertama
2. Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein , Tuan Abu, kelak menjadi Panglima
Laksamana Pertama 1778 M
3. Sayyid Syarif Alwie bin Sayyid Husein ( Syarif Alwie, Tuan Bujang ): beliau ini
tidak meninggalkan keturunan. Dan di perkirakan beliau wafat diusia yang cukup
besar karena ada katerangan bahwa beliau ada ketika berlayar pada 1771 M itu.
Mereka berjuang bahu membahu membuka hutan, sementara :
4. Sayyid Syarif Ahmad, II. bin Sayyid Husein : Merantau menuntut ilmu ke Jawa di daerah Giri, kelak menikah di Kaltim, di Kerajaan Sadurangas. Pasir Blengkong, Dikenal dengan Pangeran Giri, Imam Pawah, karena berasal dari Mempawah.
5. Sayyid Syarif Muhammad, bin Sayyid Husein, : Sudah merantau ke Negri Melayu pada 1771 M itu , dan masa tuanya mungkin kembali ke Mempawah karena makam beliau ditemukan di Sejegi.
6.. Sayyid Syarif Ali, bin Sayyid Husein : Sudah merantau ke negri Melayu , Brunei .
7. Sayyid Syarif Ahmad Bungsu, menetap di daerah pesisir utara Borneo dan keturunan ini menyebar ke Pulau Tujuh, Riau, Sarawak, Sumatra, dsk. Makam beliau masih dicari.
Syarif Abubakar bin Sayyid Husein Al Qadri,:
Lahir di Matan : 1735 M - Wafat Pontianak, Kamis, : 27 Juli 1814 M. Dalam usia
: 79 tahun, dimakamkan di Pontianak. Kampung Mariana. Jalan Sidas
Kecil Dusun. I.Maria.
Menikahi 11 wanita : Keturunan 32 Anak, laki dan Perempuan.
"Syarifah Aminah binti Abdulloh Alydrus dari Trengganu" Salah satu istri beliau
Gelar : Panglima Laksamana Tua, Harimau Waqqar, Tuanku Ence Panglime Ribot. Tuan Abu , dll
Beliau memiliki keturunan banyak anak, yang dapat ditemukan :
1. Syarif Yusuf bin Abubakar ( keturunan ditemukan di Natuna, Bali,dll)
2. Syarif Ibrahim bin Abubakar ( Panglima Paku Alam Segeram )
3. Syarif Jamalullail bin Abubakar ( Pannglima Karang Tanjung )
4. Syarif Abdullah bin Abubakar , makam di Lombok. keturunan ini ditemukan di lombok, bagian Tengah dan Selatan,Utara, serta Timur Kalimantan.
Diyakini masih ada lagi keturunan beliau ini, yang belum ditemukan
Keturunan ini banyak dan tersebar di Pulau Tujuh Natuna, Serasan, Tarempa, Midai, Siantan, Sedanau dsk. Dan ada juga di Paloh, bahkan di Singapore. Ditemukan juga di Sarawak Malaysia Timur, Malaysia Barat, Bali, Mempawah, Singkawang, Selakau, Sei Purun Besar, Batulayang, Kota Pontianak, Surabaya, Malang, Jakarta , dll
Mereka semua puak keluarga ini memilki silsilah yang tercatat dengan rapi dan disimpan dengan baik, dari generasi ke generasi, hingga hari ini. Tentunya jelas mereka lebih tau siapa nenek moyangnya, karena pertalian darah, dari ayah ke anak, ke cucu, dst
II. 2. Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman bin Habib Husein Al Qadri
Beliau ini menurut catatan Istana ternyata ditugaskan sebagai Duta Kesultanan ke Negri China, tidak kembali hingga wafatnya. Dan keturunan beliau tidak ditemukan di Indonesia saat ini.
Makam Muhammad Shurur, bin Abdurrahman, bin Abubakar, ditemukan di Sumba.
Kami sarankan, merujuklah kembali ke Kesultanan Pontianak, jika merasa sebagai keturunan Habib Husein bin Ahmad Al Qadri , agar keluarga ini dapat menyatu.
Titah Allahyarham Sultan Syarif Abubakar
Sultan Pontianak ke VIII
II. 3. Keturunan Sultan Kasim bin Sultan Abdurrahman : 17 anak
Setelah di telusuri keturunan anak cucu Sultan Kasim ini dari: 9 istri yang dinikahi nya ditemukan 17 anak Keturunan beliau :
II.3.1. Pangeran Syarif Abubakar bin Sultan Kasim : 1781 - 1867 M usia hidup 86 tahun. Bergelar Pangeran Muda atau Wan Tabu dari (Ibu Inche Baida) yang merupakan salah satu istri dari Sultan Syarif Kasim.
II.3.1.1. Syarif Husein bin Syarif Abubakar bin Sultan Kasim (Wan Husnan)
Ii.3.1.2. Abdul Rahman bin Abubakar : 1809 - 1873 ( Pangeran Bendahara )
II.3.1.2.1. Kasim bin Abdurrahman bin Abubakar : 1839 - 1868 M
II.3.1.2.2. Husein bin Abdurrahman bin Abubakar
II.3.2. Pangeran Syarif Abdurrahman bin Sultan Kasim : Salah satu keturunan ini dikenal dengan Wan Said Wali, Makamnya di Gang Stabil. Jalan Tanjung Raya.I. Dalam Bugis. Pontianak Timur.
II.3.3. Pangeran Syarif Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim
II.3.4. Pangeran Syarif Ahmad bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )
II.3.5. Pangeran Syarif Muhammad Zain bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )
II.3.6. Pangeran Syarif Umar bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )
II.3.7. Pangeran Syarif Abdul Rahman bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )
II.3.8. Pangeran Syarif Ali bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Lima )
Dan 8 anak perempuan Sultan Kasim yang tidak kami cantumkan disini.
---------------------
> II.3.3. Dari Zainal Mohammad Zein menurunkan diantaranya 2 anak lelaki
II.3.3.1. Syarif Abubakar bin Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim, Keturunan ini sangat banyak, ada di Pontianak, dan diluar Pontianak.
II.3.3.2. Syarif Abbas bin Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim
----------------------------
II.3.3.2.Syarif Abbas bin Zainal Mohammad Zein , keturunan beliau sbb :
II.3.3.2.1.Abubakar bin Abbas menikah dengan Syarifah Khadijah: Abubakar bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein Keturunan ini diantaranya *Sayyid Jafar bin Ali,bin Abubakar, bin Abbas bin Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim bin Sultan Abdurrahman bin Habib Husein AlQadri*.
Menetap di Kompleks Kraton ( Generasi ke 8 dari Habib Husein bin Ahmad 2022 )
II.3.3.2.2.Gasim bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein
II.3.3.2.3.Osman Abbas, bin Abbas, bin Zainal Mohammad Zein, :
*Beliau ini keluar dari Pontianak dan merantau ke Jawa hingga wafatnya. Dipanggil "Omang" yang diketahui beliau memilki putri bernama : Syarifah Lubna, tidak tertutup masih ada keturunan dari istri yang lain yang dinikahi di Jawa. *Dalam ingatan keluarga Pontianak, beliau menetap di daerah Bogor saat itu. **Syarifah Santy Candramidi, Binti Syarif Usman Abbas, Bin Syarif Abbas,Bin Syarif Zainal Muhammad Zaien,Bin Sultan Syarif Kasim, bin Sultan Abdurrahman, Bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah Al Qadri**, adalah salah satu keturunan ini generasi ke 7 dari Habib Husein, menetap di Bekasi,dipanggil Kak Ifa"*
II.3.3.2.4.Yusuf bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein
II.3.3.2.5.Mansur bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein
II.3.3.2.6.Harun bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein,
salah satu keturunan ini adalah Kuncen juru kunci makam Habib Husein Mempawah, bernama : ** Syarif Hamdani bin Harun, bin Abbas, bin Zainal Mohammad Zain, bin Sultan Kasim, bin Sultan Abdurrahman, bin Habib Husein Al Qadri** ( Wan Hamdan )** Generasi ke 7 dari Habib Husein Tuan Besar Mempawah*
II.3.3.2.7. Hasan bin Abbas bin Zainal Mohammad Zain, : beliau merantau ke Jakarta, alamat terakhir dekat Pasar Poncol, keturunannya masih dicari.
II.3.3.2.8. Mashur bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein
II.3.3.2.9. Syarifah Fatimah binti Abbas bin Zainal Mohammad Zein
Keturunan Abbas ini sangat banyak, ada di Pontianak, dan diluar Pontianak
Sultan Syarif Kasim Al Qadri ( Sultan Pontianak ke,II ) adalah putra dari ibu Utin Chandramidi, Ratu Sultan, istri pertama Sultan Syarif Abdurrahman putri Opu Daeng Manambon Raja Mempawah. Dinikahi Syarif Abdurrahman bin Habib Husein Al Qadri di Mempawah, saat beliau ( Abdurrahman ) baru berusia 18 tahun
------------------------------
II. 4. Pangeran Cakra Buana, Syarif Abubakar bin Sultan Osman bin Sultan
Abdurrahman Menurunkan keturunan
Syarif Abdullah, MBAH IMAM PANGKIROMAN GARUT, bin Syarif Alwi, bin Pageran Cakra Buana Syarif Abubakar, ( Makam beliau ditemukan di Pulau Madura ) bin Sultan Syarif Osman, bin Sultan Syarif Abdurrahman, bin Sayyid Husein Alkadri Jamalullail Tuan Besar Mempawah.
Menurunkan keturunan di Garut Jawa Barat :
Gen 44@ Pangeran Sayyid Syarif Abdulloh ghoniyun Alkadri Jamalullail
Gen 43@ Pangeran Syarif Afandi
Gen 42@ Pangeran Syarif Abdusshomad
Gen 41@ Pangeran Syarif Enjoh hamjah
Gen 40@ Pageran Syarif Abdul ghany
Gen 39@ Pangeran Syarif Abdulloh, Mbah Imam Pangkiroman
Gen 38@ Pangeran Syarif Alwi
Gen 37 @ Pangeran Cakra Buana Syarif Abu bakar
Gen 36@ Sultan syarif utsman Alqadrie
Gen 35 @Sultan Syarif Abdurrahman
Gen34@ Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
( Sumber :Maktab NanGq 1857 Kesultanan Pontianak )
Beliau ini tercatat banyak keturunannya bahkan sebarannya sampai ke wilayah Indonesia timur. Sementara Abubakar bin Sultan Kasim, makamnya ditemukan di Batulayang.
Keturunan Sultan Syarif Osman Pontianak dari :
6 istri dan 22 anak, tercatat anak laki - laki, :
Kekuasaan Sultan Usman : (25 Februari 1819 – 12 April 1855)
1. Sultan Syarif Hamid.I., bin Sultan Syarif Osman ( Sultan Pontianak ke.IV)
2. Pangeran Syarif Umar , bin Sultan Syarif Osman
3. Pangeran Syarif Hasan, bin Sultan Syarif Osman
4. Pangeran Syarif Muhammad, bin Sultan Syarif Osman
5. Pangeran Cakra Buana Syarif Abubakar , bin Sultan Syarif Osman
6. Pangeran Syarif Abdullah, bin Sultan Syarif Osman ( Pangeran Jaya )
7. Pangeran Syarif Husein bin Sultan Syarif Osman, bin Sultan Abdurrahman.
8. Pangeran Syarif Abubakar.II, bin Sultan Syarif Osman, Bin Sultan Abdurrahman
9. Pangeran Syarif Ali bin Sultan Osman bin Sultan Abdurrahman
Mengenai Pangeran Cakra Buana Syarif Abubakar , bin Sultan Osman ini :
Ada pendapat menyebutkan bahwa beliau keluar dari Pontianak dan tidak kembali hingga wafat nya. Hanya saja belum jelas, Apakah Abubakar Akbar atau Abubakar Tsani, Sebagaimana Pangeran Syarif Hamid bin Sultan Abdurrahman (Keramat Angke ) yang makamnya di temukan di Batavia. Jakarta sekarang. Dan Syarif Abdurrahman bin Abubakar yang makamnya di temukan di Kupang.
Kembali pada pertanyaan semula :
Syarif Abubakar yang mana yang dot?
Bin siapa?
Syarif Abubakar yang hidup di tahun berapa?
Karena nama ini digunakan dari generasi ke generasi dalam rentang masa lebih dari 250 tahun hingga saat ini.
Sayyid Husein sudah masuk ke Borneo, Nusantara, Hindia Belanda pada abad ke 17 M. Apakah catatan itu lebih tua dari usia hidup beliau, ataukah lebih muda?
Mereka yang merasa sebagai keturunan Syarif Abubakar dari garis ayahnya ini, anak cucunya mengaku siap bermubahalah !!:
-- , Di Mesjid Sultan Abdurrahman, atau di Makam Kesultanan Batulayang, atau di Makam Habib Husein Mempawah : untuk mempertahankan hak darah, hak keturunan, dan hak lahir mereka ,--
**Sebagaimana ketika sekelompok kaum Nasrani Najran meragukan ke Rasul an Muhammad Rasullullah, dan beliau kemudian menantang mereka dengan Mubahalah atas petunjuk Allah Tuhan nya ,
Maka kami juga sebagai keturunan beliau, siap bermubahalah dengan mereka yang meragukan ketersambungan darah kami dengan Muhammad Rasullulllah dari putrinya (Sayyidah fathimah Az Zahra + Ali bin Abi Thalib), berdasarkan ajaran Rasulllullah tersebut.**
Dan,sebaliknya, mereka yang mengatakan bahwa leluhur kami dot, terputus, wafat kecil, mandul, tidak punya keturunan, siapapun itu,* lembaga maupun perorangan*
Apakah punya data nya?
Darimana sumbernya?
Apa fakta nya?
Mana catatannya?
Darimana asal nya kabar itu?
Apakah mereka berani ber - * MUBAHALAH **dengan anak cucu nya?
KARENA,
Kami siap menyambut mereka ,
Untuk *MUBAHALAH* kapan saja !
Jadi berhentilah mengacak - acak keluarga Kami, keluarga Al Qadri,
keturunan Sayyid Husein bin Ahmad Al Qadri ini,
sebelum laknat Allah menimpa kalian semua.
Dengan demikian jelaslah ini hanya fitnah, !!:
Pencemaran nama baik, penyebaran kabar bohong, penyesatan informasi, penghinaan kepada leluhur mereka, adu domba, rekayasa, karena kurangnya data, tidak bertanya kepada tetua dan ahli nya, serta merasa lebih tahu dari kaum keluarga mereka sendiri.
Perbuatan ini dapat dianggap sebagai upaya menjatuhkan martabat leluhur Kesultanan Pontianak dan semua anak cucu Habib Husein Al Qadri:-- Yang di dengung kan segelintir orang, ( patut di duga di didukung lembaga tertentu, dan mereka yang mengaku ahli nasab, serta kelompok yang mengail di air keruh), atas dasar dan alasan yang tidak jelas.--
Kepada kaum kerabat Al Qadri ,:
Sudah tiba masa nya, semua kaum kerabat, anak cucu Habib Husein dan Keturunan Kesultanan merapatkan barisan, menyamakan persepsi,bergandengan tangan,melupakan segala perbedaan,mengesampingkan segala luka sejarah, lalu berangkulan saling memaafkan untuk kemudian duduk bersama dirumah besar Istana Kadriah,
Sebagaimana yang diwasiatkan Allahyarham Paduka Yang Mulia Sultan Syarif Abubakar, Ibni Allahyarham Pangeran Agung Syarif Mahmud bin Sultan Syarif Muhammad Alkadri, : sebelum wafat nya.
Alfatehah,.....
Perbuatan membongkar atau merusak makam
Diancam pidana 2 tahun penjara.
a. Berikut bunyi pasal 179 KUHP:
Barangsiapa dengan sengaja menodai kuburan, atau dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau merusak tanda peringatan di tempat kuburan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
b. Pasal 268 RUU KUHP berbunyi:
Setiap Orang yang menodai atau secara melawan hukum merusak atau menghancurkan makam atau tanda-tanda yang ada di atas makam dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II.
c. Pasal 269 Undang-undang KUHP
bunyi Pasal 269.
“Setiap orang yang secara melawan hukum menggali atau membongkar kuburan, mengambil, memindahkan, atau mengangkut jenazah, dan/atau memperlakukan jenazah secara tidak beradab dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori III,” bunyi Pasal 269.
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan:
a."menodai makam" misalnya menggunakan makam sebagai tempat melakukan perbuatan asusila, membuang kotoran.
b."makam" adalah liang atau ruang tempat jenazah dengan atau tanpa peti jenazah dikubur, termasuk pula tanah penutupnya dan segala tanda-tanda di atasnya berupa apa saja.
c. "tanda-tanda yang ada di atas makam" misalnya kijing (nisan), salib, atau tumpukan batu yang disusun di atas liang.
Bersambung ke bagian III :
Klik >> Nasab dan Nasib
==============
Referensi Utama
Diantara berbagai sumber adalah :
1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan
2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan
3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li Al Imam Husein, Pustaka Azmatkan
4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, dan hingga hari ini banyak ditemukan keluarga Al Qadri di Serasan, Terempa, Midai, Letung, Sedanau, Bunguran Besar, Natuna, Ranai, Sarawak, dll.Koleksi keluarga Al Qadri
5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770 halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, : Koleksi Pribadi keluarga AlQadri
Referensi : ( Klik > )
- Kekejaman Jepang di Kalimantan Barat
- Sejarah Habib Husein bin Ahmad
- Sejarah Syarif Tue, Abdullah bin Yahya Bali
- Sayyid Abubakar Jeranjang bagian Pertama
- Sayyid Abubakar Jeranjang begian kedua
- Awal mula kedatangan Arab ke Nusantara