Riwayat Hidup ( 1735 - 1814 M ) Usia 79 tahun
SAYYID ABUBAKAR BIN SAYYID HUSEIN AL KADRI PONTIANAK
MENIKAHI 11 WANITA, ANAK KETURUNAN 32 ORANG
By : SAY Qadrie :
Pustaka Sejarah Kadriah
BIOGRAFI SAYYID ABUBAKAR , 1735 - 1814 M
Sekilas Riwayat Hidup Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,
Gelar :
Panglima Laksamana Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara,
Harimau Waqqar ( Gelar Dari Opu Daeng Manambon Raja Mempawah ) Tuan Abu, Panglime Ribot, Panglima Dijaya ( Gelar Dari Kesultanan Sambas ) Singa Lautan, ( Gelar Dari Sultan Riau ) Panglima Laksamana I Nusantara ( Gelar dari Kesultanan Pontianak ), Tuanku Sayyid Abubakar, ( Gelar Dari Kesultanan Trengganu dan Tanah Melayu ) Pelaut tangguh di perairan Pulau Tujuh, Trengganu, Tanah Melayu dan Nusantara,
Masa hidup 79 Tahun : Lahir di Matan 1735 M -
Hijrah ke Segeram Pulau Tujuh pada September 1779 M
Wafat di Pontianak 1814 M
Pengantar :
Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H), Sultan Abdurrahman dilantik menjadi Sultan Kesultanan Pontianak pada tanggal 18 Syaban hari Senin, 1192 H, Usia 48 Tahun saat itu, 1778 M
Kemudian, pada hari Jum"at, 23 Syaban 1192 H - 1778 M,
Sayyid Abubakar dilantik sebagai Panglima Laksamana Nusantara Pertama Kesultanan Pontianak, Usia saat itu 43 tahun - Beliau dilantik oleh Sultan Abdurrahman tepatnya pada tanggal 23 Syaban 1192 H, hari Jum"at, hari ke 5 setelah penobatan Abdurrahman menjadi Sultan ditahun yang sama 1778 M
Akan tetapi, Setelah setahun menjabat, Beliau kemudian : mengundurkan diri pada 5 Juli 1779 M, Karena tidak sepakat ketika Kesultanan Pontianak mengikat kerjasama dengan Belanda. Mereka berpisah jalan setelah 25 tahun bahu membahu didarat dan di lautan
Tulisan ini : Berdasarkan data tua warisan Sayyid Syarif Husein Al Kadri Jamalullail. 1725 M. Diteruskan oleh Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman. 1806 M. Dicantumkan dengan Nomor buku 763 s/d 770 Halaman 336, Dalam Maktab NanGq 1857 M, Koleksi Dokumen Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, 1857 M. Beliau menjabat sebagai Kepala Maktab dan Penjaga Silsilah, Adat istiadat Kesultanan serta Nasab Alkadri. Dan dari koleksi pribadi keluarga AlQadri Pontianak keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah tersimpan turun temurun.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
A. KELAHIRAN, MASA KECIL, REMAJA, DEWASA
1. Asal - usul, Syarif Abubakar bin Sayyid Husein
* Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein bin Ahmad bin Husein bin Mohammad Al Qadri Jamalullail. Beliau adalah putra Sayyid Husein dari istrinya Nyai Tengah, Utien Krinci Srikandi binti Sultan Muhammad Jainudin Sultan Matan Islam Pertama
Lahir di Matan, pada sekitar tahun : 1735 M,
Ketika keluarga besar beliau hijrah dari Matan pada : 8 Muharam 1160 H/20 Januari 1747 M. Beliau, Abubakar ini, yang diperkirakan berusia sekitar 12 tahun, ikut bersama rombongan keluarga besar Sayyid Husein.
Sementara abang/kakak beliau, Abdurrahman ( Yang kemudian menjadi Sultan Pontianak ) saat itu berusia 16 - 17 tahun lahir 1730 M
Hal ini disimpulkan karena catatan sejarah menyebutkan:' setelah 2 tahun menetap di Mempawah, Abdurrahman kemudian dinikahkan dengan Utin Chandramidi, Ratu Sultan, putri Opu Daeng Manambon, Raja Mempawah, " mereka menikah sekitar tahun: 1749.M.
Abdurrahman berusia 18 tahun saat menikah.
Sekitar 22 tahun sebelum membuka hutan Pontianak, pada tahun : 1771.M.
Rombongan besar ini hijrah atas permintaan dan undangan Raja Mempawah, (Opu Daeng Manambon, Nama Asli : Sayyid Syech Abubakar Al Adeni Qaulan Jajirah ) . Keluarga Sayyid Husein bin Ahmad kemudian menempati daerah yang dikenal dengan Galah Herang, atau Sejegi, tempat dimana jasad beliau dimakamkan.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
2. Masa Kecil, dan Remaja, *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,
Masa kecil Abubakar banyak di lalui di negeri Matan, sampai kemudian hijrah ke Mempawah. Sebagaimana abang dan kakak - kakak nya, tentu, beliau juga mendapat pendidikan dan pelajaran ilmu dari Abah beliau Sayyid Husein yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu pelayaran, yang di peroleh beliau semasa mengembara sebelum menetap di Matan dulu.
Ketika pindah ke Mempawah,:" Abubakar menginjak masa remaja menjelang dewasa, bersama saudara - saudaranya,: " Abdurrahman, Muhammad, Ahmad, Ali dan Alwi "( Tuan Bujang),- yang ikut berhijrah,
Sebagai putra Mufti di kerajaan Matan Ketapang dan Amantubillah Mempawah, tentu saja , Abubakar mendapatkan pendidikan dan pelajaran langsung dari Abah nya, Sayyid Husein. Berbagai disiplin ilmu yang diajarkan Abah nya kemudian menjadi bekal perjalanan hidup selanjutnya nanti.
Dalam sejarah catatan pembuka kota Pontianak, tahun 1771 nanti, nama Abubakar ini disebut ikut serta dengan Abangnya, Abdurrahman, yang kemudian menjadi Sultan di Pontianak dan beliau dilantik menjadi Panglima Laksamana Pertama.
Sayangnya,.....
Setelah membuka hutan, catatan tentang beliau ini
sangat terbatas yang dapat ditemukan.
Ada cerita dari mulut ke mulut orang tua -tua keturunan ini, bahwa beliau ini bermukim di sekitar daerah yang sekarang di kenal dengan Kampung Mariana Sungai Jawi. Tentu saja saat itu masih berupa hutan rimba.
Disebutkan dulunya banyak burung merak disekitar tempat yang sekarang dikenal Gang Merak. Itulah kenapa kemudian beliau di makamkan di Kampung Mariana, Gang Merak, (Bukan di Batulayang ) dulunya itu adalah tanah hutan belantara garapan beliau dan kompleks pemakaman khusus keluarga beliau dan anak cucu keturunan nya.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
NAMA ABUBAKAR KETURUNAN SAYYID HUSEIN
Daftar letak makam keturunan Sayyid Husein dengan nama Abubakar
1. Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein , Panglima Laksamana I,
Makam : Jalan Sidas Kecil Dusun 1 Mariana, belakang hotel Mahkota Pontianak
2. Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana, II
Makam : Pemakaman tua muslim Tibet Wuhan China
3. Sayyid Syarif Abubakar bin Abdullah Jamalullail, Panglima Laksamana , III
Makam : Martapura Banjarmasin Kalsel, Zaman Sultan Osman 1819 M
4. Sayyid Syarif Abubakar bin Abdillah, Panglima Laksamana, IV
Makam : Jeranjang Lombok NTB, Zaman Sultan Hamid I, 1855 M
5. Syarif Abubakar bin Usman, ( Bukan Sultan Osman )Panglima Laksamana ,V
Makam : Manokwari, Papua, Zaman Sultan Yusuf , 1872 - 1895 M )
6. Syarif Abubakar bin Sultan Usman , Gelar : Pangeran Cakrabuana
Makam : Pemakaman Tua Layo Sampang Madura
7.Syarif Abubakar bin Muhammad
Makam : Sengkubang Mempawah Kalbar
8. Syarif Abubakar bin Usman bin Jafar, Pangeran Bendahara bin Sultan Hamid I
Makam : Kompleks makam Sayyid Husein Mempawah
9. Syarif Abubakar I, bin Husein bin Sultan Abdurrahman
Makam : Gua Seliung Kalbar
10. Sayyid Syarif Abubakar bin Ahmad bin Sayyid Husein Mempawah
Makam : Kutai Kertanegara Kaltim
11. Syarif Abubakar bin Pangeran Bendahara Ja far, bin Sultan Hamid I
Makam : Desa Peniti Dalam, Segedong, Kalbar
12. Syarif Abubakar II, bin Husein , bin Sultan Abdurrahman
Makam Kompleks Pemakaman Batulayang Yang dijadikan bahan fitnah dan dikatakan sebagai makam Sayyid Abubakar Panglima Laksamana , I
Sumber : Maktab Nan GQ 1857 Al Kadri Pontianak
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
3. Masa Dewasa, * Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,
Abubakar , tumbuh besar di Mempawah, karena abang beliau, Abdurrahman, setelah menikah, sering melakukan pelayaran ke berbagai daerah, Abubakar ini juga ikut bersama saudaranya, melanglang buana di lautan, bersama Nakhoda Daud, orang kepercayaan abang nya di lautan.
Saat itu, usia beliau, Syarif Abubakar ini , mulai menginjak dewasa
Sejarah mencatat :
Pada tahun 1759 Syarif Abdurrahman mengadakan pelayaran ke beberapa tempat seperti ke Pulau Tambelan, Siantan dan Negeri Siak, ketika ia berumur sekitar 29 tahun, dan pada tahun 1765 ke Kerajaan Palembang dan Banjarmasin, ketika ia berumur 35 tahun.
Di Palembang Sultan kerajaan ini -- yang telah mengenal baik ayah dan mertuanya -- memberinya hadiah berupa : sebuah perahu, 100 pikul timah dan uang 2.000 ringgit.
Pada tahun 1767 Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, usia 37 tahun, meninggalkan Mempawah menuju Kerajaan Banjarmasin dan Paser -- sekarang lebih dikenal dengan Kabupaten Paser dengan ibu kota nya Tanah Gerogot -- yang masing-masing terletak di kawasan selatan dan pantai timur Pulau Kalimantan.
Sekembalinya dari penjelajahannya ke beberapa kawasan disekitar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Bangka, Laut Jawa dan Selat Makasar, pada 11 Rabiul Akhir tahun 1185 atau pertengahan 1771,- orang tua yang sangat dikasihinya, Sayyid Hussein , meninggal dunia.
Dalam catatan lain As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail , : Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Kalimantan Barat. Anak Bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M, dan wafat di usia 63 -64 tahun, pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M, menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak
Dalam semua pelayaran ini, Sayyid Abubakar ikut serta mengawal Abdurrahman
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
4. Mengelana di lautan, dan gelar yang disandang
*Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,
Dalam babat Maktab NANGQ 1857., gelar Panglima Harimau Wakkar., kepada Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Hussein., juga atas Pemberian Opu Daeng Manambong (Syed Syech Abubakar Adeni Qaulan Jajirah).,
Karena Syarif Abu Bakar ketika usia muda sering melihat permainan sabung Ayam yang di laksanakan Opu Daeng Manambong., Karena Itu merupakan kesenangan beliau., Syarif Abu Bakar tertarik dengan cara dan tehnis serangan ayam jantan milik Opu Daeng Manambong yang tidak pernah kalah,
Syarif Abu Bakar mempelajari tehnis serangan tersebut., kemudian beliau merawat kuku - kukunya untuk melakukan latihan cara menyerang lawan saat - saat dalam Keadaan lengah.,
Melihat kesungguhan Syarif Abu Bakar belajar ilmu bela diri dengan cara otodidak., baik tangan kosong maupun bersenjata, akhirnya secara diam2 di perhatikan Opu Daeng Manambong.,
Kemudian Opu memberi (Syarif abu Bakar) sepasang sarung tangan yang beliau pesan di daerah Matan, ujung nya di lapisi tembaga kuning yang runcing mirip cakar harimau., untuk dipergunakan belajar dan latihan.,
Opu Daeng Manambong memberikan Gelar kepada Syarif Abubakar ini, dengan Sebutan Harimau Wakkar ( Panglima Harimau Wakkar ) yang di harapkan untuk menjaga diri dan menyerang lawan ketika saat berperang
Dan ternyata Apa yang di pelajari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar benar - benar bermanfaat untuk dirinya dimasa depan.
Saat ketika menghadapi bajak laut dan musuh - musuh, ketika berperang maupun dalam pelayaran, dan berdagang sambil ber da"wah yang menjangkau sampai di daerah : Papua., NTT., NTB., Sulawesi menyeberangi Pulau Jawa., termasuk Malaysia dan Singapura.,
Demi untuk menyampaikan ajaran Islam sambil berdagang.
Setelah cukup dewasa dan punya pengalaman, sekitar usia antara : 20 hingga 25 tahun, atau kurang dari itu, beliau kemudian ditugaskan oleh Opu Daeng Manambon menjadi Pengawal Abdurrahman dan melakukan pelayaran keberbagai negeri, diberi gelar : Mangku Negara Wira Lesmana.
Wilayah Pulau Tujuh, Negeri Sembilan, dan Tanah Melayu : Pulau itu diantaranya, Serasan, Midai, Natuna, Terempa, Siantan, Bunguran Besar, Sedanau, Tambelan sedangkan wilayah Singapore, Melaka, Trengganu, Johor, Kedah, Kuantan, Pahang, disebut dengan : Tanah Melayu.
Saat Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulail., bersama abang beliau berlayar ke pelosok negeri mulai di kenal sebagai: Syarif Abdurrahman., beliau : Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai di kenal sebagai : Tuan Abu.,
Ketika Syarif Abdurrahman mendapat gelar dari Kesultanan Banjar Pangeran Nur Alam., Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai sudah mendapat gelar Mangku Negara Wira Lesmana, Harimau Waqqar, dari Raja Mempawah dan kemudian Singa Lautan dari Kesultanan Riau, sementara Pangeran Nur Alam mendapat gelar Singa Samudra oleh Kesultanan Riau.,
Karena Sultan Riau melalui panasehat istana bahwa mereka berdua adalah Simbol yang akan menjadi cikal bakal berdirinya Kesultanan Qadriyah Pontianak.,
Dan itu benar terwujud, bahkan Sultan Riau lah yang menobat kan Sultan Syarif Abdurrahman Al - Kadri Jamalulail menjadi Sultan Pertama Kesultanan Pontianak.
Setelah ditabalkan menjadi Sultan
Beliau kemudian menobatkan adik nya Syarif Abu bakar (Tuan Abu) bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., menjadi : Panglima Laksamana Nusantara I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalullail.,
Keduanya adalah Singa Kesultanan Pontianak saat itu.,
Disimbolkan 2 singa berhadapan menjaga mahkota pada lambang kesultanan Pontianak ( Simbol ini kemudian berubah arti, ketika Sultan Syarif Kasem Al - Kadri., menggantikan Abah nya menjadi Sultan
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
##, Gelar Panglima Laksmana, Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara,
Gelar Panglima Laksamana ini diperoleh ketika Kesultanan Pontianak ditabalkan pada tahun 1778. pada hari ke 5, setelah Abdurrahman dinobatkan menjadi sultan, Beliau kemudian dilantik oleh saudaranya, : Sultan Abdurrahman sebagai Panglima Laksamana Nusantara, dengan wilayah operasional seluruh Nusantara bahkan seluruh dunia.
Belakangan beliau dikenal dengan "Panglima Laksamana Pertama", atau,Tua. Dikenal juga dengan nama kecil "Tuan Abu"
Gelar : "Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara", diberikan oleh Opu Daeng Manambon, karena sebelum kesultanan Pontianak berdiri, beliau sudah aktif dalam Memperdalam ilmu olah kanuragan, beladiri, pencak silat, baik tangan kosong maupun bersenjata di Mempawah, dilingkungan istana Amantubillah.
Panglima Laksamana menunjukkan kepiawaian beliau di bidang ilmu pelayaran dan kelautan, yang tentu saja di pelajari dari Abah dan Abang beliau, Sayyid Husein yang mulia, dan Abdurrahman saudara tertua laki - laki nya.
Dari beberapa sumber klasik, kami temukan bahwa beliau ini orangnya besar dan tingginya mencapai 180 cm, gagah, kuat, dan berani. Kukunya sengaja diruncingkan yang digunakan sebagai senjata tangan kosong menerkam tenggorokan lawan.
Beliau juga bergelar : "Harimau Waqqar " dari pulau Borneo. Gelar ini diberikan oleh "Opu Daeng Manambon" Raja Mempawah ( Nama Asli : Sayyid Syech Abubakar Al Adeni Qaulan Jajirah )
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
##, Gelar Tuanku Encek Panglime Ribot
Gelar : Tuanku Ncek Panglime Ribot, diperkirakan di berikan oleh anak buah kapal dan pasukannya yang berasal dari wilayah Tanah Melayu, Trengganu, dan Negeri Sembilan dan mungkin juga orang dari Pulau Tujuh.
Selain terkenal sebagai Singa lautan, : beliau juga terkenal sebagai Panglima Ribut Tuan Abu, peristiwa ini terjadi setelah beliau membuka hutan dan membangun Padepokan rumah di daerah ( sekarang Sei Jawi dan Jeruju ), beliau langsung mengadakan pelayaran dan berdagang dengan maksud untuk memulai da'wah keliling Nusantara.,
Tujuan utama beliau adalah ke pulau Lemukutan, kemudian beliau melanjutkan pelayaran di pulau dato' daerah Sambas, ketika melewati laut Sambas beliau di hantam angin laut yang sangat kencang, sebelum masuk muara Sambas,
Di sini beliau sempat bertemu dengan adik beliau : Syarif Ahmad Al - Kadri anak dari Nyai piring (Uray Kesmiri )
Beliau di hantam ribut dan ombak.,
Sehingga anak buah kapal dan pengikut beliau sempat kewalahan, ingin melepaskan jangkar, tetapi Panglima Laksamana I Tuan Abu melarang dan memerintahkan jalan terus dan jangan berhenti., sementara kain layar yang di pasang di perahu layar robek di hantam ribut.,
Nahkoda berkata:
” Bagaimana bisa melanjutkan perjalanan jika layar robek.?”
Panglima berkata:
” ikuti saja arah angin, biarkan kapal ini berjalan mengikuti arah angin, jangan khawatir jika abahnda Habeb Husein pernah mendapat pertolongan Allah melalui perantara Nya, maka kapal ini pun akan mendapat pertolongan Allah dengan perantara Nya.”,
Maka kapal mereka di biarkan mengikuti arah angin sehingga atas pertolongan Allah mereka sampai di tanjung Dato' daerah Sambas, sejak saat itu masyarakat tanjung dato' memanggil beliau dengan sebutan : Panglima Ribut .,
Disinilah beliau bertemu dengan adik Beliau bernama Syarif Ahmad., adik kandung lain ibu., Kemudian atas saran adiknya beliau sempat singgah dan menetap hampir dua tahun dan menikah dengan seorang gadis istri ke 9 serta memiliki dua anak.,
Panglime Ribot diambil dari keahlian beliau menaklukkan lautan dalam kondisi badai besar ( Ribot , bahasa Melayu ) Kelak gelar ini diwarisi putra beliau "Jamalullail " di Segeram, dengan gelar yang sama : Panglima Ribot
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
Gelar : Tuanku Sayyid Abubakar,
Kemungkinan di peroleh setelah menikah dengan salah satu wanita yang berasal dari Trengganu, Inche Aminah/ Syarifah Aminah binti Abdullah Alydrus. Karena negeri- negeri Melayu memanggil Sayyid dengan Tuanku, atau Tengku, disingkat Tku, yang masih berlaku hingga hari ini.
Gelar : Harimau Waqqar,
Panglima Laksamana I Tuan Abu Syarif Abu Bakar memiliki tubuh yang kekar dan tegap gagah perkasa tingginya mencapai 180 cm, sehingga Oleh Opu Daeng Manambong (Syed Syeich Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah memanggil Syarif Abu Bakar dengan Panggilan ( Panglima Laksamana Adiwijaya Wirelesmana Mangkunegara) yang di harapkan nantinya dapat membantu perjuangan abang nya Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dalam mendirikan kesultanan Pontianak.,
Maka Sejak Itu beliau melatih dirinya menjadi seorang Panglima yang gagah berani dalam Setiap medan pertempuran baik laut maupun di daratan . Untuk memperkuat benteng dan untuk dirinya sendiri.
Beliiau juga memelihara kukunya hingga panjang hampir setengah centi,
Kemudian kuku - kuku tersebut beliau runcingkan
Dengan tujuan apabila tidak ada senjata atau tangan kosong beliau dapat melawan musuhnya dengan cakaran kuku Maut nya., hal ini beliau lakukan Karena hampir setiap pelayaran selalu di cegat oleh bajak laut maupun musuh - musuh yang akan menyerang abang nya maupun dirinya dan pengawal Sultan
""Sehingga beliau di sebut Panglima Harimau Wakkar"" dari pulau Borneo.,
Merujuk kata Harimau, mahluk buas yang kuat, beliau di anugerahi gelar ini, karena keberanian membela hak nya dan membela kebenaran, baik di darat atau di lautan.
Ada riwayat pitutur dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi dalam keluarga ini disebutkan, ketika terjadi peperangan maka beliau yang masuk ke dalam moncong meriam dengan senjata ditangan,- kemudian di tembakkan ke arah musuh nya.
5. *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein: Menikah pertama sekitar 1755 - 1760 M di usia antara 20 atau 25 tahun. Lahir tahun 1735 M di Matan.
Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan beliau: istri 11, anak 32
*Syarif Abubakar bin Habib Husein, setelah melanglang lautan, kemudian menikahi 11 wanita masing-masing :
I. Aluyah Sambe, binti Abdul Ta"tong , dinikahi sekitar tahun 1767 M,
Dikaruniai keturunan 6 anak
I.1. Sayyid Abdullah, bin Abubakar lahir Pontianak pada 1769 M kemudian hijrah ke Lombok bersama Ibu karena dibawa ayahnya : kelak menikah dengan trah Kesultanan Banten. Diangkat jadi Tumenggung Banten. wafat Lombok 1856 M, Makam di Lombok. Usia hidup 87 tahun
I.2. Sayyid Husein, bin Abubakar lahir di Lombok : 1772 , Kembar Abdillah. Makam di Pantai Lombok
I.3. Sayyid Abdillah, bin Abubakar Lahir di Lombok 1772 , Kembar Husein . Makam di Pantai Lombok
I.4. Sayyid Jamaluddien , bin Abubakar lahir 1779 M, Wafat1850 M.Usia 71 tahun
I.5. Sayyid Mohdar, bin Abubakar Lahir 1782, Wafat 1860 , Makam sekitar kraton Sambas. Usia 78 tahun
I.6. Sayyid Najarudien bin Abubakar ( lahir karena Nazar setelah wafatnya Abdurrahman Bayi , dari ibu lain, : Inche Salmah)
II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidroos Wanita yang berasal dari Trengganu, yang saat itu berada di Kalsel pada 1772 M, dinikahi dan dikaruniai 6 anak :
II.1. Sayyid Ibrahim, bin Abubakar lahir Banjar 1773, Wafat Segeram 1857, Makam Kpg. Segeram, Natuna. Usia hidup 84 tahun. Kelak menjadi Panglima Hitam Paku Alam Segeram.. Keturunan ini sudah dinobatkan menjadi : Panglima Laksamana I Wierelles Tujuh, Syarif Tue Tsani, 39@ Sayyid Abdullah bin, 38@ Yahya(Gelar: Wan Kundoy ) Bin, 37@ Muhammad, bin 36@ Ibrahim Al kadri, Sekaligus sebagai Kepala Keluarga Keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Alkadri Mempawah 2020M
II.2. Sayyid Yusuf , bin Abubakar lahir Banjar 1776 M. Kelak menjadi Panglima Jubah Putih. Ulama Besar Natuna abad ke 18 - Wafat Segeram 1858 M. Makam Segeram . Usia 82 tahun Keturunan ini dinobatkan sebagai Panglima Laksamana Loloan Syarif Tue Awal, 38@Sayyid Abdullah bin 37@Yahya Maulana Al Kadri. Makam di Loloan Jembrana Negare Bali.
II.3. Sayyid Jamalullail, bin Abubakar lahir Banjar 1778 , Kelak menjadi Panglima Ribot, Panglima Junjung Buih. Wafat 1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna
II.4. Sayyid ALI Pertama bin Abubakar lahir Segeram : kemudian merantau ke Batavia bergabung dengan sepupunya Pangeran Syarif Hamid Angke putra Sultan Abdurrahman ( wafat Batavia makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok )
II.5. Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar lahir Segeram 1781 , Kelak menjadi Panglima Karang Tanjung. Wafat Segeram 1872, Makam Kpg. Segeram,Natuna
II.6. Sayyid Maulana Malik bin Abubakar lahir Segeram 1783, Wafat Batavia 1871, Makam Mbah Priok Batavia . Diduga bergabung dengan Pangeran Hamid Angke bersama saudaranya Ali
III.Inche Salmah, asal Aceh dikaruniai 5 keturunan :
III.1. Sayyid Abunijam, bin Abubakar Jamalullail Lahir Aceh 1776, Wafat Aceh 1859, Makam tua kandangan di Aceh
III.2. Syarifah Fathimah binti Abubakar Jamalulllail ( Pr )
II.3. Sayyid Abdurrahman binti Abubakar ( Wafat Bayi ), makam Mariana
III.4. Sayyid Hasan, bin Abubakar Jamalullail lahir Pontianak 1774, merantau ke Semarang pulau Jawa hingga Wafat 1860, Makam Jln. Taman Sri Kuncoro.III. No.28. Kalibanteng Kulon Semarang Barat Jawa Tengah
III. 5. Syarifah Aishah binti Abubakar ( Pr )
IV. Dayang Kesumbi, Sintang, keturunan :
1. Sayyid Ahmad bin Abubakar
2.Syarifah Laila binti Abubakar
3. Sayyid Hamid bin Abubakar
4. Syarifah Salmah binti Abubakar
Istri Sayyid Abubakar ke :
V. Saodah ( dari Madura ) Sumenep, Keturunan
1. Sayyid Wahidin bin Abubakar
2. Sayyid Syamsudin bin Abubakar
VI. Kristina ( Minah ) Papua, keturunan :
1. Sayyid Al Amanah bin Abubakar
2. Sayyid Samanhudi bin Abubakar
3. Syarifah Rukayah binti Abubakar
VII. Dayang Cut Maidah, Palembang , keturunan :
1. Sayyid Tengku Burhanuddin bin Abubakar
2. Sayyid Tengku Rahmadi bin Abubakar
3. Syarifah Cut Salmah Munawarah binti Abubakar
VIII. Saidah , Kapuas Hulu, tidak berketurunan
IX. Dewi Asmairah, Sambas , keturunan :
IX.1. Sayyid Muhammad Jamalullail ( Wan Kundoy Hamsah ) bin Abubakar Kelak bergelar Panglima dijaya . Setelah cukup lama menetap di wilayah perbatasan Sambas Sarawak dan Brunei, dimasa tuanya beliau bergabung dengan saudaranya di Segeram pulau tujuh Natuna sekarang hingga wafat. Makam Beliau ditemukan di Segeram Natuna
Keturunan Muhammad Jamalullail dari ibu Dewi Asmairah putra Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I ( Bergelar : Wan Kundoy Hamsah) Salah satu keturunan ini sudah dinobatkan menjadi
X. Nurmaini, wanita Singapore, tidak berketurunan,
XI. Maria, Keturunan Dayak mualaf, istri terakhir di Pontianak, keturunan :
XI.1. Syarif Ali bin Abubakar , makam di Sei Purun
XI.2. Syarif Alwi bin Abubakar, lahir 1793 M, selisih 20 tahun usia dengan Ibrahim Segeram yang lahir 1773 M,. Alwi dimakamkan di Mariana dekat dengan Abah nya, : Tuan Abu, Sayyid Abubakar
Dengan demikian beliau meninggalkan 32 anak keturunan hingga hari ini,
250 tahun yang lalu, keturunan pertama Tuan Abu sudah lahir ke bumi.
Yang pasti beliau memiliki banyak keturunan yang masih hidup hingga hari ini. Saat ini keturunan terpanjang mencapai 10 generasi, sementara terpendek mencapai 5- 6 generasi dari Tuan Abu, Syarif Abubakar Panglima Laksmana ini.
Keterangan Sumber :
Keturunan lengkap Sayyid Abubakar Panglima Laksmana Pertama, bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, dari semua istri beliau. Berdasarkan catatan Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahmman dan Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. Kode Dokumen : NanGq 1857 M, Nomor : 36/763, Halaman : 327 s/d 330
Sayyid Abubakar Wafat pada tahun 1814 M, Usia 79 tahun, dipangkuan Sultan Syarif Kasem, Sultan Pontianak ke II, dan dimakamkan di Jalan Sidas Kecil, Dusun,I. Kampung Maria Pontianak ( nama kampung ini diambil dari nama istri beliau setelah membuka hutan ditempat itu, sementara parit batas dinamai : Sungai Jawei, : sekarang Sungai Jawi ), dulu banyak ditemukan burung merak disini, sehingga sekarang dikenal dengan Gang Merak .
Beliau sempat tinggal dan menetap di Segeram Pulau Tujuh Natuna, masuk ke Segeram pada 1779 M, bolak - balik selama 10 tahun, bersama istri ke 2, Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus, dan anak nya, : Ibrahim, Abdurrahman, Yusuf dan Jamalullail, yang makam nya ditemukan di Segeram.
Dikenal sebagai makam Panglima, Makam keramat 7
Beliau juga sering berkunjung ke Sabamban, menengok cucunya
Karena salah satu putranya bernama : Sayyid Ibrahim ini,
Menikahi Syarifah Aminah binti Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban dan mendapat cucu , salah satunya ber nama : Sayyid Sirajudien Syah bin Sayyid Ibrahim. Makam nya ditemukan di perbatasan Kalsel - Kalteng.
Sayyid Sirajudien Syah kemudian menikahi
Syarifah Nuswainah binti Syarif Yasin Alidrus.
Beliau ini, : Sayyid Sirajudien Syah bergelar " Pangeran" menikahi Syarifah Nuswainah , ( cucu Pangeran Syarif Ali Sabamban ) Keturunan ini ada di Banjar dan Babel sekarang
Beliau Juga menurunkan Sayyid Ayub ayah dari Sayyid Sihabuddin . Makam Sabamban disamping makam Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban
Setelah mulai uzur kemudian menetap di Pontianak,
Sekitar Kampung Mariana, hingga wafatnya. 4 anaknya, dari istri kedua,: Syarifah Aminah binti Abdullah Alidros, cucu, dan banyak kaum kerabatnya menetap hingga wafat dan dimakamkan di Segeram Natuna.
Keturunan beliau juga terdapat di Lombok , Banjar, Pulau Jawa, Sulawesi, Papua, Aceh, Babel, Riau. dll, dari 11 Istri yang dinikahi .
Dokumen terbatas Kesultanan Pontianak. Tidak dibagikan. Hanya untuk diakses kaum kerabat Al Qadri yang ingin meluruskan Nasabnya dan percaya kepada kaum kerabatnya sendiri.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
B. Wafat nya Sayyid Husein bin Ahmad di Mempawah,- 19 Mac 1771
Sayyid Husein bin Ahmad, wafat pada pukul 2.00 petang, 2 Zulhijjah 1184 H/ atau, 19 Mac 1771 dalam usia 64 tahun. Beliau menutup mata di Mempawah, dan dimakamkan di Desa Sejegi, Mempawah Hilir. atau
As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail , :
Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Kalimantan Barat. Anak Bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M, dan
wafat di usia 63 -64 tahun, pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M,
menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak
Beliau dikenal dengan Tuan Besar Mempawah.
Wafat nya Ayahanda yang sangat di kasihi dan dihormati putra - putrinya ini, menyebabkan semua keluarga besar berkumpul di satu titik, yaitu di Mempawah.
Setelah menyempurnakan jenazah dan memakamkan jasad beliau di Sejegi, Mempawah Hilir, keluarga ini kemudian fokus untuk melaksanakan wasiat Abah mereka, mencari tempat hunian baru untuk keluarga besar mereka, dan anak cucu keturunan nya nanti.
Baru pada sekitar Oktober 1771.M, - 8 tahun kemudian , 1763 wafat
Ekspedisi mencari pemukiman baru di laksanakan, dengan berlayar ke arah Selatan dari kota Mempawah, menyusuri laut dan pantai Borneo. Mereka sempat masuk di Sungai Peniti, dan sholat Dzohor di Tanjung Dzohor.
Mereka juga singgah di Kelapa Tinggi Segedong, baru kemudian melanjutkan perjalanan .
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
MENCARI TEMPAT HUNIAN BARU
1. Wasiat untuk mencari tempat hunian baru
Sebagaimana sejarah mencatat, bahwa wasiat Sayyid Husein adalah:", agar keturunannya mencari tempat bermukim sendiri, dan mengembangkan wilayah baru, untuk keturunan dan anak cucu beliau nanti ".
Setelah beberapa waktu wafat nya beliau, wasiat ini kemudian di laksanakan oleh keluarga besar mereka, anak cucu Sayyid Husein, yang melakukan ekspedisi, mencari tempat pemukiman baru.
Rombongan besar ini menyertakan semua keluarga besar mereka yang tadinya menetap di Mempawah untuk mencari tempat hunian baru yang belum diketahui tempat dan letaknya.
Waktu itu Borneo masih berupa hutan lebat dengan sungai yang masih mengalir deras belum adanya sedimen endapan pendangkalan seperti sekarang. Pohon kayu hutan tropis yang besarnya 3x pelukan orang dewasa. Hutan tropis tadah hujan yang kerapatannya mendekati kerimbunan bumi amazon.
Hijau subur hijau rimbun yang menyejukan mata.
Rimbun pepohonan dengan dahan dan daun yang sanggup menjadi peneduh dari sinar matahari langsung pada siang hari. Borneo dihuni oleh puluhan ribu satwa langka dunia, ratusan ribu jenis burung yang tak ditemukan di belahan bumi manapun.
Kekayaan ikan dan udang di dasar sungai nya. Yang cukup untuk menghidupi penduduknya dari profesi sebagai pemancing saja. Udang galah adalah lobster sungai yang sangat bergizi tinggi, yang hidup di perairan air tawar pulau Borneo.
MEMBUKA KOTA PONTIANAK
2. Abubakar bin Sayyid Husein,
Ikut Rombongan ekspedisi mencari wilayah baru
Pada pukul 14.00 , 9 Rajab tahun 1185 H,
Atau sekitar Oktober , 1771 M,
Pangeran Abdurrahman Al-Qadrie berangkat bersama Istrinya Utin Chandramidi, anak - anak nya, dan seluruh keluarganya menuju ke pemukiman baru yang belum mereka ketahui dalam satu konvoi besar yang terdiri dari 2 kapal besar , dan 14 kapal kecil beserta dengan awak kapal nya lengkap dengan peralatan tidur, makanan, minuman untuk dua bulan.
2 Saudara laki-lakinya -- *Syarif Abubakar dan *Syarif Alwi Tuan Bujang ikut dalam rombongan ini. Sementara :
*Syarif Muhammad dan ( *Syarif Ali sudah merantau ke Malaysia.
Syarif Ali kemudian menetap di Brunai,
Dimana Keturunan dan makam Syarif Ali bin Sayyid Husein Al Kadri, masih kami telusuri hingga saat ini, 2022
Sedangkan *Syarif Ahmad merantau ke pulau Jawa , kelak dikenal dengan Pangeran Giri dan menikah di kerajaan Sadurangas, Pasir Blengkong, Kalimantan Timur, Sementara *Syarif Ahmad Bungsu, menetap di daerah pesisir utara Kalimantan Barat.
Rombongan mereka meninggalkan Mempawah mencari pusat pemukiman baru, dan Syarif Abdurrahman ditunjuk sebagai kepala rombongan besar itu pada tahun 1771 M, sekitar bulan Oktober.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
3. *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, ikut Membuka Hutan Pontianak
23 Oktober 1771 M :
Pada subuh hari Rabu tanggal 14 Rajab 1185.H bertepatan dengan 23 Oktober 1771 M rombongan Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Qadrie memasuki kawasan perairan di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak .
Pada sekitar jam , 07.00 pagi, rombongan mendarat di persimpangan tiga Sungai kapuas Kecil, Sungai Landak dan Sungai Kapuas Besar itu. Mereka memulai merimba hutan di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Mesjid Jami Sultan Abdurrahman Pontianak.
Pada pagi hari Rabu itu juga, rombongan itu mendarat pada salah satu kawasan tepi Sungai Kapuas tidak jauh dari muara Sungai Landak. Mereka mulai menebang dan membersihkan pohon-pohon serta mendirikan surau yang sekarang menjadi Mesjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie.
Kemudian Abdurrahman dan rombonganya mulai mempersiapkan tempat pemukiman ( bangsal darurat ) yang letaknya menjorok ke darat sekitar 800 meter dari surau tersebut. Pemukiman itulah kemudian menjadi Istana Kesultanan Qadriah Pontianak seperti sekarang ini
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
4. Penobatan Sultan Abdurrahman dan Pelantikan Panglima Laksamana
Tanggal 18 Syaban hari Senin / tahun 1778 Masehi
Setelah sekitar 7 tahun,
Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, setelah menaklukkan Sanggau, dan Tayan, dengan dihadiri oleh raja-raja kerajaan Landak, Simpang, Matan, Sukadana dan Mempawah, Sultan Riau Raja Haji Fisabilillah,Yang Dipertuan Muda Riau,: menobatkan Syarif Abdurrachman Alkadrie sebagai sultan (pertama) di kesultanan Pontianak.
Dalam semua peperangan diatas, Sayyid Abubakar ikut aktif membela saudaranya, karena beliau adalah :
"Panglima Perangnya Kesultanan Pontianak"
Sampai kemudian Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Pertama Kesultanan dari Dynasti Al Kadri/Al Qadry di Pontianak ini, bergelar :
*Duli Yang Maha Mulia Tuanku Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Nur Alam Kahar, Ibni As Sayyid Husein Al Qadri, Mufti Istana Amantubillah Tuan Besar Mempawah* Dan 5 hari kemudian, Sayyid Abubakar dilantik saudaranya menjadi " Panglima Laksamana Nusantara Pertama, dikenal sebagai Laksamana Tua.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
MUNDUR DARI KESULTANAN : 5 Juli 1779 M
5. *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, Melanjutkan tugas ber da"wah
Setelah menyampaikan permintaan PENSIUN DINI kepada Sultan., Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., beliau mulai membuka Hutan.,
Hutan yang beliau buka saat itu berada pertengahan antara sungai Kapuas yang sudah banyak di lalui pelayaran dari pedagang - pedagang yang masuk dari berbagai negeri (sekarang menjadi Pelabuhan Pontianak)
Di daerah aliran sungai tanpa nama., yang kemudian oleh Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalullail., diberi dengan nama aliran "Sungai Jawei""
Nama ini beliau ambil dari nama istri Sultan Pontianak yang Berkebangsaan belanda Lia Van Heden binti Van Heden Werjawei (Jawei ). ( Sekarang menjadi Sungai Jawi) dengan maksud untuk mengenang sumber pangkal melemahnya Kesultanan Pontianak kerena membuat perjanjian dengan Belanda,
Pada September 1779 M, Beliau bersama istri kedua nya, Syarifah Aminah yang menetap di Banjar, termasuk anak , menantu, sepupu, keponakan, dan kaum kerabatnya memutuskan hijrah ke Pulau Tujuh desa Segara / Segeram . Natuna sekarang
1779 M (1193 H)
Residen Rembang Willem Adrian Palm mewakili VOC, untuk kali pertamanya menginjakkan kaki di kesultanan Pontianak. Dilangsungkan kontrak pertama antara VOC dengan kesultanan Pontianak dan Sanggau.
Sejak tanggal 5 Juli, 1779.M,
Kesultanan Pontianak beserta negeri taklukkan nya (Sanggau dan Tayan) berada di bawah kekuasaan VOC. Langkah politis berkompromi dengan Belanda ini mungkin strategy Sultan Abdurrahman untuk mempertahankan eksistensi kesultanan yang baru saja di bangunnya itu.
Sebab, jika beliau menolak dan kemudian berkonplik dengan Belanda lebih tepatnya VOC, maka bisa jadi kesultanan yang baru seumur jagung itu, musnah dan lenyap seketika.
1784 M (1198 H)
Dibantu tentara kompeni Belanda, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie menyerang kerajaan Sukadana yang dikuasai Kesultanan Riau.
1786 M (1200 H)
Kesultanan Pontianak dengan bantuan Belanda menyerang kerajaan Mempawah. Perang saudara berkecamuk hampir delapan bulan, di mana akhir nya Mempawah dapat ditundukkan. Panembahan Mempawah, Adijaya Kusuma tak sudi negeri nya diinjak Kolonial Belanda kemudian meninggalkan negeri Mempawah.
Dengan persetujuan VOC,: Syarif Kasim, salah seorang putera Sultan Syarif Abdurrachman, dinobatkan sebagai Panembahan Mempawah. Belum berapa lama Syarif Kasim menduduki tahta kekuasaan, Belanda menyodorkan sebuah kontrak kepadanya.
1791 M (1206 H)
Selama kurang lebih delapan bulan, terjadi peperangan antara kesultanan Pontianak dengan Sambas.
1792 sampai 1808 M
Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie meneruskan menata pemerintahan kesultanan nya bersamaan dengan tindakan Belanda membangun di sebelah barat sungai kapuas. dikenal dengan tanah seribu. Sekarang Kelurahan Mariana,
1808 M (1223 H) Hari sabtu tanggal 1 Muharram selepas zuhur, dalam usia 78 tahun, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie berpulang ke Hariban llahi dan dimakamkan di Batulayang. ( lahir 1730 - wafat 1808 , usia 78 tahun )
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
Hal ini juga menjelaskan tentang makam Abubakar yang ada di Batulayang
Sebagaimana disebutkan oleh sdr. Usman Said, dkk , jelas bukan makam Abubakar bin Sayyid Husein, karena beliau saat itu sudah dewasa dan bukan lagi anak kecil, tentu saja beliau hidup dan bahu membahu bersama saudara nya Sultan Abdurrahman. Bahkan beliau merupakan "Panglima Perang"
Pandangan bahwa Abubakar bin Sayyid Husein ini wafat di usia kecil dan tidak meninggalkan keturunan, tidak bisa diterima karena beliau ikut pada saat membuka hutan 1771 M, dan keturunannya sangat banyak hingga hari ini.
Keturunan ini dikenal dengan sebutan Keturunan Tua.
Karena tua secara urutan generasi dan memang sebagian tua karena usia hidup yang panjang. Rata- rata masa hidup diatas 70 tahun. Bahkan salah satu cucunya, Syarif Abdullah bin Yahya/ Syarif Tue, menurut catatan sejarawan Bali, "I Wayan Reken ", beliau wafat di usia 104 tahun
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
#, 30 tahun , masa kekuasaan Sultan Abdurrahman, antara : 1778 M - 1808 M
Nampaknya 30 tahun masa kekuasaan Sultan Pontianak Pertama, :
Syarif Abubakar , saudara Sultan ini, tetap melanjutkan kegiatan perdagangan dan mengunjungi negeri - negeri bagian Barat Pulau Kalimantan, bahkan juga mungkin ke kawasan Timur Kalimantan.
Keturunan inilah yang kemudian menetap di Loloan, Bali Barat,
-- ( bukan keturunan Sayyid Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana Muda, II, yang dikirim ke Tibet itu ) -- Mereka dengan menggunakan 4 armada kapal perang, memasuki Kuala Perancak, menyusuri Sungai Ijo Gading, yang karena banyak belokan, mungkin pelihat arah, yang biasanya ditempatkan di atas menara kapal, meneriakkan :
" kelokan, kelokan, atau , belokan , belokan, keloan, keloan!" dari bahasa Melayu.
Lama kelamaan, kata ini berubah menjadi "Loloan," Tempat dimana makam cucu dari Ki Sauki Yusuf ini ditemukan, dikenal dengan : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadri, atau Syarif Tue dikebumikan.
Keluarga Al Kadri diperkirakan masuk ke Loloan pada sekitar abad ke 18 pertengahan, mendarat dan kemudian menetap disana.
Hingga hari ini, masyarakat Loloan menggunakan bahasa Melayu mirip dengan bahasa Melayu Pontianak, dengan campuran Melayu Malaysia, dan logat serta lahja Bali. Sampai saat ini masih dapat ditemukan keturunan Melayu Trengganu dan orang Melayu dari sekitar Pulau Tujuh, Negri Sembilan, yang hidup di Loloan.
Mungkin mereka yang dulunya ikut bersama dalam rombongan Syarif Abdullah yang berlayar dengan membawa 4 armada kapal perang itu.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
C. Wafat nya *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, makam di Pontianak
Syarif Abubakar , Panglima Laksamana Tua, lahir di Matan : 1735 M - Wafat Pontianak. Kamis, : 27 JULI 1814 M. dalam usia : 79 tahun. Menikahi 11 perempuan, salah satunya bernama : Syarifah Aminah binti Abdullah Alydrus, dari Trengganu, Dipanggil ( TOK ABU KRAMAT ),
keturunan ini banyak menggunakan panggilan "WAN"
1. **Syarif Ibrahim bin Abubakar, Gelar : Panglima Paku Alam, Segeram
Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, ( TOK AEM ), ( anak cucu Ibrahim ditemukan di Pontianak, daerah Siantan. Kebanyakan anak perempuanya. Sedangkan keturunan anak lelaki ditemukan di Sei Pinyuh, Mempawah, Singkawang, Ngabang, Sanggau, Surabaya, Malang, Kuching, dan Pulau Tujuh , Kalimantan Tengah, Selatan, Timur dsk )
Salah satu putra beliau bernama "Syarif Muhammad bin Ibrahim", dimakamkan di Desa Sungai Purun Besar , km 36 dari kota Pontianak menuju Sungai Pinyuh. Keturunan ini masih berlanjut hingga saat ini, 2022.
Keturunan ini juga ditemukan di pulau tujuh, Ranai, Tarempa, Midai, Serasan, Siantan, hingga Riau Kepulauan. Diantaranya Ketururan dari :
Sayyid Mustafa yang menikahi Dayang Masgi .
2. **Syarif Jamalullail bin Abubakar Gelar Panglima Ribot, Segeram
Cucu SayyidHusein Tuan Besar Mempawah, Beliau hidup sampai tua, karena keluarga ini mengenal beliau dengan panggilan : ( TOK LIL ), Datuk adalah panggilan untuk orang yang sangat tua, baik secara usia, maupun kepangkatan urutan generasi. ( Belum diketahui keturunan beliau ini )
3. **Syarif Yusuf bin Abubakar, Ki Sauki Yusuf,
Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah ( anak cucu beliau ini " Ki Sauki Yusuf", keturunan ini ditemukan di Ranai, Serasan, Sedanau, Midai, Sei Pinyuh, Mempawah, dsk serta di daerah lain.
Yang terkenal diantaranya : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadry bin **Yusuf bin *Abubakar bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah / Syarif Tue, di Bali. Dalam sejarah versi I Wayan Reken, Sejarawan Bali, beliau disebutkan berusia sangat panjang, hingga mencapai : 104 tahun usia hidup nya.
4. Syarif Abdullah bin Abubakar, :
Makam di Lombok, keturunan ini yang banyak ditemukan di Lombok. Termasuk : "Panglima Laksamana IV, Sayyid Abubakar bin Abdillah, ( dilantik tahun 1855 M" zaman Sultan Hamid.I,) - bin Abubakar, bin Abdullah ini.
Makam beliau, Panglima Laksamana IV, ditemukan di Jeranjang, sebagian mengatakan di Sekar Bela, Mataram.
5. Syarif Abdurrahman bin Abubakar, makam Segeram, Natuna
Gelar : Panglima Karang Tanjung
Nampaknya keluarga ini memang agak sedikit berbeda, dan bervariasi.
Jika para sejarawan mendefinisikan ukuran satu generasi itu sekitar 25 tahun, maka, khusus keluarga ini terlihat bentang generasinya bervariasi antara : 18 - 20 tahun pada puak di Bali misalnya,
Dan 30 - hingga 40 tahun, pada puak keluarga di Kalimantan Barat dan Pulau Tujuh, - untuk satu generasi mereka. Sehingga hari ini terjadi selisih , 2, 3, bahkan 4 generasi dari satu kakek moyang yang sama, yaitu :
Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Al Qadri ini.
Selain itu karena usia hidup yang panjang, menyebabkan ada generasi yang pendek dari yang lain nya. Kemungkinan juga generasi ini ada yang hidup sezaman antara : Anak, Ayah, kakek, dan Kakek Buyut, 4 generasi sezaman.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
D. Sebaran anak cucu *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah,
1. **Syarif Yusuf bin Abubakar, Makam Segeram Natuna : Ki Sauki Yusuf
Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah ini, :
Data yang ditemukan, sehubungan beliau ini, berdasarkan keterangan dari anak cucu keturunan beliau langsung di Ranai, yang pernah menjabat sebagai Camat Ranai dua Periode, bernama :
******Syarif Abdurrahman bin *****Mahmud bin ****Hasan bin ***Muhammad bin **Yusuf bin *Abubakar bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah Al-Qadry: yang menyebutkan bahwa makam beliau ( Ki Sauki atau Saugi Yusuf ) ada disana.
Dan di Pulau Serasan, Sedanau, banyak kaum kerabat beliau ( Syarif Abdurrahman bin Mahmud ini ) yang masih hidup dan menetap di Pulau Tujuh itu. Keluarga ini huga ditemukan di Sarawak, Malaysia Timur bernama Wan Dahlan bin Tku Hamid yang menetap di Kota Samarahan.
Adanya keturunan Syarif Yusuf ini, juga membuktikan bahwa beliau pernah hidup dan mengikuti jalan nenek moyang nya menyebarkan Dawah agama
Pulau Tujuh , adalah gugusan pulau kecil yang sekarang masuk Provinsi Riau Kepulauan. Termasuk , Pulau Serasan, Midai, Tarempa, Tambelan, Sedanau, Letung, Natuna, Anambas, Siantan, Bunguran Besar, Ranai, dll.
Makam cucu beliau, ditemukan di Loloan, Bali Barat, dikenal dengan : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry/ Syarif Tue Loloan.
2. **Syarif Ibrahim bin Abubakar , Panglima Hitam Paku Alam, Segeram
Beliau ini menikahi Putri Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban bernama : Syarifah Fatimah , sempat menikah juga di Kalimantan Barat, karena anak cucu nya banyak ditemukan di Pontianak, Mempawah, Sei Purun besar, Sungai Pinyuh, Sei Bakau, meski ada juga yang menyebar keluar semisal Kuching Sarawak, Paloh, dan mungkin ikut paman nya ke kepulauan sana.
Makam beliau ditemukan di Desa Segeram, Natuna, Pulau Tujuh
Banyak anak cucu keturunan ini hingga saat ini. Baik dari anak cucu beliau laki - laki dan anak cucu beliau dari anak perempuan nya.
Termasuk keturunan Sayyid Mustafa Serasan, berasal dari keturunan Panglima Paku Alam Segeram ini.
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
3. **Syarif Jamalullail bin Abubakar, makam di Segeram Natuna
Beliau ini juga dimakamkan di Segeram, catatan tentang keturunan beliau ini ditemukan pada makam tua di Segeram . generasi terdahulu, menyebut beliau dengan : TOK LIL, artinya Datuk Lil, yang menisbatkan usia tua.
Dalam catatan kami, nama "Jamalullail" tua, ada 4 nama :
1. Jamalullail Bin Tuan Abu, Makam Segeram Natuna
2. Muhammad Jamalullail ( Gelar Wan Kundoy Hamsah ) bin Tuan Abu, dan
3. Jamalulail bin Ibrahim, Makam di Manggar Babel, cucu.
Tok adalah bahasa Melayu Pontianak, untuk panggilan Datuk.
4. Salah satu putra Sultan Abdurrahman juga bernama : Jamalullail dari ibu : Nyai Halimah, saudara dari Pangeran Laksamana Muda, Panglima Laksamana II, bernama : Syarif Abubakar, Yang ditugaskan ke negeri China sebagai Duta Perdagangan .
Keturunan beliau menetap di sana hingga hari ini. Tak satupun kembali
4. ***Syarif Yahya Maulana Al Qadry. Lahir Segeram Natuna Pulau Tujuh bin Syarif Yusuf bin Sayyid Abubakar, I
Beliau adalah ayah dari Syarif Abdullah, Syarif Tue Loloan, ditemukan bahwa beliau ini bergelar : Maulana Al Qadry, jadi lengkapnya : Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf, bin Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah.
Kemungkinan besar beliau adalah anak pertama dari Syarif Yusuf.
Beliau menurunkan anak cucu yang banyak.
Tersebar di Kalimantan Barat, Pulau Tujuh, Malaysia Barat, Malaysia Timur, dan yang sangat terkenal yaitu di Bali, : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry, yang makam nya ditemukan di Loloan, Bali Barat, di wilayah kota Negare, Kabupaten Jembrana. Bali.
Makam beliau ( Yahya Maulana AlQadri ini ) ditemukan di Segeram
Satu hal bahwa beliau ini menurunkan banyak keturunan hingga hari ini, 2020.M.
Bersambung Klik Disini >>>
Sebaran Da"wah keturunan Habib Husein
Panglima Laksamana I Sayyid Abubakar Alkadrie
-----------------------
Sumber data :
1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan
2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan
3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li Al Imam Husein, Pustaka Azmatkhan
4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, .Koleksi keluarga Al Qadri
5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770 halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, Koleksi Pribadi keluarga AlQadri
Ada terdata bahwa : Abubakar ini memiliki banyak keturunan.
Referensi : ( klik link nya untuk membaca )
*** Silsilah Habib Husein Tuan Besar Mempawah
5. Cucu Habib Husein di Pulau Bali
6. Sejarah Habib Husein Tuan Besar Mempawah
7. Cucu Habib Husein di Pulau Lombok
10. Kerajaan Kubu
12. Kerajaan Sintang
13. Kerajaan Sambas
14. Kerajaan Sanggau
15. Kerajaan Tayan
16. Kerajaan Sabamban Kalsel & Hubungan nya dengan Matan, Pontianak, dan Mempawah
Keterangan : Tanda Bintang ( * ) adalah urutan generasi
Bintang (*) Anak generasi pertama
Bintang ( **) Cucu generasi kedua
Bintang ( ***) Cicit generasi ketiga
Bintang ( **** ) Cicit Buyut generasi ke empat