Sabtu, 02 April 2022

SAYYID HUSEIN. Bag. II : Nasab & Nasib keturunannya ditangan siapa?

Keturunan Syarif Abubakar  Al Qadri dalam polemik

By : SAY Qadrie

Pustaka Sejarah   





---------------------


Keturunan Wan Dahlan ( duduk )  bin Tku Hamid Al Qadri
Bersama anak  keturunan -  85 tahun 2022
Menetap di Kuching - Sarawak . Malaysia  Timur
salah satu keturunan Syarif Abubakar
 bin Habib Husein 
Pecahan Pulau Tujuh  Natuna , Sedanau, Serasan dsk


Bagian kedua  ( dari 4  bagian )  


##, Keturunan Syarif Abubakar  Al Qadri dalam polemik


Silsilah Alkadri Serasan
Keturunan : Sayyid  Mustafa bin Ibrahim, bin Sayyid Abubakar, Tuan Abu
Panglima Laksmana Pertama/Tua
Bin Habib Husein, Tuan Besar Mempawah


II. Nasib Keturunan Syarif Abubakar  Al Qadri dalam polemik


         Mengutip pernyataan DYMM Sultan Pontianak IX, : Syarif Mahmud Melvin.SH Ibni Allahyarham Sultan Syarif Abubakar, secara lisan, ketika ber - audiensi dengan utusan salah satu keturunan Syarif Abubakar dalam polemik ini, :


" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka"  Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing"  Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebarannya di Nusantara ini"  Demikian titah Sultan. 


      Entah darimana asal muasal ceritanya, setiap kali kaum kerabat keluarga Al Qadri ini susunan nasab nya ke atas sampai ke nama Abubakar, pasti muncul polemik.


 Barangkali karena ada yang mengatakan bahwa Abubakar tidak punya keturunan, wafat kecil, makam tidak diketahui, keturunannya hilang, dan banyak lagi pendapat lainnya yang simpang siur.


     Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 1928 di Hindia Belanda didirikan suatu yayasan bernama Rabithah Alawiyah. Lembaga ini kemudian membentuk lembaga otonom bernama Maktab Ad”daimi, yang membawa misi mencatat keluarga Alawiyin diaspora yang ada di Hindia Belanda khususnya.


Tadinya lembaga ini hanya mengurusi masalah sosial dan kemasyarakatan, serta pendidikan saja, perkembangan selanjutnya dibentuklah lembaga pencatat nasab dan menerbitkan buku nasab untuk para Alawiyin diaspora dari Hadrami yang ada di Hindia Belanda.



Dalam kaitan nya dengan keturunan Habib Husein Al Qadri:


Karena salah satu putra beliau mendirikan Kesultanan Pontianak pada tahun 1771 M, jauh lebih dulu dari berdirinya lembaga tersebut pada tahun 1928 M. 


         Maka tentu saja, keturunan beliau ini memiliki data yang cukup rapi, hanya saja memang lembaga Kesultanan tidak menerbitkan buku nasab, akan tetapi Kesultanan memiliki catatan dan data lengkap tentang kaum kerabat mereka, ditambah lagi semua puak keluarga memiliki  catatan tua yang turun temurun dipelihara anak cucu keturunan mereka, ditempat dimanapun mereka dilahirkan. 



Lalu darimana dasar nya: 


    Klaim dan justifikasi bahwa mereka yang tidak memilki buku nasab terbitan lembaga tertentu, menjadi Habib Palsu bahkan bukan Sayyid? 


Khususnya jika mereka merasa sebagai keturunan Habib Husein ini ? 


     Apakah ke absahan nasab ditentukan oleh selembar buku, ataukah berdasarkan pengakuan kaum kerabat sedarah dari garis ayah? 


    Apa artinya punya buku, kalau kaum kerabat sedarah tidak mengenal siapa datuk moyang, leluhur anda, atau jalur nya tidak sesuai dengan keturunan sebenarnya?


    Maukah anda, jika misalnya : leluhur anda ditambah atau dikurangi? 

    Tentu tidak bukan?  ( ini kalau anda mencari kebenaran, bukan pembenaran ) 



Kaum Kerabat 
Syarif Tue, Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri - Loloan Bali
Para Tetua Keturunan  Syarif Yusuf bin Abubakar bin Habib Husein


     Karena ke -Sayyid- an itu melekat pada dirinya bersama darah ayah ibunya atau dengan kata lain, bersama kelahirannya? Sayyid bukanlah apa yang tertulis di buku, tapi mengalir dalam darah dan nadi. Sayyid adalah anugerah, bukan benda atau barang yang bisa dibeli atau dibayar dengan harga murah. 


   Dan tentu saja biasanya kaum sayyid atau syarif ini, mereka punya data, catatan, coretan, pusaka, serta riwayat secara lisan, turun temurun dari ayah ke anak, ke cucu, dst - dari generasi ke generasi hingga hari ini, : - yang mungkin luput dari pendataan?-


   Cara men - justifikasi seperti ini bukanlah cara Sayyid, 

  Kaum Alawiyin, kaum yang merasa sebagai keturunan manusia paling mulia, Muhammad Rasullullah. Kami yakin, Rasullullah pun tidak akan ridho dengan cara seperti ini.

  Karena sama sekali tidak mencerminkan akhlak, adab, dari Insan Kamil yang memilki Akhlakul Karimah. Bukankah Rasullullah diutus untuk menyempurnakan akhlak? 


  Cara pemaksaan, penghinaan, meruntuhkan marwah sesama Muslim, apa lagi sesama Habaib, adalah cara penjajah. Merusak situs tua dan makam leluhur yang bersejarah jelas sekali menunjukkan jati diri siapa pelaku nya, meski tidak jelas apa mau nya?  



Dan untuk kaum kerabat dari keluarga Al Qadri sendiri, sadarlah, !! 


    Jangan mau dipecah belah, di adu domba, di benturkan dengan sesama kaum kerabat anda sendiri. Dimanapun anda, kembalilah ke Istana Kadriah. Kita punya Sultan yang mewarisi kebijaksanaan sudah turun temurun  dari 8 Sultan terdahulu. Dan beliau sangat mengasihi semua kaum kerabatnya, dimana saja. 


  Memaksakan kehendak dan pendapat, apalagi sampai tindakan persekusi, pengancaman, teror, fitnah, pengrusakan, pencemaran nama baik, dsb di negeri ini adalah tindakan melawan hukumKarena negara ini negara hukum, bukan negara dimana satu kelompok boleh memaksakan pendapatnya pada kelompok lain. 


Situs bersejarah 

Makam  Tua  

di Kampung Mariana Pontianak



Kembali ke Syarif Abubakar  Al Qadri:


    Berdasarkan catatan tua, versi Belanda, Inggris, dan catatan dari kaum kerabat mereka yang turun temurun, serta catatan Kesultanan Pontianak, ditemukan bahwa nama Syarif Abubakar ada dalam rentang masa dan periode tahun hidup yang berbeda-beda dari generasi ke generasi keturunan anak cucu Habib Husein ini.


Pertanyaannya : 


Syarif Abubakar bin siapa yang dikatakan dot, atau terputus itu? 


   Menurut catatan siapa?  


   Syarif Abubakar yang hidup di tahun berapa? 


  Lalu apakah catatan itu lebih valid dibandingkan catatan Kesultanan, kaum kerabat, keluarga dan anak cucu keturunan mereka sendiri, yang masih hidup saat ini? 


 

II. 1. Syarif Abubakar bin Habib Husein : 1735 - 1814 M  ( 79 tahun )


     Makam leluhur keluarga ini di : Natuna, Pulau Tujuh, Bali, Sarawak, Singapore, Jakarta, Mempawah, Pontianak, Peniraman, Sei Pinyuh,  Sei Purun Besar , Batulayang, Jungkat, Singkawang, dll


Beliau ini dengan jelas tercatat dalam sejarah membuka hutan bersama saudara - saudara nya, yang sekarang menjadi kota Pontianak pada : 23 Oktober 1771.M


Beliau ikut dalam rombongan dengan 2 kapal besar dan 14 perahu  bersama : 


1. Syarif Abdurrahman, bin Habib Husein, kelak menjadi Sultan Pontianak Pertama 


2. Syarif Abubakar bin Habib Husein , Tuan Abu, kelak menjadi Panglima Laksamana Pertama  1778 - 1779 M


3. Syarif Alwie bin Habib Husein ( Syarif Alwie, Tuan Bujang ):  beliau ini tidak meninggalkan keturunan.  Dan di perkirakan beliau wafat diusia yang cukup besar karena ada katerangan bahwa beliau ada ketika berlayar pada 1771 M itu. 

Hanya saja  apakah menetap  di Pontianak  atau  kembali ke Mempawah ?  

Masih dicari Referensinya. 


      Mereka berjuang bahu membahu membuka hutan, sementara : 

 

4.Syarif Ahmad, I. bin Habib Husein : merantau ke Jawa di daerah Giri, kelak menikah di Kaltim, di Kerajaan Sadurangas. Pasir Blengkong, Dikenal dengan Pangeran Giri, Imam Pawah, karena berasal  dari Mempawah 


5.Syarif Muhammad, bin Habib Husein, : Sudah merantau ke Negri Melayu pada 1771 M itu , dan masa tuanya mungkin kembali ke Mempawah karena makam beliau ditemukan di Sejegi.  


6.. Syarif Ali, bin Habib Husein : Sudah merantau ke negri Melayu , Brunei . Belum jelas apakah beliau yang kemudian menikah dengan putri Kesultanan Brunei dan dikenal dengan : "Sayyid Ali Barakat", atau bukan? . 

Makam beliau dikatakan  di Tanah Melayu bagian Utara Borneo. Dimanakah ? 


7. Syarif Ahmad Bungsu, menetap di daerah pesisir utara Borneo dan keturunan ini menyebar ke Pulau Tujuh, Riau, Sarawak, Sumatra, dsk. Makam beliau masih dicari.   



Makam salah satu keturunan beliau di Loloan Bali
Syarif Tue/ Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri
bin Yusuf bin Abubakar bin Habib Husein Al Qadri



 Syarif Abubakar bin Habib Husein Al Qadri,:


      Lahir di Matan : 1735 M - Wafat Pontianak, Kamis, : 27 Juli 1814 M. Dalam usia : 79 tahun, dimakamkan di Pontianak. Kampung Mariana. Jalan Sidas Keil Dusun.I.Maria. 

Menikahi 11 wanita   : Keturunan 32 Anak, laki dan Perempuan.

 "Syarifah Aminah binti Abdulloh Alydrus dari Trengganu"  Salah satu istri beliau

    Gelar : Panglima Laksamana Tua, Harimau Waqqar,  Tuanku Ence Panglime Ribot. Tuan Abu , dll 


      Beliau memiliki keturunan banyak anak,  yang dapat ditemukan  : 


1. Syarif Yusuf  bin Abubakar  ( keturunan ditemukan di  Natuna, Bali,dll) 


2. Syarif Ibrahim bin Abubakar  ( Panglima Paku Alam Segeram ) 


3. Syarif Jamalullail bin Abubakar ( Pannglima Karang Tanjung ) 


4. Syarif Abdullah bin Abubakar , makam di  Lombok. keturunan ini ditemukan di     lombok, bagian Tengah dan Selatan,Utara, serta  Timur  Kalimantan. 


Diyakini masih ada lagi keturunan beliau ini, yang belum ditemukan 


        Keturunan ini banyak dan tersebar di Pulau Tujuh Natuna, Serasan, Tarempa, Midai, Siantan, Sedanau dsk. Dan ada juga di Paloh, bahkan di Singapore. Ditemukan juga di Sarawak Malaysia Timur, Malaysia Barat, Bali, Mempawah, Singkawang, Selakau, Sei Purun Besar, Batulayang, Kota Pontianak, Surabaya, Malang, Jakarta , dll


       Mereka semua puak keluarga ini memilki silsilah yang tercatat dengan rapi dan disimpan dengan baik, dari generasi ke generasi, hingga hari ini. Tentunya jelas mereka lebih tau siapa nenek moyangnya, karena pertalian darah, dari ayah ke anak, ke cucu, dst  


   

II. 2. Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman bin Habib Husein Al Qadri


      Beliau ini menurut catatan Istana ternyata ditugaskan sebagai Duta Kesultanan ke Negri China, tidak kembali hingga wafatnya. Dan keturunan beliau tidak ditemukan di Indonesia saat ini. 

   Makam Muhammad Shurur, bin Abdurrahman,  bin Abubakar,   ditemukan di Sumba.   


   Kami sarankan, merujuklah kembali ke Kesultanan Pontianak, jika merasa sebagai keturunan Habib Husein bin Ahmad Al Qadri , agar keluarga ini dapat menyatu. 



Bersatulah Al Qadri..!!

Titah Allahyarham Sultan Syarif Abubakar 

Sultan Pontianak ke VIII



II. 3. Keturunan Sultan Kasim bin Sultan Abdurrahman : 17 anak


     Setelah di telusuri keturunan anak cucu Sultan Kasim ini dari:  9 istri yang dinikahi nya ditemukan 17 anak Keturunan beliau :  


II.3.1.  Pangeran Syarif Abubakar bin Sultan Kasim  : 1781 - 1867 M usia hidup 86 tahun. Bergelar Pangeran Muda atau Wan Tabu dari (Ibu Inche Baida) yang merupakan salah satu istri dari Sultan Syarif Kasim. 


II.3.1.1. Syarif Husein bin Syarif Abubakar bin Sultan Kasim (Wan Husnan) 

Ii.3.1.2.  Abdul Rahman bin Abubakar : 1809 - 1873 ( Pangeran Bendahara )

II.3.1.2.1. Kasim bin Abdurrahman bin Abubakar : 1839 - 1868 M

II.3.1.2.2. Husein bin Abdurrahman bin Abubakar



II.3.2.  Pangeran Syarif Abdurrahman bin Sultan Kasim :  Salah satu keturunan ini  dikenal dengan Wan Said Wali, Makamnya di Gang Stabil. Jalan Tanjung Raya.I. Dalam Bugis. Pontianak Timur. 


II.3.3. Pangeran  Syarif Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim 


II.3.4. Pangeran Syarif Ahmad bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )


II.3.5. Pangeran Syarif Muhammad Zain bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa )


II.3.6. Pangeran Syarif Umar bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa ) 


II.3.7. Pangeran Syarif Abdul Rahman bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Pipa ) 


II.3.8. Pangeran Syarif Ali bin Sultan Kasim ( Ibu Inche Lima )

 

Dan 8 anak perempuan Sultan Kasim  yang tidak kami cantumkan disini.



Perhatikan nama  : 
Syarif Abubakar  bin Sultan Kasim dari ibu Inche Baida
Jelas bahwa beliau mempunyai keturunan

---------------------

 > II.3.3. Dari Zainal Mohammad Zein menurunkan diantaranya 2 anak lelaki

  

II.3.3.1. Syarif Abubakar bin Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim,  Keturunan ini sangat banyak, ada di Pontianak, dan diluar Pontianak. 


II.3.3.2. Syarif Abbas bin Zainal Mohammad  Zain bin Sultan Kasim

----------------------------


II.3.3.2.Syarif  Abbas bin Zainal Mohammad Zein , keturunan beliau sbb : 


II.3.3.2.1.Abubakar bin Abbas menikah dengan Syarifah Khadijah:  Abubakar bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein Keturunan ini diantaranya *Sayyid Jafar bin Ali,bin Abubakar, bin  Abbas bin Zainal Mohammad Zain bin Sultan Kasim bin Sultan Abdurrahman bin Habib Husein AlQadri*. Menetap di Kompleks Kraton ( Generasi ke 8 dari Habib Husein bin Ahmad  2022 ) 

 

II.3.3.2.2.Gasim bin Abbas bin  Zainal Mohammad Zein 


II.3.3.2.3.Osman Abbas, bin Abbas, bin Zainal Mohammad Zein, : 

            *Beliau ini keluar dari Pontianak dan merantau ke Jawa hingga wafatnya. Dipanggil "Omang"  yang diketahui beliau memilki putri bernama : Syarifah Lubna, tidak tertutup masih ada keturunan dari istri yang lain yang dinikahi di Jawa. *Dalam ingatan keluarga Pontianak, beliau menetap di daerah Bogor saat itu. **Syarifah Santy Candramidi,  Binti Syarif Usman Abbas, Bin Syarif Abbas,Bin Syarif Zainal Muhammad Zaien,Bin Sultan Syarif Kasim,  bin Sultan Abdurrahman,  Bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah Al Qadri**, adalah salah satu keturunan ini generasi ke 7 dari Habib Husein, menetap di Bekasi,dipanggil Kak Ifa"* 

 

II.3.3.2.4.Yusuf  bin Abbas  bin Zainal Mohammad Zein 


II.3.3.2.5.Mansur  bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein  


II.3.3.2.6.Harun bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein

              salah satu keturunan ini adalah Kuncen juru kunci makam Habib Husein Mempawah, bernama : ** Syarif  Hamdani bin Harun, bin Abbas, bin Zainal Mohammad Zain, bin Sultan Kasim, bin Sultan Abdurrahman, bin Habib Husein Al Qadri** ( Wan Hamdan )** Generasi ke  7 dari Habib Husein Tuan Besar Mempawah*


II.3.3.2.7. Hasan bin Abbas bin Zainal Mohammad Zain, : beliau merantau ke Jakarta, alamat terakhir dekat Pasar Poncol, keturunannya masih dicari.


II.3.3.2.8. Mashur bin Abbas bin Zainal Mohammad Zein


II.3.3.2.9. Syarifah Fatimah binti  Abbas bin Zainal Mohammad Zein 


Keturunan Abbas ini sangat banyak, ada di Pontianak, dan diluar Pontianak


             Sultan Syarif Kasim Al Qadri ( Sultan Pontianak ke,II ) adalah putra dari ibu Utin Chandramidi, Ratu Sultan, istri pertama Sultan Syarif Abdurrahman putri Opu Daeng Manambon Raja Mempawah. Dinikahi Syarif Abdurrahman bin Habib Husein Al Qadri di Mempawah, saat beliau ( Abdurrahman ) baru berusia 18 tahun



Keturunan Mbah Imam Pangkiroman
Syarif Abubakar bin Sultan Osman
ditemukan di Garut  Tanah Pasundan 
leluhur :  Syarif Abdullah Ghaniyun 

------------------------------


II. 4. Pangeran Cakra Buana, Syarif Abubakar bin Sultan Osman bin Sultan Abdurrahman 


##, Sezaman Periode Sultan Syarif Hamid.I. :   (12 April 1855  –  22 Agustus 1872) 

     Beliau ini tercatat banyak keturunannya bahkan sebarannya sampai ke wilayah Indonesitimur.  Sementara Abubakar bin Sultan Kasim, makamnya ditemukan di Batulayang.  



Keturunan Sultan Syarif Osman Pontianak  dari : 

6 istri dan 22 anak, tercatat anak laki - laki, : 


 Kekuasaan Sultan Usman  :  (25 Februari 1819 – 12 April 1855)


1. Sultan Syarif Hamid.I., bin Sultan Syarif Osman ( Sultan Pontianak ke.IV)   


2. Pangeran Syarif Umar , bin Sultan Syarif Osman


3. Pangeran Syarif Hasan, bin Sultan Syarif Osman 


4. Pangeran Syarif Muhammad, bin Sultan Syarif Osman


5. Pangeran Cakra Buana Syarif Abubakar , bin Sultan Syarif Osman


6. Pangeran Syarif Abdullah, bin Sultan Syarif Osman ( Pangeran Jaya ) 


7. Pangeran Syarif Husein bin Sultan Syarif Osman,  bin Sultan Abdurrahman.


8. Pangeran Syarif Abubakar.II, bin Sultan Syarif Osman, Bin Sultan Abdurrahman


9. Pangeran Syarif Ali bin Sultan Osman bin Sultan Abdurrahman 



Mengenai Pangeran  Syarif Abubakar ,  bin Sultan Osman ini : 


    Ada pendapat menyebutkan bahwa beliau keluar dari Pontianak dan tidak kembali hingga wafat nya. Hanya saja belum jelas, Apakah Abubakar Akbar atau Abubakar Tsani, Sebagaimana Pangeran Syarif Hamid bin Sultan Abdurrahman (Keramat Angke ) yang makamnya di temukan di Batavia. Jakarta sekarang. Dan Syarif Abdurrahman bin Abubakar yang makamnya di temukan di Kupang.



Kembali pada pertanyaan semula : 

Syarif Abubakar yang mana yang dot?


   Bin siapa? Syarif Abubakar yang hidup di tahun berapa? 

   Karena nama ini digunakan dari generasi ke generasi dalam rentang masa lebih dari 250 tahun hingga saat ini. 

     Habib Husein sudah masuk ke Borneo, Nusantara, Hindia Belanda pada abad ke 17 M. Apakah catatan itu lebih tua dari usia hidup beliau, ataukah lebih muda?


    Mereka yang merasa sebagai keturunan Syarif Abubakar dari garis ayahnya ini,  anak cucunya mengaku siap bermubahalah  !!:  


-- , Di Mesjid Sultan Abdurrahman, atau di Makam Kesultanan Batulayang, atau di Makam Habib Husein Mempawah : untuk mempertahankan hak darah, hak keturunan, dan hak lahir mereka ,--


       **Sebagaimana ketika sekelompok kaum Nasrani Najran  meragukan ke Rasul an Muhammad Rasullullah, dan beliau kemudian menantang mereka dengan Mubahalah atas petunjuk Allah Tuhan nya ,


      Maka kami juga sebagai keturunan beliau, siap bermubahalah dengan mereka yang meragukan ketersambungan darah kami  dengan Muhammad Rasullulllah  dari putrinya (Sayyidah fathimah Az Zahra + Ali bin Abi Thalib), berdasarkan ajaran Rasulllullah tersebut.**


     Dan,sebaliknya, mereka yang mengatakan bahwa leluhur kami dot, terputus, wafat kecil, mandul, tidak punya keturunan, siapapun itu,* lembaga maupun perorangan*

          Apakah punya data nya? 

          Darimana sumbernya? 

          Apa fakta nya? 

          Mana catatannya? 

          Darimana asal nya kabar itu? 


Apakah mereka berani ber - * MUBAHALAH **dengan anak cucu nya? 


Kami  siap menyambut mereka , untuk *MUBAHALAH* kapan saja ! 


         Jadi berhentilah mengacak - acak keluarga kami, keluarga Al Qadri, keturunan Habib Husein bin Ahmad Al Qadri ini, sebelum laknat Allah menimpa kalian semua.  


Pembongkaran makam 
dalam kompleks makam Kesultanan Batulayang
dilakukan oleh sekelompok orang



Dengan demikian jelaslah ini hanya fitnah, !!:  


        Pencemaran nama baik, penyebaran kabar bohong, penyesatan informasi, penghinaan kepada leluhur mereka, adu domba, rekayasa, karena kurangnya data, tidak bertanya kepada tetua dan ahli nya, serta merasa lebih tahu dari kaum keluarga mereka sendiri. 


       Perbuatan ini dapat dianggap sebagai upaya menjatuhkan martabat leluhur Kesultanan Pontianak dan semua anak cucu Habib Husein Al Qadri:-- Yang di dengung kan segelintir orang, ( patut di duga di didukung lembaga tertentu, dan mereka yang mengaku ahli nasab, serta kelompok yang mengail di air keruh), atas dasar dan alasan yang tidak jelas.-- 


Kepada kaum kerabat Al Qadri ,: 


   Sudah tiba masa nya, semua kaum kerabat, anak cucu Habib Husein dan Keturunan Kesultanan merapatkan barisan, menyamakan persepsi,bergandengan tangan,melupakan segala perbedaan,mengesampingkan segala luka sejarah, lalu berangkulan saling memaafkan untuk kemudian duduk bersama dirumah besar Istana Kadriah, 

      Sebagaimana yang diwasiatkan Allahyarham Paduka Yang Mulia Sultan Syarif Abubakar, Ibni Allahyarham Pangeran Agung Syarif Mahmud bin Sultan Syarif Muhammad  Alkadri, : sebelum wafat nya. 


 Alfatehah,.....



Sekelompok orang kembali merusak makam tua 
belum jelas apa tujuan mereka



Perbuatan membongkar atau merusak makam 

Diancam pidana  2  tahun penjara. 



a. Berikut bunyi pasal 179 KUHP:


   Barangsiapa dengan sengaja menodai kuburan, atau dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau merusak tanda peringatan di tempat kuburan, diancam dengan  pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.


b. Pasal 268 RUU KUHP berbunyi:

  Setiap Orang yang menodai atau secara melawan hukum merusak atau menghancurkan makam atau tanda-tanda yang ada di atas makam dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II.


c. Pasal 269 Undang-undang KUHP 

bunyi Pasal 269.

   “Setiap orang yang secara melawan hukum menggali atau membongkar kuburan, mengambil, memindahkan, atau mengangkut jenazah, dan/atau memperlakukan jenazah secara tidak beradab dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori III,” bunyi Pasal 269.


     Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan:

a."menodai makam" misalnya menggunakan makam sebagai tempat melakukan perbuatan asusila, membuang kotoran.

b."makam" adalah liang atau ruang tempat jenazah dengan atau tanpa peti jenazah dikubur, termasuk pula tanah penutupnya dan segala tanda-tanda di atasnya berupa apa saja.

c. "tanda-tanda yang ada di atas makam" misalnya kijing (nisan), salib, atau tumpukan batu yang disusun di atas liang.



Bersambung ke  bagian III  : Klik  >> Nasab dan Nasib ( Klik disini ) 



==============


Referensi Utama 


Diantara berbagai sumber adalah : 


1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan 

2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan

3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li  Al Imam Husein, Pustaka Azmatkan

4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara  Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, dan hingga hari ini banyak ditemukan  keluarga Al Qadri di Serasan, Terempa, Midai, Letung, Sedanau, Bunguran Besar, Natuna, Ranai, Sarawak, dll.Koleksi keluarga Al Qadri

5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770  halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, : Koleksi Pribadi keluarga AlQadri


To Be Continued -------


Referensi : ( Klik > ) 

Kekejaman Jepang di Kalimantan Barat

Sejarah Habib Husein bin Ahmad

Sejarah Sultan Abdurrahman 

Sejarah Syarif Tue, Abdullah bin Yahya  Bali

- Sayyid Abubakar Jeranjang bagian Pertama

Sayyid Abubakar Jeranjang begian kedua

Kesultanan Pontianak

Keturunan Arab - Indonesia

Asal - usul Hadramaut 

Awal mula kedatangan Arab ke Nusantara