Sabtu, 10 April 2021

TUAN ABU, PANGLIMA LAKSAMANA.I. - KESULTANAN PONTIANAK

Riwayat Hidup  (  1735    - 1814 M )   Usia 79 tahun

SAYYID ABUBAKAR BIN SAYYID HUSEIN AL KADRI PONTIANAK

MENIKAHI 11 WANITA, ANAK  KETURUNAN  32  ORANG 

By : SAY Qadrie :

 Pustaka Sejarah Kadriah




Panglima Laksamana I Wierelles VII
Syarif Tue Tsani
Abdullah Bin Wan Kundoy Yahya Alkadri
Kepala Keluarga Keturunan 
Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie



BIOGRAFI SAYYID ABUBAKAR , 1735 - 1814  M


Sekilas  Riwayat  Hidup Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, 


Gelar : 


Panglima Laksamana Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara, 

Harimau Waqqar ( Gelar Dari Opu Daeng Manambon Raja Mempawah ) Tuan Abu, Panglime Ribot, Panglima Dijaya ( Gelar Dari Kesultanan Sambas ) Singa Lautan, ( Gelar Dari Sultan Riau ) Panglima Laksamana I Nusantara ( Gelar dari Kesultanan Pontianak ), Tuanku Sayyid Abubakar, ( Gelar Dari Kesultanan Trengganu dan Tanah Melayu )  Pelaut tangguh di perairan Pulau Tujuh, Trengganu, Tanah Melayu dan Nusantara, 

Masa  hidup  79 Tahun  :  Lahir di Matan 1735 M - 

Hijrah ke  Segeram  Pulau Tujuh  pada  September 1779 M

Wafat di Pontianak 1814  M


 Pengantar : 


  Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H), Sultan Abdurrahman dilantik menjadi Sultan Kesultanan Pontianak pada  tanggal 18 Syaban hari Senin, 1192 H, Usia  48 Tahun saat itu, 1778 M


          Kemudian, pada hari Jum"at, 23 Syaban 1192 H - 1778 M, 


     Sayyid Abubakar dilantik sebagai Panglima Laksamana Nusantara Pertama  Kesultanan Pontianak, Usia saat itu 43 tahun -  Beliau dilantik oleh  Sultan Abdurrahman   tepatnya pada tanggal 23 Syaban 1192 H, hari Jum"at, hari ke 5 setelah penobatan Abdurrahman menjadi Sultan ditahun yang sama   1778 M 


      Akan tetapi, Setelah setahun  menjabat, Beliau kemudian : mengundurkan diri pada  5 Juli 1779 M,  Karena tidak sepakat ketika Kesultanan Pontianak mengikat kerjasama dengan Belanda. Mereka berpisah jalan setelah 25 tahun bahu membahu didarat dan di lautan


  Tulisan ini :    Berdasarkan data tua warisan Sayyid Syarif Husein Al Kadri Jamalullail. 1725 M. Diteruskan oleh Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin  Sultan Abdurrahman. 1806 M. Dicantumkan dengan Nomor buku 763 s/d 770 Halaman 336, Dalam Maktab NanGq 1857 M, Koleksi Dokumen Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, 1857 M.  Beliau menjabat sebagai Kepala Maktab dan Penjaga Silsilah, Adat istiadat Kesultanan serta Nasab Alkadri.  Dan dari koleksi pribadi keluarga AlQadri Pontianak keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah tersimpan turun temurun. 


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


A. KELAHIRAN, MASA KECIL, REMAJA, DEWASA


1. Asal - usul, Syarif Abubakar bin  Sayyid Husein


* Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein bin Ahmad bin Husein bin Mohammad Al Qadri Jamalullail.  Beliau adalah putra Sayyid Husein dari istrinya Nyai Tengah, Utien Krinci Srikandi binti Sultan Muhammad Jainudin  Sultan  Matan Islam Pertama


         Lahir di Matan, pada sekitar tahun : 1735 M, 


        Ketika keluarga besar beliau hijrah dari Matan pada : 8 Muharam 1160 H/20 Januari 1747 M. Beliau, Abubakar ini, yang diperkirakan berusia sekitar  12 tahun, ikut bersama rombongan keluarga besar  Sayyid Husein. 


      Sementara abang/kakak beliau, Abdurrahman ( Yang kemudian menjadi Sultan Pontianak ) saat itu berusia 16 - 17 tahun lahir 1730  M


    Hal ini disimpulkan karena catatan sejarah menyebutkan:' setelah 2 tahun menetap di Mempawah, Abdurrahman kemudian dinikahkan dengan Utin Chandramidi, Ratu Sultan, putri Opu Daeng Manambon, Raja Mempawah, " mereka menikah sekitar tahun: 1749.M.  


Abdurrahman berusia 18  tahun saat menikah. 


Sekitar 22 tahun sebelum membuka hutan Pontianak, pada tahun : 1771.M. 


         Rombongan besar ini hijrah atas permintaan dan undangan Raja Mempawah, (Opu Daeng Manambon, Nama Asli : Sayyid Syech Abubakar Al Adeni Qaulan Jajirah )  . Keluarga Sayyid Husein bin Ahmad kemudian menempati daerah yang dikenal dengan Galah Herang, atau Sejegi, tempat dimana jasad beliau dimakamkan. 



Makam Leluhur Al Qadri - Pontianak
Sayyid Husein bin Ahmad Al Qadri Jamalullail


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

2. Masa Kecil, dan Remaja, *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, 


       Masa kecil Abubakar banyak di lalui di negeri Matan, sampai  kemudian hijrah ke Mempawah.  Sebagaimana abang dan kakak - kakak nya, tentu, beliau juga mendapat pendidikan dan pelajaran ilmu dari Abah beliau Sayyid Husein yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu pelayaran, yang di peroleh beliau  semasa mengembara sebelum menetap di Matan dulu. 


     Ketika pindah ke Mempawah,:" Abubakar  menginjak masa remaja menjelang dewasa,  bersama saudara - saudaranya,: " Abdurrahman, Muhammad, Ahmad, Ali dan Alwi "( Tuan Bujang),- yang ikut berhijrah,  


     Sebagai putra Mufti di kerajaan Matan Ketapang dan Amantubillah Mempawah, tentu saja , Abubakar mendapatkan pendidikan dan pelajaran langsung dari Abah nya, Sayyid Husein. Berbagai disiplin ilmu yang diajarkan Abah nya kemudian menjadi bekal perjalanan hidup selanjutnya nanti. 


   Dalam sejarah catatan pembuka kota Pontianak, tahun 1771 nanti, nama Abubakar ini disebut ikut serta dengan Abangnya, Abdurrahman, yang kemudian menjadi Sultan di Pontianak dan beliau dilantik menjadi Panglima Laksamana Pertama.


Sayangnya,..... 

Setelah membuka hutan, catatan tentang beliau ini 

sangat terbatas yang dapat ditemukan. 


    Ada cerita dari mulut ke mulut orang tua -tua keturunan ini, bahwa beliau ini bermukim di sekitar daerah yang sekarang di kenal dengan Kampung Mariana Sungai Jawi. Tentu saja saat itu masih berupa hutan rimba.  


     Disebutkan dulunya banyak burung merak disekitar tempat yang sekarang dikenal Gang Merak. Itulah kenapa kemudian beliau di makamkan di Kampung Mariana, Gang Merak, (Bukan di Batulayang ) dulunya itu adalah tanah hutan belantara garapan beliau dan  kompleks pemakaman khusus keluarga beliau dan anak cucu keturunan nya.   


Wan Kundoy Yahya
Bin Wan Muhammad Sei Purun
Bin Sayyid Ibrahim  
Panglima Hitam Paku Alam Segeram Pulau Tujuh
Bin Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I
Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

 NAMA ABUBAKAR KETURUNAN SAYYID HUSEIN 


 Daftar letak makam keturunan  Sayyid Husein dengan nama Abubakar 


1. Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein , Panglima Laksamana  I, 

Makam : Jalan Sidas Kecil Dusun 1 Mariana, belakang hotel Mahkota Pontianak


2. Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana, II

Makam : Pemakaman tua muslim Tibet Wuhan China 


3. Sayyid Syarif Abubakar  bin Abdullah Jamalullail, Panglima Laksamana , III

     Makam :  Martapura  Banjarmasin Kalsel, Zaman Sultan Osman 1819 M


4. Sayyid Syarif Abubakar bin Abdillah, Panglima Laksamana,  IV 

     Makam :  Jeranjang Lombok  NTB, Zaman Sultan Hamid I, 1855 M


5. Syarif Abubakar bin  Usman, ( Bukan Sultan Osman )Panglima Laksamana ,V

     Makam : Manokwari, Papua, Zaman Sultan Yusuf , 1872 - 1895 M ) 


6.  Syarif Abubakar bin Sultan Usman  , Gelar  : Pangeran Cakrabuana

     Makam : Pemakaman Tua Layo Sampang  Madura


7.Syarif Abubakar bin Muhammad 

    Makam : Sengkubang  Mempawah Kalbar


8. Syarif Abubakar bin Usman bin Jafar, Pangeran Bendahara bin Sultan Hamid I

    Makam : Kompleks makam Sayyid Husein Mempawah


9. Syarif Abubakar I, bin Husein bin Sultan Abdurrahman

     Makam : Gua Seliung Kalbar


10. Sayyid Syarif Abubakar bin Ahmad bin Sayyid Husein Mempawah

       Makam : Kutai Kertanegara Kaltim


11. Syarif Abubakar bin Pangeran Bendahara Ja far, bin Sultan Hamid I

      Makam : Desa Peniti Dalam, Segedong, Kalbar   

 

12. Syarif Abubakar II, bin Husein ,  bin Sultan Abdurrahman

     Makam Kompleks Pemakaman Batulayang  Yang dijadikan bahan fitnah  dan dikatakan sebagai makam  Sayyid Abubakar  Panglima Laksamana , I 


Sumber : Maktab Nan GQ 1857 Al Kadri Pontianak 


Bersatulah Al Qadri,!

Titah Allahyarham DYMM Sultan Syarif Abubakar 
Sultan Pontianak ke .VIII
Anak Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
Keturunan Sultan Abdurrahman Pontianak



Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


3. Masa Dewasa, * Sayyid Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, 


       Abubakar , tumbuh besar di Mempawah,  karena abang beliau, Abdurrahman, setelah menikah, sering melakukan pelayaran ke berbagai daerah, Abubakar ini juga ikut bersama saudaranya, melanglang buana di lautan, bersama Nakhoda Daud, orang kepercayaan abang nya di lautan. 


Saat itu, usia beliau, Syarif Abubakar ini , mulai menginjak dewasa



Sejarah mencatat : 


         Pada tahun 1759 Syarif Abdurrahman mengadakan pelayaran ke beberapa tempat seperti ke Pulau Tambelan, Siantan dan Negeri Siak, ketika ia berumur sekitar 29 tahun, dan pada tahun 1765 ke Kerajaan Palembang dan Banjarmasin, ketika ia berumur  35  tahun. 


        Di Palembang Sultan kerajaan ini -- yang telah mengenal baik ayah dan mertuanya -- memberinya hadiah berupa : sebuah perahu, 100 pikul timah dan uang 2.000 ringgit.


      Pada tahun 1767  Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, usia 37   tahun, meninggalkan Mempawah menuju Kerajaan Banjarmasin dan Paser -- sekarang lebih dikenal dengan Kabupaten Paser dengan ibu kota nya Tanah Gerogot -- yang masing-masing terletak di kawasan selatan dan pantai timur Pulau Kalimantan.


       Sekembalinya dari penjelajahannya ke beberapa kawasan disekitar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Bangka, Laut Jawa dan Selat Makasar, pada 11 Rabiul Akhir tahun 1185 atau pertengahan 1771,-  orang tua yang sangat dikasihinya, Sayyid Hussein , meninggal dunia. 


        Dalam catatan lain  As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail ,  : Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Kalimantan Barat.  Anak  Bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M,  dan wafat di usia 63 -64 tahun, pada :  Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M, menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak  


Dalam semua pelayaran ini, Sayyid Abubakar ikut serta mengawal Abdurrahman   




Letung, Jemaja , Anambas KEPPRI sebelah Barat Kalimantan 


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


4. Mengelana di lautan, dan gelar yang disandang 

    *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein,

     Dalam babat Maktab NANGQ 1857., gelar Panglima Harimau Wakkar.,  kepada Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Hussein., juga atas Pemberian Opu Daeng Manambong (Syed Syech Abubakar Adeni Qaulan Jajirah)., 


   Karena Syarif Abu Bakar ketika usia muda sering melihat permainan sabung Ayam yang di laksanakan Opu Daeng Manambong., Karena Itu merupakan kesenangan beliau., Syarif Abu Bakar tertarik dengan cara dan tehnis serangan ayam jantan milik Opu Daeng Manambong yang tidak pernah kalah,


  Syarif Abu Bakar mempelajari tehnis serangan tersebut., kemudian  beliau merawat kuku - kukunya untuk melakukan latihan cara menyerang lawan saat - saat dalam Keadaan lengah.,


    Melihat kesungguhan Syarif Abu Bakar belajar ilmu bela diri dengan cara otodidak., baik tangan kosong maupun bersenjata, akhirnya secara diam2 di perhatikan Opu Daeng Manambong.,


    Kemudian Opu memberi  (Syarif abu Bakar) sepasang sarung tangan yang beliau pesan di daerah Matan, ujung nya di lapisi tembaga kuning yang runcing mirip cakar harimau., untuk dipergunakan belajar  dan latihan., 


Opu Daeng Manambong memberikan Gelar kepada Syarif Abubakar ini, dengan Sebutan Harimau Wakkar ( Panglima Harimau Wakkar ) yang di harapkan untuk menjaga diri dan menyerang lawan ketika saat berperang


     Dan ternyata Apa yang di pelajari Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar benar - benar bermanfaat untuk dirinya dimasa depan. 


Saat ketika menghadapi bajak laut dan musuh - musuh, ketika berperang maupun dalam pelayaran, dan berdagang sambil ber da"wah  yang menjangkau sampai di daerah : Papua., NTT., NTB., Sulawesi menyeberangi Pulau Jawa., termasuk Malaysia dan Singapura.,  

Demi untuk menyampaikan ajaran Islam sambil berdagang. 


       Setelah cukup dewasa dan  punya pengalaman, sekitar usia antara : 20 hingga 25 tahun, atau kurang dari itu,  beliau kemudian ditugaskan oleh Opu Daeng Manambon menjadi Pengawal Abdurrahman dan melakukan pelayaran keberbagai negeri, diberi gelar : Mangku Negara Wira Lesmana.


   Wilayah Pulau Tujuh,  Negeri Sembilan, dan Tanah Melayu : Pulau itu diantaranya, Serasan, Midai, Natuna, Terempa, Siantan,  Bunguran Besar, Sedanau, Tambelan sedangkan wilayah Singapore, Melaka, Trengganu, Johor, Kedah, Kuantan, Pahang, disebut dengan : Tanah Melayu.




Syarif Tue Tsani , Usia  17 tahun
Bersama Abah
Wan Kundoy Yahya   


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

    Saat Panglima Laksamana I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulail., bersama abang beliau berlayar ke pelosok negeri mulai di kenal sebagai:  Syarif Abdurrahman., beliau : Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai di kenal sebagai : Tuan Abu.,  


    Ketika Syarif Abdurrahman mendapat gelar dari Kesultanan Banjar Pangeran Nur Alam.,  Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai sudah mendapat gelar Mangku Negara Wira Lesmana, Harimau Waqqar, dari Raja Mempawah dan kemudian Singa Lautan dari Kesultanan Riau, sementara Pangeran Nur Alam mendapat gelar  Singa Samudra oleh Kesultanan Riau., 


     Karena Sultan Riau melalui panasehat istana bahwa mereka berdua adalah Simbol yang akan  menjadi cikal bakal berdirinya Kesultanan Qadriyah Pontianak.,


 Dan itu benar terwujud, bahkan Sultan Riau lah yang menobat kan Sultan Syarif Abdurrahman Al - Kadri Jamalulail menjadi Sultan Pertama Kesultanan Pontianak. 


    Setelah ditabalkan menjadi Sultan 


   Beliau kemudian menobatkan adik nya Syarif Abu bakar  (Tuan Abu) bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., menjadi : Panglima Laksamana Nusantara I Syarif Abu bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalullail.,


Keduanya adalah Singa Kesultanan Pontianak saat itu., 


   Disimbolkan 2 singa berhadapan menjaga mahkota pada lambang kesultanan Pontianak ( Simbol ini kemudian berubah arti, ketika Sultan Syarif Kasem Al - Kadri., menggantikan Abah nya menjadi Sultan



Lencana Panglima & Pangeran
Bangsawan Kesultanan Pontianak
Keturunan Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah

Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


##, Gelar Panglima Laksmana, Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara,  


    Gelar Panglima Laksamana ini diperoleh  ketika  Kesultanan  Pontianak ditabalkan pada tahun  1778. pada hari ke 5, setelah Abdurrahman dinobatkan menjadi sultan, Beliau kemudian dilantik oleh saudaranya, : Sultan Abdurrahman sebagai Panglima Laksamana Nusantara, dengan wilayah operasional seluruh Nusantara bahkan seluruh dunia. 


Belakangan beliau dikenal dengan "Panglima Laksamana Pertama", atau,Tua.  Dikenal juga dengan nama kecil "Tuan Abu"


     Gelar : "Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara", diberikan oleh Opu Daeng Manambon, karena sebelum kesultanan Pontianak berdiri, beliau sudah aktif dalam Memperdalam ilmu olah kanuragan, beladiri, pencak silat, baik tangan kosong maupun bersenjata di Mempawah, dilingkungan istana Amantubillah. 


      Panglima Laksamana menunjukkan kepiawaian beliau di bidang ilmu pelayaran dan kelautan, yang tentu saja di pelajari dari Abah dan Abang beliau, Sayyid Husein yang mulia, dan Abdurrahman saudara tertua laki - laki nya. 


     Dari beberapa sumber klasik, kami temukan bahwa beliau ini orangnya besar dan tingginya mencapai 180 cm, gagah, kuat, dan berani. Kukunya sengaja diruncingkan yang digunakan sebagai senjata tangan kosong menerkam tenggorokan lawan. 

Beliau juga bergelar : "Harimau Waqqar "  dari pulau Borneo. Gelar ini diberikan oleh "Opu Daeng Manambon" Raja Mempawah ( Nama Asli : Sayyid Syech Abubakar Al Adeni Qaulan Jajirah ) 



Panglima Laksamana Negara Wierelles Tujuh
Sayyid  Muhammad Habibi Alkadri
Bin Abdullah Wan Kundoy Yahya



Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


##, Gelar Tuanku Encek Panglime Ribot


      Gelar : Tuanku Ncek Panglime Ribot, diperkirakan di berikan oleh anak buah kapal dan  pasukannya yang berasal dari wilayah Tanah Melayu, Trengganu, dan Negeri Sembilan dan mungkin juga orang dari Pulau Tujuh.


      Selain terkenal sebagai Singa lautan, : beliau juga terkenal sebagai Panglima Ribut Tuan Abu, peristiwa ini terjadi setelah beliau membuka hutan dan membangun Padepokan rumah di daerah ( sekarang Sei Jawi dan Jeruju ), beliau langsung mengadakan pelayaran dan berdagang dengan maksud untuk memulai da'wah keliling Nusantara., 


     Tujuan utama beliau adalah ke pulau Lemukutan, kemudian beliau melanjutkan pelayaran di pulau dato' daerah Sambas, ketika melewati laut Sambas beliau di hantam angin laut yang sangat kencang, sebelum masuk muara Sambas, 


     Di sini beliau sempat bertemu dengan adik beliau : Syarif Ahmad Al - Kadri anak dari Nyai piring (Uray Kesmiri ) 


    Beliau di hantam ribut dan ombak., 

   Sehingga anak buah kapal dan pengikut beliau sempat kewalahan,  ingin melepaskan jangkar, tetapi Panglima Laksamana I Tuan Abu melarang dan memerintahkan jalan terus dan jangan berhenti., sementara kain layar yang di pasang di perahu layar robek di hantam ribut., 

Nahkoda berkata: 

”  Bagaimana bisa melanjutkan perjalanan jika layar robek.?”

   Panglima berkata:


 ” ikuti saja arah angin, biarkan kapal ini berjalan mengikuti arah angin, jangan khawatir jika abahnda Habeb Husein pernah mendapat pertolongan Allah melalui perantara Nya, maka kapal ini pun akan mendapat pertolongan Allah dengan perantara Nya.”, 


     Maka kapal mereka di biarkan mengikuti arah angin sehingga atas pertolongan Allah mereka sampai di tanjung Dato' daerah Sambas, sejak saat itu masyarakat tanjung dato' memanggil beliau dengan sebutan : Panglima Ribut ., 


Disinilah beliau bertemu dengan adik Beliau bernama Syarif Ahmad., adik kandung lain ibu.,  Kemudian atas saran adiknya beliau sempat singgah dan menetap hampir dua tahun dan menikah dengan seorang gadis istri ke  9 serta memiliki dua anak.,  


      Panglime Ribot diambil dari keahlian beliau menaklukkan lautan dalam kondisi badai besar ( Ribot , bahasa Melayu ) Kelak gelar ini diwarisi putra beliau "Jamalullail " di Segeram, dengan gelar yang sama : Panglima Ribot




Penjelasan dari keturunan Syarif Tue
Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri
Oleh Haji Sayyid Syarif Yasin bin Zein Al Qadri
Loloan Bali Negare Jembrana


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


Gelar : Tuanku Sayyid Abubakar, 


        Kemungkinan di peroleh setelah menikah dengan salah satu wanita yang berasal dari Trengganu, Inche Aminah/ Syarifah Aminah binti Abdullah Alydrus.  Karena negeri- negeri Melayu memanggil Sayyid dengan Tuanku, atau Tengku,  disingkat Tku, yang masih berlaku hingga hari ini. 


Gelar : Harimau Waqqar, 


      Panglima Laksamana I Tuan Abu Syarif Abu Bakar memiliki tubuh yang kekar dan tegap gagah perkasa tingginya mencapai 180 cm, sehingga Oleh Opu Daeng Manambong (Syed Syeich Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah memanggil Syarif Abu Bakar dengan Panggilan ( Panglima Laksamana Adiwijaya Wirelesmana Mangkunegara) yang di harapkan nantinya dapat membantu perjuangan abang nya Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dalam mendirikan kesultanan Pontianak.,

 

      Maka Sejak Itu beliau melatih dirinya menjadi seorang Panglima yang gagah berani dalam Setiap medan pertempuran baik laut maupun di daratan . Untuk memperkuat benteng dan untuk dirinya sendiri.

 Beliiau juga memelihara kukunya hingga panjang hampir setengah centi,

 

Kemudian kuku - kuku tersebut beliau runcingkan

 

      Dengan tujuan apabila tidak ada senjata atau tangan kosong beliau dapat melawan musuhnya dengan cakaran kuku Maut nya., hal ini beliau lakukan Karena hampir setiap pelayaran selalu di cegat oleh bajak laut maupun musuh - musuh yang akan menyerang abang nya maupun dirinya dan pengawal Sultan

 

""Sehingga beliau di sebut Panglima Harimau Wakkar"" dari pulau Borneo.,      


       Merujuk kata Harimau, mahluk buas yang kuat, beliau di anugerahi gelar ini, karena keberanian membela hak nya dan membela kebenaran, baik di darat atau di lautan. 

      Ada riwayat pitutur dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi dalam keluarga ini disebutkan, ketika terjadi peperangan maka beliau yang masuk ke dalam moncong meriam dengan senjata ditangan,- kemudian di tembakkan ke arah musuh nya.  

 

Syarif Tue Awwal / Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri - Bali
merupakan cucu keturunan beliau
dari putra beliau bernama Yusuf bin Abubakar



Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


PERNIKAHAN DAN KELUARGA 

5. *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein:  Menikah pertama sekitar 1755 - 1760 M di usia antara 20 atau 25 tahun. Lahir tahun 1735 M di Matan.  


 Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan beliau:  istri 11, anak 32


        *Syarif Abubakar bin Habib Husein, setelah melanglang lautan, kemudian menikahi 11 wanita masing-masing :


 I. Aluyah Sambe, binti Abdul Ta"tong , dinikahi sekitar tahun 1767 M, 

    Dikaruniai keturunan 6 anak

I.1. Sayyid Abdullah, bin Abubakar  lahir Pontianak pada 1769 M kemudian hijrah ke Lombok bersama Ibu karena  dibawa ayahnya :  kelak menikah dengan trah Kesultanan Banten. Diangkat jadi Tumenggung Banten.  wafat Lombok 1856 M, Makam di Lombok.  Usia hidup 87 tahun

I.2. Sayyid Husein, bin Abubakar  lahir di Lombok   : 1772 , Kembar  Abdillah.  Makam di Pantai Lombok

I.3. Sayyid Abdillah, bin Abubakar  Lahir  di Lombok  1772 , Kembar Husein . Makam di Pantai Lombok 

I.4. Sayyid Jamaluddien , bin Abubakar  lahir  1779 M, Wafat1850 M.Usia 71 tahun 

I.5. Sayyid Mohdar, bin Abubakar  Lahir  1782, Wafat  1860 , Makam sekitar kraton Sambas. Usia 78 tahun

I.6. Sayyid Najarudien bin Abubakar   ( lahir karena Nazar setelah wafatnya Abdurrahman Bayi , dari ibu lain, : Inche Salmah)


II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti  Sayyid Abdullah Alidroos Wanita yang berasal dari Trengganu, yang saat  itu berada  di Kalsel pada 1772 M, dinikahi dan  dikaruniai 6 anak :


II.1. Sayyid Ibrahim, bin Abubakar   lahir  Banjar 1773, Wafat Segeram 1857, Makam  Kpg. Segeram, Natuna. Usia  hidup 84 tahun. Kelak menjadi Panglima Hitam Paku  Alam Segeram..  Keturunan ini sudah dinobatkan menjadi : Panglima Laksamana I Wierelles TujuhSyarif Tue Tsani, 39@ Sayyid Abdullah bin, 38@ Yahya(Gelar: Wan Kundoy ) Bin, 37@ Muhammad, bin 36@ Ibrahim  Al kadri, Sekaligus sebagai Kepala Keluarga Keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Alkadri Mempawah  2020M

       

II.2. Sayyid Yusuf , bin Abubakar lahir Banjar 1776 M. Kelak  menjadi Panglima  Jubah Putih. Ulama Besar Natuna abad ke 18 - Wafat Segeram 1858 M. Makam Segeram . Usia  82 tahun  Keturunan ini dinobatkan sebagai Panglima Laksamana Loloan Syarif Tue Awal, 38@Sayyid Abdullah bin 37@Yahya Maulana Al Kadri.  Makam di Loloan  Jembrana Negare Bali.  

  

II.3. Sayyid Jamalullail, bin Abubakar    lahir Banjar 1778 , Kelak menjadi Panglima  Ribot, Panglima   Junjung Buih.  Wafat  1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna

II.4. Sayyid ALI Pertama  bin Abubakar  lahir Segeram  : kemudian merantau ke Batavia bergabung dengan sepupunya Pangeran Syarif Hamid Angke putra Sultan Abdurrahman ( wafat Batavia makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok  ) 

II.5. Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar   lahir Segeram  1781 , Kelak menjadi Panglima Karang Tanjung. Wafat  Segeram 1872, Makam Kpg. Segeram,Natuna

II.6. Sayyid Maulana Malik  bin Abubakar  lahir Segeram 1783, Wafat Batavia   1871, Makam Mbah Priok Batavia . Diduga  bergabung dengan Pangeran Hamid Angke  bersama saudaranya Ali


III.Inche Salmah, asal Aceh dikaruniai  5 keturunan : 

III.1. Sayyid Abunijam, bin Abubakar Jamalullail Lahir Aceh 1776, Wafat Aceh 1859, Makam tua kandangan di Aceh

III.2. Syarifah Fathimah binti Abubakar  Jamalulllail  ( Pr )

II.3. Sayyid Abdurrahman binti Abubakar   ( Wafat Bayi ), makam Mariana

III.4. Sayyid Hasan, bin Abubakar Jamalullail   lahir Pontianak 1774, merantau ke Semarang pulau Jawa hingga Wafat  1860, Makam  Jln. Taman Sri Kuncoro.III. No.28. Kalibanteng Kulon Semarang Barat Jawa Tengah  

III. 5. Syarifah Aishah  binti Abubakar  ( Pr )


IV. Dayang Kesumbi, Sintang, keturunan  : 

1. Sayyid Ahmad bin Abubakar  

2.Syarifah  Laila binti Abubakar  

3. Sayyid Hamid bin Abubakar  

4. Syarifah Salmah binti Abubakar  



Panglima Laksamana I Wierelles Tujuh
Syarif Tue Tsani 
Abdullah bin Wan Kundoy Yahya




Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

Istri Sayyid Abubakar  ke : 

V. Saodah  ( dari Madura ) Sumenep, Keturunan 

1. Sayyid Wahidin   bin Abubakar    

2. Sayyid Syamsudin bin Abubakar  


VI. Kristina ( Minah ) Papua, keturunan : 

1. Sayyid  Al Amanah bin Abubakar  

2. Sayyid Samanhudi bin Abubakar  

3. Syarifah Rukayah binti Abubakar  


VII. Dayang Cut Maidah, Palembang , keturunan :  

1. Sayyid Tengku  Burhanuddin  bin Abubakar  

2. Sayyid Tengku Rahmadi bin Abubakar  

3. Syarifah Cut Salmah Munawarah  binti  Abubakar  


VIII. Saidah , Kapuas Hulu, tidak berketurunan


IX. Dewi Asmairah, Sambas , keturunan :  

IX.1.  Sayyid Muhammad Jamalullail ( Wan Kundoy Hamsah )  bin Abubakar  Kelak bergelar Panglima  dijaya . Setelah  cukup lama menetap di wilayah  perbatasan Sambas Sarawak dan Brunei, dimasa tuanya  beliau bergabung dengan saudaranya di Segeram pulau tujuh Natuna sekarang hingga wafat. Makam  Beliau ditemukan di Segeram Natuna


   Keturunan Muhammad Jamalullail dari ibu Dewi Asmairah putra Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I (  Bergelar : Wan Kundoy Hamsah)  Salah satu keturunan ini sudah dinobatkan menjadi


         Generasi ke : 43@  Panglima Dijaya Tujuh  Syarif  Wan Jamel Al kadri

       42@ Bin Wan Bujang , 41@ Bin Wan Thadis , 40@ Bin Wan Yahya Bundy,   39@ Bin Wan Damarun , 38@ Bin Wan Qadir ( abdul qadir ( Alqadir) Brunei , 37@ Bin Panglima Dijaya Syarif Abdullah ( Gelar dari Sultan Sambas )  , 36@ Bin Muhammad  Jamalullail dari ibu  Dewi Asmairah ( Bergelar : Wan Kondoy Hamsah), 35@ bin Panglima  Laksamana I Syarif Abu bakar ,  34@ bin Sayid Husein Mufthi Mempawah


       Keturunan Muhammad Jamalullail ( Wan Kundoy Hamsah)  saat ini banyak terdapat di Bunggaran,  Brunai,  Sekura,  Paloh,  Sambas,  Tebas,  Pemangkat termasuk pontianak, dan Pulau Tujuh Natuna --  Keluarga ini sudah terdata sejak 1902 M di Kesultanan Sambas,  Kesultanan Brunei  dan Kesultanan Pontianak dalam dokumen Maktab NanGq 1857  hingga sekarang  


X. Nurmaini, wanita Singapore, tidak berketurunan, 


XI. Maria, Keturunan Dayak mualaf,  istri terakhir di Pontianak, keturunan : 

XI.1. Syarif Ali bin Abubakar , makam di Sei Purun

XI.2. Syarif Alwi bin Abubakar, lahir 1793 Mselisih 20 tahun  usia dengan Ibrahim Segeram yang lahir 1773 M,. Alwi dimakamkan di Mariana dekat dengan Abah nya, : Tuan Abu, Sayyid Abubakar


 Dengan demikian beliau meninggalkan  32 anak keturunan hingga hari ini,


       250 tahun yang lalu, keturunan pertama Tuan Abu sudah lahir ke bumi.

     Yang pasti beliau memiliki banyak keturunan yang masih hidup hingga hari ini.  Saat  ini keturunan terpanjang mencapai 10 generasi, sementara terpendek mencapai 5- 6 generasi dari  Tuan  Abu, Syarif Abubakar Panglima Laksmana ini. 



Bersama DYMM  Sultan Syarif Mahmud Melvin, SH
Istana Kadriah
Idul Fitri 1445 H - 2024 M



Keterangan Sumber : 


     Keturunan lengkap Sayyid Abubakar Panglima Laksmana Pertama, bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, dari semua istri beliau. Berdasarkan catatan Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahmman  dan  Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. Kode Dokumen : NanGq 1857 M, Nomor : 36/763, Halaman : 327 s/d 330


     Sayyid Abubakar Wafat pada tahun 1814 M, Usia 79 tahun, dipangkuan Sultan Syarif Kasem, Sultan Pontianak ke  II, dan dimakamkan di Jalan Sidas Kecil, Dusun,I. Kampung Maria Pontianak ( nama kampung ini diambil dari nama istri beliau setelah membuka hutan ditempat itu,  sementara parit batas dinamai :  Sungai Jawei, : sekarang Sungai Jawi  ), dulu banyak ditemukan burung merak disini, sehingga sekarang dikenal dengan Gang Merak . 


     Beliau sempat tinggal dan menetap di Segeram Pulau Tujuh Natuna, masuk ke Segeram pada 1779 M,  bolak - balik selama 10 tahun, bersama  istri ke 2, Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus, dan  anak nya, : Ibrahim, Abdurrahman, Yusuf dan Jamalullail, yang makam nya ditemukan di Segeram. 

Dikenal sebagai makam Panglima, Makam keramat 7 


    Beliau juga sering berkunjung ke Sabamban, menengok cucunya  


    Karena salah satu putranya bernama : Sayyid  Ibrahim ini,

   Menikahi Syarifah Aminah binti  Pangeran Syarif Ali Alidrus  Sabamban dan mendapat cucu , salah satunya ber nama : Sayyid Sirajudien Syah bin Sayyid Ibrahim. Makam nya ditemukan di perbatasan Kalsel - Kalteng.


Sayyid Sirajudien Syah kemudian menikahi 

Syarifah Nuswainah binti Syarif  Yasin Alidrus.

   

     Beliau ini, : Sayyid Sirajudien Syah bergelar " Pangeran"  menikahi Syarifah Nuswainah , ( cucu Pangeran Syarif Ali Sabamban )  Keturunan ini  ada di  Banjar  dan Babel sekarang


Beliau Juga menurunkan Sayyid Ayub  ayah dari Sayyid Sihabuddin . Makam Sabamban  disamping makam Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban 


      Setelah mulai uzur kemudian menetap di Pontianak, 

    Sekitar Kampung Mariana, hingga wafatnya. 4 anaknya, dari istri kedua,: Syarifah Aminah binti Abdullah Alidros, cucu, dan banyak kaum kerabatnya menetap hingga wafat dan dimakamkan di Segeram Natuna. 

Keturunan beliau juga terdapat di Lombok , Banjar, Pulau Jawa, Sulawesi, Papua, Aceh, Babel, Riau. dll,  dari 11 Istri  yang dinikahi .


     Dokumen terbatas Kesultanan Pontianak.  Tidak dibagikan. Hanya untuk diakses kaum kerabat Al Qadri yang ingin meluruskan Nasabnya dan percaya kepada kaum kerabatnya sendiri.  



Keindahan Kota Pulau Sedanau


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


B. Wafat nya Sayyid Husein bin Ahmad di Mempawah,- 19 Mac 1771 


          Sayyid Husein bin Ahmad, wafat pada pukul 2.00 petang,  2 Zulhijjah 1184 H/ atau, 19 Mac 1771 dalam usia 64 tahun.  Beliau menutup mata di Mempawah, dan dimakamkan di Desa Sejegi, Mempawah Hilir.  atau 


As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail ,  : 


   Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Kalimantan Barat.  Anak  Bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M,  dan 


wafat di usia 63 -64 tahun, pada :  Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M, 


menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak 

Beliau dikenal dengan Tuan Besar Mempawah. 


         Wafat nya Ayahanda yang sangat di kasihi dan dihormati putra - putrinya ini, menyebabkan semua keluarga besar berkumpul di satu titik, yaitu di Mempawah. 


        Setelah menyempurnakan jenazah dan memakamkan jasad beliau di Sejegi, Mempawah Hilir, keluarga ini kemudian fokus untuk melaksanakan wasiat Abah mereka, mencari tempat hunian baru untuk keluarga besar mereka, dan anak cucu keturunan nya nanti. 


       Baru pada sekitar Oktober 1771.M, - 8 tahun kemudian , 1763 wafat


     Ekspedisi mencari pemukiman baru di laksanakan, dengan berlayar ke arah Selatan dari kota Mempawah, menyusuri laut dan pantai Borneo. Mereka sempat masuk di Sungai Peniti, dan sholat Dzohor di Tanjung Dzohor. 


         Mereka juga singgah di Kelapa Tinggi Segedong, baru kemudian melanjutkan perjalanan . 


Allahyarham Sayyid  Hasan , bin Abdullah,  
bin Abdul Latif,  bin Yahya Maulana Al Qadry , 
bin Yusuf,  bin Abubakar,  bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
Bersama Sayyid  Hud bin Muhammad, 
Keturunan Sayyid Abdullah bin   Yahya bin Yusuf  
bin Sayyid Abubakar



Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


MENCARI TEMPAT HUNIAN BARU 


1. Wasiat untuk mencari tempat hunian baru


        Sebagaimana sejarah mencatat, bahwa wasiat Sayyid Husein adalah:", agar keturunannya mencari tempat bermukim sendiri, dan mengembangkan wilayah baru, untuk keturunan dan anak cucu beliau nanti ". 


          Setelah beberapa waktu wafat nya  beliau, wasiat ini kemudian di laksanakan oleh keluarga besar mereka, anak cucu Sayyid Husein, yang melakukan ekspedisi, mencari tempat pemukiman baru. 


      Rombongan besar ini menyertakan semua keluarga besar mereka yang tadinya menetap di Mempawah untuk mencari tempat hunian baru yang belum diketahui tempat dan letaknya. 


      Waktu itu Borneo masih berupa hutan lebat dengan sungai yang masih mengalir deras belum adanya sedimen endapan pendangkalan seperti sekarang. Pohon kayu hutan tropis yang besarnya 3x pelukan orang dewasa. Hutan tropis tadah hujan yang kerapatannya mendekati kerimbunan bumi amazon. 


Hijau subur hijau rimbun yang menyejukan mata. 

         Rimbun pepohonan dengan dahan dan daun yang sanggup menjadi peneduh dari sinar matahari langsung pada siang hari. Borneo dihuni oleh puluhan ribu satwa langka dunia, ratusan ribu jenis burung yang tak ditemukan di belahan bumi manapun. 


        Kekayaan ikan dan udang di dasar sungai nya. Yang cukup untuk menghidupi penduduknya dari profesi sebagai pemancing saja. Udang galah adalah lobster sungai yang sangat bergizi tinggi, yang hidup di perairan air tawar pulau Borneo. 


Kawasan hutan Pontianak
sebelum menjadi Kota
ilustrasi


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

MEMBUKA KOTA PONTIANAK 


2. Abubakar bin Sayyid Husein, 

     Ikut  Rombongan ekspedisi mencari wilayah baru


Pada pukul 14.00 ,  9 Rajab tahun 1185 H, 

         Atau  sekitar  Oktober , 1771 M,

     Pangeran Abdurrahman Al-Qadrie berangkat bersama Istrinya Utin Chandramidi, anak - anak nya, dan  seluruh keluarganya menuju ke pemukiman baru yang belum mereka ketahui dalam satu konvoi besar yang terdiri dari 2 kapal besar , dan 14 kapal kecil beserta dengan awak kapal nya lengkap dengan peralatan tidur, makanan, minuman untuk dua bulan. 


      2 Saudara laki-lakinya --  *Syarif Abubakar dan *Syarif Alwi Tuan Bujang  ikut dalam rombongan ini. Sementara : 

     *Syarif Muhammad dan ( *Syarif Ali sudah merantau ke Malaysia. 

          Syarif Ali kemudian  menetap di Brunai, 

       Dimana Keturunan dan makam Syarif Ali bin Sayyid Husein Al Kadri, masih kami telusuri  hingga saat ini, 2022 

     Sedangkan *Syarif Ahmad merantau  ke pulau Jawa , kelak dikenal dengan Pangeran Giri dan menikah di kerajaan Sadurangas, Pasir Blengkong, Kalimantan Timur, Sementara *Syarif Ahmad Bungsu, menetap di daerah  pesisir utara  Kalimantan Barat. 


       Rombongan mereka meninggalkan Mempawah mencari pusat pemukiman baru, dan Syarif Abdurrahman ditunjuk sebagai kepala rombongan besar itu  pada tahun  1771 M, sekitar bulan  Oktober. 


Keturunan Sultan Abdurrahman 
Sultan Syarif Mahmud Melvin, SH 
bersanding dengan:
Keturunan Panglima Laksamana I 
Sayyid Abubakar  
Tepat setelah  245 Tahun 
5 Juli 1779 M - 5 Juli 2024 M


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

3. *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, ikut Membuka Hutan Pontianak


23 Oktober 1771 M :

     Pada subuh hari Rabu tanggal 14 Rajab 1185.H  bertepatan dengan 23 Oktober 1771 M  rombongan Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Qadrie memasuki kawasan perairan di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak .


    Pada sekitar jam , 07.00 pagi, rombongan mendarat di persimpangan tiga Sungai kapuas Kecil, Sungai Landak dan Sungai Kapuas Besar itu. Mereka memulai merimba hutan di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Mesjid Jami Sultan Abdurrahman Pontianak. 


       Pada pagi hari Rabu itu juga, rombongan itu mendarat pada salah satu kawasan tepi Sungai Kapuas tidak jauh dari muara Sungai Landak. Mereka mulai menebang dan membersihkan pohon-pohon serta mendirikan surau yang sekarang menjadi Mesjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie. 


          Kemudian Abdurrahman dan rombonganya mulai mempersiapkan tempat pemukiman ( bangsal darurat ) yang letaknya menjorok ke darat sekitar 800 meter dari surau tersebut. Pemukiman itulah kemudian menjadi Istana Kesultanan Qadriah Pontianak seperti sekarang ini 


Keturunan 
Sayyid Syarif Yahya Maulana Al Qadri,  
bin Yusuf bin Abubakar bin Sayyid Husein




Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


4. Penobatan Sultan Abdurrahman dan Pelantikan Panglima Laksamana

     Tanggal 18 Syaban hari Senin  / tahun  1778 Masehi


Setelah sekitar 7 tahun, 


  Pada tahun : 1778 M (1192 H)  tanggal 18 Syaban hari Senin, setelah menaklukkan Sanggau, dan Tayan, dengan dihadiri oleh raja-raja kerajaan Landak, Simpang, Matan, Sukadana dan Mempawah, Sultan Riau Raja Haji Fisabilillah,Yang Dipertuan Muda Riau,:  menobatkan Syarif Abdurrachman Alkadrie sebagai sultan (pertama) di kesultanan Pontianak.


   Dalam semua  peperangan diatas, Sayyid Abubakar ikut aktif membela saudaranya, karena beliau adalah :


       "Panglima Perangnya Kesultanan Pontianak"


      Sampai kemudian Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Pertama Kesultanan dari Dynasti Al Kadri/Al Qadry di Pontianak ini, bergelar : 


     *Duli Yang Maha Mulia Tuanku  Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Nur Alam Kahar, Ibni As Sayyid  Husein Al Qadri, Mufti Istana Amantubillah Tuan Besar Mempawah* Dan 5 hari kemudian,  Sayyid Abubakar dilantik saudaranya menjadi " Panglima  Laksamana Nusantara Pertama, dikenal sebagai Laksamana Tua.



Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


MUNDUR DARI KESULTANAN : 5 Juli 1779  M


5. *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, Melanjutkan tugas ber da"wah 


      Setelah menyampaikan permintaan PENSIUN DINI kepada Sultan.,  Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Al-Kadri Jamalulai., beliau mulai membuka Hutan., 


Hutan yang beliau buka saat itu berada pertengahan antara sungai Kapuas yang sudah banyak di lalui pelayaran dari pedagang - pedagang yang masuk dari berbagai negeri (sekarang menjadi Pelabuhan Pontianak)


     Di daerah aliran sungai tanpa nama., yang kemudian oleh Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalullail., diberi dengan nama aliran "Sungai Jawei""


    Nama ini beliau ambil dari nama istri Sultan Pontianak yang Berkebangsaan belanda Lia Van Heden binti Van Heden Werjawei (Jawei ). ( Sekarang menjadi Sungai Jawi) dengan maksud untuk mengenang sumber pangkal melemahnya Kesultanan Pontianak kerena membuat perjanjian dengan Belanda, 


Pada September 1779 M, Beliau bersama  istri kedua nya,  Syarifah Aminah yang menetap di  Banjar, termasuk anak , menantu, sepupu, keponakan, dan kaum kerabatnya memutuskan hijrah ke Pulau Tujuh desa Segara / Segeram .  Natuna sekarang







Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


Sejarah Kesultanan Pontianak mencatat Pada  : 


1779 M (1193 H) 

          Residen Rembang Willem Adrian Palm mewakili VOC, untuk kali pertamanya menginjakkan kaki di kesultanan Pontianak. Dilangsungkan kontrak pertama antara VOC dengan kesultanan Pontianak dan Sanggau. 


Sejak tanggal 5 Juli, 1779.M, 


     Kesultanan Pontianak beserta negeri taklukkan nya (Sanggau dan Tayan) berada di bawah kekuasaan VOC. Langkah politis berkompromi dengan Belanda ini mungkin strategy Sultan Abdurrahman untuk mempertahankan eksistensi  kesultanan yang baru saja di bangunnya itu. 


      Sebab, jika beliau menolak dan kemudian berkonplik dengan Belanda lebih tepatnya VOC, maka bisa jadi kesultanan yang baru seumur jagung itu, musnah dan lenyap seketika. 


1784 M (1198 H) 

    Dibantu tentara kompeni Belanda, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie menyerang kerajaan Sukadana yang dikuasai Kesultanan Riau.


1786 M (1200 H) 

   Kesultanan Pontianak dengan bantuan Belanda menyerang kerajaan Mempawah. Perang saudara berkecamuk hampir delapan bulan, di mana akhir nya Mempawah dapat ditundukkan. Panembahan Mempawah, Adijaya Kusuma tak sudi negeri nya diinjak Kolonial Belanda kemudian meninggalkan negeri Mempawah. 


        Dengan persetujuan VOC,:  Syarif Kasim, salah seorang putera Sultan Syarif Abdurrachman, dinobatkan sebagai Panembahan Mempawah. Belum berapa lama Syarif Kasim menduduki tahta kekuasaan, Belanda menyodorkan sebuah kontrak kepadanya.


1791 M (1206 H) 

      Selama kurang lebih delapan bulan, terjadi peperangan antara kesultanan Pontianak dengan Sambas.


1792 sampai 1808 M 

    Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie meneruskan menata pemerintahan kesultanan nya bersamaan dengan tindakan Belanda membangun di sebelah barat sungai kapuas. dikenal dengan tanah seribu. Sekarang Kelurahan Mariana, 


1808 M (1223 H) Hari sabtu tanggal 1 Muharram selepas zuhur, dalam usia 78 tahun, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie berpulang ke Hariban llahi dan dimakamkan di Batulayang. ( lahir 1730 - wafat 1808 , usia  78 tahun )  


Sejarah masuknya Islam 
di Jembrana - Bali


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

     Hal ini juga menjelaskan tentang makam Abubakar yang ada di Batulayang


   Sebagaimana disebutkan oleh sdr. Usman Said, dkk , jelas bukan makam Abubakar bin Sayyid Husein, karena beliau saat itu sudah dewasa  dan bukan lagi anak kecil, tentu saja beliau hidup dan bahu membahu bersama saudara nya  Sultan Abdurrahman. Bahkan beliau merupakan "Panglima Perang" 


        Pandangan bahwa Abubakar bin Sayyid Husein ini wafat di usia kecil dan tidak meninggalkan keturunan, tidak bisa diterima karena beliau ikut pada saat membuka hutan 1771 M, dan keturunannya sangat banyak hingga hari ini.  


 Keturunan ini dikenal dengan sebutan Keturunan Tua. 


      Karena tua secara urutan generasi dan memang sebagian tua karena usia hidup yang panjang. Rata- rata masa hidup diatas 70 tahun. Bahkan salah satu cucunya, Syarif Abdullah bin Yahya/ Syarif Tue, menurut catatan sejarawan Bali, "I Wayan Reken ", beliau wafat di usia 104 tahun




Pulau Tarempa


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


#, 30 tahun ,  masa kekuasaan Sultan Abdurrahman, antara : 1778 M - 1808 M


           Nampaknya 30 tahun masa kekuasaan Sultan Pontianak Pertama, : 


      Syarif Abubakar , saudara Sultan ini, tetap melanjutkan kegiatan perdagangan dan mengunjungi negeri - negeri bagian Barat Pulau Kalimantan, bahkan juga mungkin ke kawasan Timur Kalimantan.     


    Keturunan inilah yang kemudian menetap di Loloan, Bali Barat, 


-- ( bukan keturunan Sayyid Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana Muda, II, yang dikirim ke Tibet itu )  --  Mereka dengan menggunakan 4  armada kapal perang, memasuki Kuala Perancak, menyusuri Sungai Ijo Gading, yang karena banyak belokan, mungkin pelihat arah, yang biasanya ditempatkan di atas menara kapal, meneriakkan : 


" kelokan, kelokan, atau , belokan , belokan, keloan, keloan!" dari bahasa Melayu. 


       Lama kelamaan, kata ini berubah menjadi "Loloan,"  Tempat dimana makam cucu dari Ki Sauki Yusuf ini ditemukan, dikenal dengan : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadri, atau Syarif Tue dikebumikan. 


       Keluarga Al Kadri diperkirakan masuk ke Loloan pada sekitar abad ke 18 pertengahan, mendarat dan kemudian menetap disana. 


       Hingga hari ini, masyarakat Loloan menggunakan bahasa Melayu mirip dengan bahasa Melayu Pontianak, dengan campuran Melayu Malaysia, dan logat serta lahja Bali. Sampai saat ini masih dapat ditemukan keturunan Melayu Trengganu dan orang Melayu dari sekitar Pulau Tujuh, Negri Sembilan, yang hidup di Loloan. 


       Mungkin mereka yang dulunya ikut bersama dalam rombongan Syarif Abdullah yang berlayar dengan membawa 4 armada kapal perang itu.



Makam Wan Muhammad Sei Purun
Bin Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam 
Dipegang Cucu nya :
Sayyid Abubakar bin Sayyid Daud


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


C. Wafat nya *Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein, makam di Pontianak


          Syarif Abubakar , Panglima Laksamana Tua, lahir di Matan :  1735 M - Wafat  Pontianak.  Kamis, :  27 JULI  1814 M. dalam usia : 79 tahun. Menikahi 11 perempuan, salah satunya bernama : Syarifah Aminah binti Abdullah  Alydrus, dari Trengganu, Dipanggil ( TOK ABU KRAMAT ), 


keturunan ini banyak menggunakan panggilan "WAN" 


1. **Syarif Ibrahim bin Abubakar,  Gelar : Panglima Paku Alam, Segeram


       Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, ( TOK AEM ),  ( anak cucu Ibrahim ditemukan  di Pontianak, daerah Siantan. Kebanyakan anak perempuanya. Sedangkan keturunan anak lelaki ditemukan di Sei Pinyuh, Mempawah, Singkawang, Ngabang, Sanggau, Surabaya, Malang, Kuching, dan Pulau Tujuh , Kalimantan Tengah, Selatan, Timur dsk )  


   Salah satu putra beliau bernama "Syarif Muhammad bin Ibrahim", dimakamkan di Desa Sungai Purun Besar , km 36  dari kota Pontianak menuju  Sungai Pinyuh.  Keturunan ini masih berlanjut hingga saat ini, 2022. 


  Keturunan ini juga ditemukan di pulau tujuh, Ranai, Tarempa, Midai, Serasan, Siantan, hingga   Riau Kepulauan. Diantaranya Ketururan dari :  


        Sayyid Mustafa yang menikahi  Dayang Masgi . 


2. **Syarif  Jamalullail bin Abubakar  Gelar Panglima Ribot, Segeram 


       Cucu SayyidHusein Tuan Besar Mempawah,  Beliau hidup sampai tua, karena keluarga ini mengenal beliau dengan panggilan : ( TOK LIL ), Datuk adalah panggilan untuk orang yang sangat tua, baik secara usia, maupun kepangkatan urutan generasi.   ( Belum diketahui keturunan beliau ini )


3. **Syarif Yusuf bin Abubakar,  Ki Sauki Yusuf, 


      Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah ( anak cucu beliau ini " Ki Sauki Yusuf",   keturunan ini ditemukan di Ranai, Serasan, Sedanau, Midai, Sei Pinyuh, Mempawah, dsk  serta di daerah lain.  


       Yang terkenal diantaranya : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadry bin **Yusuf bin *Abubakar bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah / Syarif Tue,  di Bali. Dalam sejarah versi I Wayan Reken, Sejarawan Bali,  beliau disebutkan berusia sangat panjang, hingga mencapai : 104 tahun usia hidup nya. 


4. Syarif Abdullah bin  Abubakar, :


      Makam di Lombok, keturunan ini yang banyak ditemukan di  Lombok.  Termasuk : "Panglima Laksamana IV, Sayyid Abubakar bin Abdillah, ( dilantik  tahun 1855 M" zaman Sultan Hamid.I,) - bin Abubakar, bin Abdullah ini. 


Makam beliau, Panglima Laksamana IV,  ditemukan di Jeranjang, sebagian mengatakan di Sekar Bela, Mataram.


5. Syarif Abdurrahman bin Abubakar,  makam Segeram, Natuna

     Gelar : Panglima Karang  Tanjung

Nampaknya keluarga ini memang agak sedikit berbeda, dan bervariasi.  


        Jika para sejarawan mendefinisikan ukuran satu generasi itu sekitar 25 tahun, maka, khusus keluarga ini terlihat bentang generasinya bervariasi antara : 18 - 20 tahun pada puak di Bali misalnya, 


         Dan 30 - hingga 40 tahun, pada puak keluarga di Kalimantan Barat dan Pulau Tujuh, - untuk satu generasi mereka.  Sehingga hari ini terjadi selisih , 2, 3, bahkan 4  generasi dari satu kakek moyang yang sama, yaitu : 


            Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Al Qadri ini.   


           Selain itu karena usia hidup yang panjang, menyebabkan ada generasi yang pendek dari yang lain nya. Kemungkinan juga generasi ini ada yang hidup sezaman antara : Anak, Ayah, kakek, dan Kakek Buyut, 4 generasi sezaman. 


Bersama Harimau Tua Loloan
Haji Sayyid Syarif  Yasin bin Zain Al Qadry, 76 tahun
Bali, 05 April 2021


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


D.  Sebaran anak cucu *Syarif Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah, 


1. **Syarif  Yusuf bin Abubakar, Makam Segeram Natuna :  Ki Sauki Yusuf 

Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah ini, : 


          Data yang ditemukan, sehubungan beliau ini, berdasarkan keterangan dari anak cucu keturunan beliau langsung di Ranai, yang pernah menjabat sebagai Camat Ranai dua Periode, bernama  : 


******Syarif Abdurrahman bin *****Mahmud bin ****Hasan bin ***Muhammad bin **Yusuf  bin *Abubakar bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah Al-Qadry:  yang menyebutkan bahwa makam beliau ( Ki Sauki atau Saugi Yusuf ) ada disana. 


      Dan di Pulau Serasan, Sedanau, banyak kaum kerabat beliau ( Syarif Abdurrahman bin Mahmud ini ) yang masih hidup dan menetap di Pulau Tujuh itu. Keluarga ini huga ditemukan di Sarawak, Malaysia Timur bernama Wan Dahlan bin Tku Hamid yang menetap di Kota Samarahan.  


           Adanya  keturunan Syarif Yusuf ini,  juga membuktikan bahwa beliau pernah hidup dan mengikuti jalan nenek moyang nya menyebarkan Dawah agama 


          Pulau Tujuh , adalah gugusan pulau kecil yang sekarang masuk Provinsi Riau Kepulauan. Termasuk , Pulau Serasan, Midai, Tarempa, Tambelan, Sedanau, Letung, Natuna, Anambas, Siantan, Bunguran Besar, Ranai, dll.  


         Makam cucu beliau, ditemukan di  Loloan, Bali Barat, dikenal dengan : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry/ Syarif  Tue Loloan. 



2. **Syarif Ibrahim bin Abubakar , Panglima Hitam Paku Alam, Segeram


    Beliau ini menikahi  Putri Pangeran Syarif Ali Alidrus Sabamban  bernama : Syarifah Fatimah ,  sempat menikah juga di Kalimantan Barat, karena anak cucu nya banyak ditemukan di Pontianak, Mempawah, Sei Purun besar, Sungai Pinyuh, Sei Bakau, meski ada juga yang menyebar keluar semisal Kuching Sarawak, Paloh, dan mungkin ikut paman nya ke kepulauan sana. 


       Makam beliau ditemukan di Desa  Segeram, Natuna, Pulau Tujuh


      Banyak anak cucu keturunan ini hingga saat ini. Baik dari anak cucu beliau laki - laki dan anak cucu beliau dari anak perempuan nya.  


      Termasuk keturunan Sayyid Mustafa Serasan, berasal dari keturunan Panglima Paku Alam Segeram ini.



Silaturrahmi dengan keturunan 
Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, 
Keluarga Syarif  Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry 
/Syarif Tue Loloan.

Bali, 05 April 2021 


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie


3. **Syarif Jamalullail bin Abubakar, makam di Segeram Natuna


    Beliau ini juga dimakamkan di Segeram, catatan tentang keturunan beliau ini ditemukan pada makam tua  di Segeram .  generasi terdahulu, menyebut beliau dengan : TOK LIL, artinya Datuk Lil, yang menisbatkan usia tua. 


      Dalam catatan kami, nama "Jamalullail" tua, ada 4 nama : 

    1. Jamalullail  Bin Tuan Abu, Makam Segeram Natuna  

    2. Muhammad Jamalullail ( Gelar Wan Kundoy  Hamsah )  bin Tuan Abu, dan 

    3. Jamalulail bin Ibrahim, Makam di Manggar  Babel, cucu. 


       Tok adalah bahasa  Melayu Pontianak, untuk panggilan Datuk. 

 

   4.  Salah satu putra Sultan Abdurrahman juga bernama : Jamalullail  dari ibu : Nyai Halimah, saudara dari Pangeran Laksamana Muda, Panglima Laksamana II, bernama  : Syarif Abubakar, Yang ditugaskan ke negeri China  sebagai  Duta Perdagangan .


 Keturunan beliau menetap di sana  hingga hari ini.  Tak satupun kembali


4. ***Syarif Yahya Maulana Al Qadry. Lahir Segeram Natuna Pulau  Tujuh  bin Syarif Yusuf bin  Sayyid Abubakar, I

       Beliau adalah ayah dari Syarif Abdullah, Syarif Tue Loloan,  ditemukan bahwa beliau ini bergelar : Maulana Al Qadry, jadi lengkapnya : Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf, bin Abubakar bin  Sayyid Husein Mempawah. 


        Kemungkinan besar beliau adalah anak pertama dari Syarif Yusuf. 


          Beliau menurunkan anak cucu yang banyak. 

      Tersebar di Kalimantan Barat, Pulau Tujuh, Malaysia Barat, Malaysia Timur, dan yang sangat terkenal yaitu di Bali, : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry, yang makam nya ditemukan di Loloan, Bali Barat, di wilayah kota Negare, Kabupaten Jembrana. Bali. 

        Makam beliau ( Yahya Maulana AlQadri ini ) ditemukan di Segeram 

Satu hal bahwa beliau ini menurunkan banyak keturunan hingga hari ini, 2020.M.


Silsilah Syarif Tue Awwal, 
Abdullah bin Yahya Maulana Alkadri
Loloan  Negare Jembrana Bali  




Bersama Doni Iswara /  Pak Lang
Sejarawan Kesultanan Pontianak




Bersambung Klik Disini >>>

Sebaran Da"wah keturunan Habib Husein 


Panglima Laksamana I  Sayyid Abubakar  Alkadrie

-----------------------

Sumber data : 

1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan

2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan

3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li  Al Imam Husein, Pustaka Azmatkhan

4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara  Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, .Koleksi keluarga Al Qadri

5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770  halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, Koleksi Pribadi keluarga AlQadri

       Ada terdata bahwa : Abubakar ini memiliki banyak keturunan.  


Referensi : ( klik link nya untuk membaca ) 

*** Silsilah Habib Husein Tuan Besar Mempawah

1. Pulau Tarempa Siantan 

2. Pulau Serasan 

3. Pulau Tambelan

4. Lagi tentang Tambelan

5. Cucu Habib Husein di Pulau Bali

6. Sejarah Habib Husein Tuan Besar Mempawah

7. Cucu Habib Husein di Pulau Lombok

8. Makam tua di Kepri

9.Kerajaan Mempawah 

10. Kerajaan Kubu

11. Kerajaan Tanjungpura

12. Kerajaan Sintang

13. Kerajaan Sambas

14. Kerajaan Sanggau

15. Kerajaan Tayan

16. Kerajaan Sabamban Kalsel  & Hubungan nya dengan Matan, Pontianak, dan Mempawah

Keterangan : Tanda Bintang ( * ) adalah urutan generasi

Bintang (*) Anak generasi pertama

Bintang ( **) Cucu generasi kedua 

Bintang ( ***) Cicit generasi ketiga

Bintang ( **** ) Cicit Buyut generasi ke empat