Riwayat Hidup ( 1735 - 1814 M ) Usia 79 tahun
SAYYID ABUBAKAR BIN HABIB HUSEIN AL KADRI
MENIKAHI 11 WANITA, ANAK KETURUNAN 32 ORANG
By : SAY Qadrie :
Pustaka Sejarah Kadriah
Berdasarkan Data Tua warisan Sayyid Syarif Husein Al Kadri Jamalullail. Nomor buku 763 s/d 770 halaman 336, angka tahun : 1857 M, Koleksi Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, dan Koleksi Pribadi keluarga AlQadri Pontianak keturunan Sayyid Abubakar bin Habib Husein Mempawah.
BIOGRAFI SAYYID ABUBAKAR , 1735 - 1814 M
Sekilas Riwayat Hidup Syarif Abubakar bin Habib Husein,
Gelar :
Panglima Laksamana Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara, Tuan Abu, Panglime Ribot, Harimau Waqqar, Singa Lautan, Panglima Laksamana Tua, Tuanku Sayyid Abubakar, Pelaut tangguh di perairan Pulau Tujuh, Trengganu, Tanah Melayu dan Nusantara : 1735 - 1814 M
A. KELAHIRAN, MASA KECIL, REMAJA, DEWASA
1. Asal - usul, Syarif Abubakar bin Habib Husein
*Syarif Abubakar bin Habib Husein bin Ahmad bin Husein bin Mohammad Al Qadri
Beliau adalah putra Habib Husein dari istrinya Nyai Tengah.
Lahir di Matan, pada sekitar tahun : 1735 M, ketika keluarga besar beliau hijrah dari Matan pada : 8 Muharam 1160 H/20 Januari 1747 M. Beliau, Abubakar ini, yang diperkirakan berusia sekitar 12 tahun, ikut bersama rombongan keluarga besar Habib Husein.
Sementara abang/kakak beliau, Abdurrahman ( Yang kemudian menjadi Sultan Pontianak ) saat itu berusia 16 tahun lahir 1732 M
Hal ini disimpulkan karena catatan sejarah menyebutkan:' setelah 2 tahun menetap di Mempawah, Abdurrahman kemudian dinikahkan dengan Utin Chandramidi, Ratu Sultan, putri Opu Daeng Manambon, Raja Mempawah, " mereka menikah sekitar tahun: 1757.M. Abdurrahman berusia 18 tahun saat menikah.
Sekitar 14 tahun sebelum membuka hutan Pontianak, pada tahun : 1771.M.
Rombongan besar ini hijrah atas permintaan dan undangan Raja Mempawah, Opu Daeng Manambon. Keluarga Habib Husein bin Ahmad kemudian menempati daerah yang dikenal dengan Galah Herang, atau Sejegi, tempat dimana jasad beliau dimakamkan.
2. Masa Kecil, dan Remaja, *Syarif Abubakar bin Habib Husein,
Masa kecil Abubakar bin Habib Husein banyak di lalui di negeri Matan, sampai kemudian hijrah ke Mempawah. Sebagaimana abang dan kakak - kakak nya, tentu, beliau juga mendapat pendidikan dan pelajaran ilmu dari Abah beliau, Habib Husein yang menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu pelayaran, yang di peroleh beliau ( Habib Husein ) semasa mengembara sebelum menetap di Matan dulu.
Ketika pindah ke Mempawah,:" Abubakar menginjak masa remaja menjelang dewasa, bersama saudara - saudaranya,: " Abdurrahman, Muhammad, Ahmad, Ali dan Alwi "( Tuan Bujang),- yang ikut berhijrah,
Sebagai putra Mufti di kerajaan Amantubillah Mempawah, tentu saja , Abubakar mendapatkan pendidikan dan pelajaran langsung dari Abah nya, Habib Husein. Berbagai disiplin ilmu yang diajarkan Abah nya kemudian menjadi bekal perjalanan hidup selanjutnya nanti.
Dalam sejarah catatan pembuka kota Pontianak, tahun 1771 nanti, nama Abubakar ini disebut ikut serta dengan Abangnya, Abdurrahman, yang kemudian menjadi Sultan di Pontianak dan beliau menjadi Panglima Laksamana Pertama.
Sayangnya,.....
Setelah membuka hutan, catatan tentang beliau ini sangat terbatas yang dapat ditemukan.
Ada cerita dari mulut ke mulut orang tua -tua keturunan ini, bahwa beliau ini bermukim di sekitar daerah yang sekarang di kenal dengan sungai Jawi dan Jeruju. Tentu saja saat itu masih berupa hutan rimba.
Disebutkan dulunya banyak burung merak disekitar tempat yang sekarang dikenal Gang Merak. Itulah kenapa kemudian beliau di makamkan di Kampung Mariana, Gang Merak, dulunya itu adalah tanah hutan belantara garapan beliau dan kompleks pemakaman khusus keluarga beliau dan anak cucu keturunan nya.
NAMA ABUBAKAR KETURUNAN HABIB HUSEIN
Daftar letak makam keturunan Habib Husein dengan nama Abubakar
1. Syarif Abubakar bin Habib Husein , Panglima Laksamana I
Makam : Jalan Sidas Kecil Dusun 1 Mariana, belakang hotel Mahkota Pontianak
2. Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana II
Makam : Pemakaman tua muslim Tibet Wuhan China
3. Syarif Abubakar bin Abdullah, Panglima Laksamana III
Makam : Banjarmasin Kalsel
4. Syarif Abubakar bin Abdillah, Panglima Laksama IV
Makam : Jeranjang Lombok NTB
5. Syarif Abubakar bin Sultan Usman, Panglima Laksamana V
Makam : Manokwari, Papua
6. Syarif Abubakar bin Sultan Usman , Pangeran Cakrabuana
Makam : Pemakaman Tua Layu Sampang Madura
7.Syarif Abubakar bin Muhammad
Makam : Sengkubang Mempawah Kalbar
8. Syarif Abubakar bin Usman bin Jafar, Pangeran Bendahara bin Sultan Hamid I
Makam : Kompleks makam Habib Husein Mempawah
9. Syarif Abubakar bin Husein bin Sultan Abdurrahman
Makam : Gua Seliung Kalbar
10. Syarif Abubakar bin Ahmad bin Habib Husein
Makam : Kutai Kertanegara Kaltim
11. Syarif Abubakar bin Pangeran Bendahara Ja far, bin Sultan Hamid I
Makam : Desa Peniti Dalam, Segedong, Kalbar
Sumber : Maktab Nan GQ 1857 Al Qadri Pontianak
3. Masa Dewasa, *Syarif Abubakar bin Habib Husein,
Abubakar bin Habib Husein, tumbuh besar di Mempawah, karena abang beliau, Abdurrahman, setelah menikah, sering melakukan pelayaran ke berbagai daerah, Abubakar ini juga ikut bersama saudaranya, melanglang buana di lautan, bersama Nakhoda Daud, orang kepercayaan abang nya di lautan.
Saat itu, usia beliau, Syarif Abubakar ini , mulai menginjak dewasa
Sejarah mencatat :
Pada tahun 1759 Syarif Abdurrahman mengadakan pelayaran ke beberapa tempat seperti ke Pulau Tambelan, Siantan dan Negeri Siak, ketika ia berumur sekitar 20 tahun, dan pada tahun 1765 ke Kerajaan Palembang dan Banjarmasin, ketika ia berumur kurang dari 26 tahun.
Di Palembang Sultan kerajaan ini -- yang telah mengenal baik ayah dan mertuanya -- memberinya hadiah berupa : sebuah perahu, 100 pikul timah dan uang 2.000 ringgit.
Pada tahun 1767 Syarif Abdurrahman Al-Qadrie meninggalkan Mempawah menuju Kerajaan Banjarmasin dan Paser -- sekarang lebih dikenal dengan Kabupaten Paser dengan ibu kota nya Tanah Gerogot -- yang masing-masing terletak di kawasan selatan dan pantai timur Pulau Kalimantan.
Sekembalinya dari penjelajahannya ke beberapa kawasan disekitar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Bangka, Laut Jawa dan Selat Makasar, pada 11 Rabiul Akhir tahun 1185 atau pertengahan 1771,- orang tua yang sangat dikasihinya, Habib Hussein , meninggal dunia.
4. Mengelana di lautan, dan gelar yang disandang
*Syarif Abubakar bin Habib Husein,
Setelah cukup punya pengalaman, sekitar usia antara : 20 hingga 25 tahun, atau kurang dari itu, beliau kemudian membentuk armada sendiri, dan melakukan pelayaran keberbagai negeri, di wilayah belahan Barat Pulau Kalimantan.
Daerah ini dikenal dengan Pulau Tujuh, Negeri Sembilan, dan Tanah Melayu : Pulau itu diantaranya, Serasan, Midai, Natuna, Terempa, Siantan, Bunguran Besar, Sedanau, Tambelan, Ranai, sedangkan wilayah Singapore, Melaka, Trengganu, Johor, Kedah, Kuantan, Pahang, disebut dengan : Tanah Melayu.
##, Gelar Panglima Laksmana, Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara,
Gelar Panglima Laksamana ini diperoleh ketika Kesultanan Pontianak ditabalkan pada tahun 1778. pada hari ke 5, setelah Abdurrahman dinobatkan menjadi sultan, Beliau kemudian dilantik oleh saudaranya, Sultan Abdurrahman sebagai Panglima Laksamana Nusantara, dengan wilayah operasional seluruh Nusantara bahkan seluruh dunia.
Belakangan beliau dikenal dengan "Panglima Laksmana Pertama", atau,Tua. Dikenal juga dengan nama kecil "Tuan Abu"
Gelar : "Adiwijaya Wiralesmana Mangkunegara", diberikan oleh Opu Daeng Manambon, karena sebelum kesultanan Pontianak berdiri, beliau sudah aktif dalam politik di Mempawah, termasuk orang kepercayaan istana Amantubillah.
Panglima Laksamana menunjukkan kepiawaian beliau di bidang ilmu pelayaran dan kelautan, yang tentu saja di pelajari dari Abah dan Abang beliau, Habib Husein yang mulia, dan Abdurrahman saudara tertua laki - laki nya.
Dari beberapa sumber klasik, kami temukan bahwa beliau ini orangnya besar dan tingginya mencapai 180 cm, gagah, kuat, dan berani.
##, Gelar Tuanku Encek Panglime Ribot
Gelar : Tuanku Ncek Panglime Ribot, diperkirakan di berikan oleh anak buah kapal dan pasukannya yang berasal dari wilayah Tanah Melayu, Trengganu, dan Negeri Sembilan dan mungkin juga orang dari Pulau Tujuh.
Panglime Ribot diambil dari keahlian beliau menaklukkan lautan dalam kondisi badai besar ( Ribot , bahasa Melayu )
Gelar : Tuanku Sayyid Abubakar,
Kemungkinan di peroleh setelah menikah dengan salah satu wanita yang berasal dari Trengganu, Inche Aminah/ Syarifah Aminah binti Abdullah Alydrus. Karena negeri- negeri Melayu memanggil Sayyid dengan Tuanku, atau Tengku, disingkat Tku, yang masih berlaku hingga hari ini.
Gelar : Harimau Waqqar,
Panglima Laksamana I Tuan Abu Syarif Abu Bakar memiliki tubuh yang kekar dan tegap gagah perkasa tingginya mencapai 180 cm, sehingga Oleh Opu Daeng Manambong (Syed Syeich Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah memanggil Syarif Abu Bakar dengan Panggilan ( Panglima Laksamana Adiwijaya Wirelesmana Mangkunegara) yang di harapkan nantinya dapat membantu perjuangan abangnya Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie dalam mendirikan kesultanan Pontianak.,
Maka Sejak Itu beliau melatih dirinya menjadi seorang Panglima yang gagah berani dalam Setiap medan pertempuran baik laut maupun di daratan . Untuk memperkuat benteng dan untuk dirinya sendiri.
Beliiau juga memelihara kukunya hingga panjang hampir setengah centi,
Kemudian kuku - kuku tersebut beliau runcingkan
Dengan tujuan apabila tidak ada senjata atau tangan kosong beliau dapat melawan musuhnya dengan cakaran kuku Maut nya., hal ini beliau lakukan Karena hampir setiap pelayaran selalu di cegat oleh bajak laut maupun musuh - musuh yang akan menyerang abang nya maupun dirinya dan pengawal Sultan
""Sehingga beliau di sebut Panglima Harimau Wakkar"" dari pulau Borneo.,
Merujuk kata Harimau, mahluk buas yang kuat, beliau di anugerahi gelar ini, karena keberanian membela hak nya dan membela kebenaran, baik di darat atau di lautan.
Ada riwayat pitutur dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi dalam keluarga ini disebutkan, ketika terjadi peperangan maka beliau yang masuk ke dalam moncong meriam dengan senjata ditangan,- kemudian di tembakkan ke arah musuh nya.
5. *Syarif Abubakar bin Habib Husein: Menikah pertama sekitar 1755 - 1760 M di usia antara 20 atau 25 tahun. Lahir tahun 1735 M di Matan.
Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan beliau: istri 11, anak 32
*Syarif Abubakar bin Habib Husein, setelah melanglang lautan, kemudian menikahi 11 wanita masing-masing :
I. Aluyah Sambe, dinikahi sekitar tahun 1767 M,
Dikaruniai keturunan 6 anak
I.1. Sayyid Abdullah, bin Abubakar lahir : 1769 M, wafat 1856 M, Makam di Lombok
I.2. Sayyid Husein, bin Abubakar lahir di Lombok : 1772 , Kembar Abdillah. Makam di Pantai Lombok
I.3. Sayyid Abdillah, bin Abubakar Lahir di Lombok 1772 , Kembar Husein . Makam di Pantai Lombok
I.4. Sayyid Jamaluddien , bin Abubakar lahir 1779 M, Wafat 1850 M
I.5. Sayyid Mohdar, bin Abubakar Lahir 1782, Wafat 1860 , Makam sekitar kraton Sambas
I.6. Sayyid Najarudien bin Abubakar ( lahir karena Nazar setelah wafatnya Abdurrahman Bayi , dari ibu lain, : Inche Salmah)
II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidroos Wanita yang berasal dari Trengganu, yang saat itu berada di Kalsel pada 1772 M, dinikahi dan dikaruniai 6 anak :
II.1. Sayyid Ibrahim, bin Abubakar lahir 1773, Wafat 1857, Makam Kpg. Segeram, Natuna
II.2. Sayyid Yusuf , bin Abubakar lahir 1776 , Wafat 1867, Makam Natuna
II.3. Sayyid Jamalullail, bin Abubakar lahir 1778 , Wafat 1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna
II.4. Sayyid ALI Pertama bin Abubakar : ( makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok )
II.5. Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar lahir 1781 , Wafat 1872, Makam Kpg. Segeram,Natuna
II.6. Sayyid Maulana Malik bin Abubakar lahir 1783, Wafat 1871, Makam Mbah Priok Batavia
III.Inche Salmah, dikaruniai 5 keturunan :
III.1. Sayyid Abunijam, bin Abubakar Lahir 1776, Wafat 1859, Makam tua kandangan di Aceh
III.2. Syarifah Fathimah binti Abubakar ( Pr )
II.3. Sayyid Abdurrahman binti Abubakar ( Wafat Bayi ), makam Mariana
III.4. Sayyid Hasan, bin Abubakar lahir 1774, Wafat 1860, Makam Jln. Taman Sri Kuncoro.III. No.28. Kalibanteng Kulon Semarang Barat Jawa Tengah
III. 5. Syarifah Aishah binti Abubakar ( Pr )
IV. Dayang Kesumbi, Sintang, keturunan :
1. Sayyid Ahmad bin Abubakar
2.Syarifah Laila binti Abubakar
3. Sayyid Hamid bin Abubakar
4. Syarifah Salmah binti Abubakar
V. Saodah ( dari Madura ) Sumenep,
1. Sayyid Wahidin bin Abubakar
2. Sayyid Syamsudin bin Abubakar
VI. Kristina ( Minah ) Papua, keturunan :
1. Sayyid Al Amanah bin Abubakar
2. Sayyid Samanhudi bin Abubakar
3. Syarifah Rukayah binti Abubakar
VII. Dayang Cut Maidah, Palembang , keturunan :
1. Sayyid Tengku Burhanuddin bin Abubakar
2. Sayyid Tengku Rahmadi bin Abubakar
3. Syarifah Cut Salmah Munawarah binti Abubakar
VIII. Saidah , Kapuas Hulu, tidak berketurunan
IX. Dewi Asmairah, keturunan :
IX.1. Sayyid Muhammad Jamalullail bin Abubakar
X. Nurmaini, wanita Singapore, tidak berketurunan,
XI. Maria, Keturunan Dayak mualaf, istri terakhir di Pontianak, keturunan :
XI.1. Syarif Ali bin Abubakar , makam di Sei Purun
XI.2. Syarif Alwi bin Abubakar, selisih 20 tahun usia dengan Ibrahim Segeram. Makam di Mariana dekat dengan Abah nya, : Tuan Abu, Sayyid Abubakar
Dengan demikian beliau meninggalkan 32 anak keturunan hingga hari ini,
250 tahun yang lalu, keturunan pertama Tuan Abu sudah lahir ke bumi.
Yang pasti beliau memiliki banyak keturunan yang masih hidup hingga hari ini. Saat ini keturunan terpanjang mencapai 10 generasi, sementara terpendek mencapai 5- 6 generasi dari Tuan Abu, Syarif Abubakar Panglima Laksmana ini.
Keterangan Sumber :
Keturunan lengkap Sayyid Abubakar Panglima Laksmana Pertama, bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah, dari semua istri beliau. Berdasarkan catatan Pangeran Bendahara Syarif Ja Far bin Sultan Hamid.I. Kode Dokumen : NanGq 1857M, Nomor : 36/763, Halaman : 327 s/d 330 berangka tahun 1857M. Tebal 600 halaman, huruf arab, bahasa arab.
Sayyid Abubakar Wafat pada tahun 1814 M, Usia 79 tahun, dimakamkan di Jalan Sidas Kecil, Dusun,I. Kampung Maria Pontianak ( nama kampung ini diambil dari nama istri beliau setelah membuka hutan nya), dulu banyak ditemukan burung merak disini, sehingga sekarang dikenal dengan Gang Merak .
Dimasa tua nya beliau sempat tinggal di Segeram Natuna, selama 10 tahun, bersama 3 anaknya, : Ibrahim, Abdurrahman dan Jamalullail, yang makam nya ditemukan di Segeram.
Beliau juga sempat berkunjung ke Sabamban.
Karena salah satu putranya bernama : Sayyid Ibrahim, menikahi Syarifah Aminah binti Pangeran Syarif Ali Alidrus dan mendapat cucu bernama : Sayyid Sirajudien Syah bin Sayyid Ibrahim. Makam nya ditemukan diperbatasan Kalsel - Kalteng.
Beliau ini, : Sayyid Sirajudien Syah bergelar " Pangeran Sabamban" menikahi Syarifah Nuswainah , cucu Pangeran Syarif Ali Sabamban ) Keturunan ini ada di Babel sekarang.
Setelah mulai uzur kemudian menetap di Pontianak, sekitar Kampung Mariana, hingga wafatnya. 3 anaknya, cucu, dan banyak kaum kerabatnya menetap hingga wafat dan dimakamkan di Segeram Natuna. Daerah yang sekarang dikenal dengan "Makam Keramat 7"
Dokumen terbatas Kesultanan Pontianak. Tidak dibagikan. Hanya untuk diakses kaum kerabat Al Qadri yang ingin meluruskan Nasabnya dan percaya kepada kerabatnya.
B. Wafat nya Habib Husein bin Ahmad di Mempawah,- 19 Mac 1771
Habib Husein bin Ahmad, wafat pada pukul 2.00 petang, 2 Zulhijjah 1184 H/ atau, 19 Mac 1771 dalam usia 64 tahun. Beliau menutup mata di Mempawah, dan dimakamkan di Desa Sejegi, Mempawah Hilir. Beliau dikenal dengan :
Tuan Besar Mempawah.
Wafat nya Ayahanda yang sangat di kasihi dan dihormati putra - putrinya ini, menyebabkan semua keluarga besar berkumpul di satu titik, yaitu di Mempawah.
Setelah menyempurnakan jenazah dan memakamkan jasad beliau di Sejegi, Mempawah Hilir, keluarga ini kemudian fokus untuk melaksanakan wasiat Abah mereka, mencari tempat hunian baru untuk keluarga besar mereka, dan anak cucu keturunan nya nanti.
Baru setelah 6 bulan kemudian, pada sekitar Oktober 1771.M,
Ekspedisi mencari pemukiman baru di laksanakan, dengan berlayar ke arah Selatan dari kota Mempawah, menyusuri laut dan pantai Borneo. Mereka sempat masuk di Sungai Peniti, dan sholat Dzohor di Tanjung Dzohor.
Mereka juga singgah di Kelapa Tinggi Segedong, baru kemudian melanjutkan perjalanan .
MENCARI TEMPAT HUNIAN BARU
1. Wasiat untuk mencari tempat hunian baru
Sebagaimana sejarah mencatat, bahwa wasiat Habib Husein adalah:", agar keturunannya mencari tempat bermukim sendiri, dan mengembangkan wilayah baru, untuk keturunan dan anak cucu beliau nanti ".
Setelah beberapa waktu wafat nya beliau, wasiat ini kemudian di laksanakan oleh keluarga besar mereka, anak cucu Habib Husein, yang melakukan ekspedisi, mencari tempat pemukiman baru.
Rombongan besar ini menyertakan semua keluarga besar mereka yang tadinya menetap di Mempawah untuk mencari tempat hunian baru yang belum diketahui tempat dan letaknya.
Waktu itu Borneo masih berupa hutan lebat dengan sungai yang masih mengalir deras belum adanya sedimen endapan pendangkalan seperti sekarang. Pohon kayu hutan tropis yang besarnya 3x pelukan orang dewasa. Hutan tropis tadah hujan yang kerapatannya mendekati kerimbunan bumi amazon.
Hijau subur hijau rimbun yang menyejukan mata.
Rimbun pepohonan dengan dahan dan daun yang sanggup menjadi peneduh dari sinar matahari langsung pada siang hari. Borneo dihuni oleh puluhan ribu satwa langka dunia, ratusan ribu jenis burung yang tak ditemukan di belahan bumi manapun.
Kekayaan ikan dan udang di dasar sungai nya. Yang cukup untuk menghidupi penduduknya dari profesi sebagai pemancing saja. Udang galah adalah lobster sungai yang sangat bergizi tinggi, yang hidup di perairan air tawar pulau Borneo.
MEMBUKA KOTA PONTIANAK
2. Abubakar bin Habib Husein,
Ikut Rombongan ekspedisi mencari wilayah baru
Pada pukul 14.00 , 9 Rajab tahun 1185 H,
Atau sekitar Oktober , 1771 M,
Pangeran Abdurrahman Al-Qadrie berangkat bersama seluruh keluarganya menuju ke pemukiman baru yang belum mereka ketahui dalam satu konvoi besar yang terdiri dari 2 kapal besar , dan 14 kapal kecil beserta dengan awak kapal nya lengkap dengan peralatan tidur, makanan, minuman untuk dua bulan.
2 Saudara laki-lakinya -- *Syarif Abubakar dan *Syarif Alwi Tuan Bujang ikut dalam rombongan ini. Sementara :
*Syarif Muhammad dan ( *Syarif Ali sudah merantau ke Malaysia. Syarif Ali kemudian diperkirakan menetap di Brunai, apakah beliau yang dikenal sebagai Syarif Ali Al Barkat, Sultan Brunei , wafat pada tahun 1432 M itu? Tapi tahun dan masa nya tidak se zaman ? )
Dimana Keturunan dan makam Syarif Ali bin Habib Husein Al Kadri, masih kami telusuri hingga saat ini, 2022
Sedangkan *Syarif Ahmad merantau ke pulau Jawa , kelak dikenal dengan Pangeran Giri dan menikah di kerajaan Sadurangas, Pasir Blengkong, Kalimantan Timur, Sementara *Syarif Ahmad Bungsu, menetap di daerah pesisir utara Kalimantan Barat.
Rombongan mereka meninggalkan Mempawah mencari pusat pemukiman baru, dan Syarif Abdurrahman ditunjuk sebagai kepala rombongan besar itu pada tahun 1771 M, sekitar bulan Oktober.
3. *Syarif Abubakar bin Habib Husein, ikut Membuka Hutan Pontianak
23 Oktober 1771 M :
Pada subuh hari Rabu tanggal 14 Rajab 1185.H bertepatan dengan 23 Oktober 1771 M rombongan Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Qadrie memasuki kawasan perairan di pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak .
Pada sekitar jam , 07.00 pagi, rombongan mendarat di persimpangan tiga Sungai kapuas Kecil, Sungai Landak dan Sungai Kapuas Besar itu. Mereka memulai merimba hutan di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Mesjid Jami Sultan Abdurrahman Pontianak.
Pada pagi hari Rabu itu juga, rombongan itu mendarat pada salah satu kawasan tepi Sungai Kapuas tidak jauh dari muara Sungai Landak. Mereka mulai menebang dan membersihkan pohon-pohon serta mendirikan surau yang sekarang menjadi Mesjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie.
Kemudian Abdurrahman dan rombonganya mulai mempersiapkan tempat pemukiman ( bangsal darurat ) yang letaknya menjorok ke darat sekitar 800 meter dari surau tersebut. Pemukiman itulah kemudian menjadi Istana Kesultanan Qadriah Pontianak seperti sekarang ini
4. Penobatan Sultan Abdurrahman dan Pelantikan Panglima Laksamana
Setelah sekitar 7 tahun,
Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, setelah menaklukkan Sanggau, dan Tayan, dengan dihadiri oleh raja-raja kerajaan Landak, Simpang, Matan, Sukadana dan Mempawah, Sultan Riau Raja Haji Fisabilillah,Yang Dipertuan Muda Riau,: menobatkan Syarif Abdurrachman Alkadrie sebagai sultan (pertama) di kesultanan Pontianak.
Dalam semua peperangan diatas, Sayyid Abubakar ikut aktif membela saudaranya, karena beliau adalah :
"Panglima Perangnya Kesultanan Pontianak"
Sampai kemudian Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Pertama Kesultanan dari Dynasti Al Kadri/Al Qadry di Pontianak ini, bergelar :
*Duli Yang Maha Mulia Tuanku Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Nur Alam Kahar, Ibni As Sayyid Syarif Al Habib Husein Al Qadri, Mufti Istana Amantubillah Tuan Besar Mempawah* Dan Sayyid Abubakar dilantik saudaranya menjadi " Panglima Laksamana Nusantara Pertama, dikenal sebagai Laksamana Tua.
MUNDUR DARI KESULTANAN : 1779 M
5. *Syarif Abubakar bin Habib Husein, Melanjutkan tugas ber da"wah
Setelah menyampaikan permintaan PENSIUN DINI kepada Sultan., Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habeb Husein Al-Kadri Jamalulai., beliau mulai membuka Hutan., Hutan yang beliau buka saat itu berada pertengahan antara sungai Kapuas yang sudah banyak di lalui pelayaran dari pedagang - pedagang yang masuk dari berbagai negeri (sekarang menjadi Pelabuhan Pontianak)
Di daerah aliran sungai tanpa nama., yang kemudian oleh Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar bin Habib Husein Al-Kadri Jamalullail., diberi dengan nama aliran "Sungai Jawei""
Nama ini beliau ambil dari nama istri Sultan Pontianak yang Berkebangsaan belanda Lia Van Heden binti Van Heden Werjawei (Jawei ). ( Sekarang menjadi Sungai Jawi) dengan maksud untuk mengenang sumber pangkal melemahnya Kesultanan Pontianak kerena membuat perjanjian dengan Belanda,
1779 M (1193 H)
Residen Rembang Willem Adrian Palm mewakili VOC, untuk kali pertamanya menginjakkan kaki di kesultanan Pontianak. Dilangsungkan kontrak pertama antara VOC dengan kesultanan Pontianak dan Sanggau.
Sejak tanggal 5 Juli, 1779.M,
Kesultanan Pontianak beserta negeri taklukkan nya (Sanggau dan Tayan) berada di bawah kekuasaan VOC. Langkah politis berkompromi dengan Belanda ini mungkin strategy Sultan Abdurrahman untuk mempertahankan eksistensi kesultanan yang baru saja di bangunnya itu.
Sebab, jika beliau menolak dan kemudian berkonplik dengan Belanda lebih tepatnya VOC, maka bisa jadi kesultanan yang baru seumur jagung itu, musnah dan lenyap seketika.
1784 M (1198 H)
Dibantu tentara kompeni Belanda, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie menyerang kerajaan Sukadana yang dikuasai Kesultanan Riau.
1786 M (1200 H)
Kesultanan Pontianak dengan bantuan Belanda menyerang kerajaan Mempawah. Perang saudara berkecamuk hampir delapan bulan, di mana akhir nya Mempawah dapat ditundukkan. Panembahan Mempawah, Adijaya Kusuma tak sudi negeri nya diinjak Kolonial Belanda kemudian meninggalkan negeri Mempawah.
Dengan persetujuan VOC,: Syarif Kasim, salah seorang putera Sultan Syarif Abdurrachman, dinobatkan sebagai Panembahan Mempawah. Belum berapa lama Syarif Kasim menduduki tahta kekuasaan, Belanda menyodorkan sebuah kontrak kepadanya.
1791 M (1206 H)
Selama kurang lebih delapan bulan, terjadi peperangan antara kesultanan Pontianak dengan Sambas.
1792 sampai 1808 M
Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie meneruskan menata pemerintahan kesultanan nya bersamaan dengan tindakan Belanda membangun di sebelah barat sungai kapuas. dikenal dengan tanah seribu. Sekarang Kelurahan Mariana,
1808 M (1223 H) Hari sabtu tanggal 1 Muharram selepas zuhur, dalam usia 78 tahun, Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie berpulang ke Hariban llahi dan dimakamkan di Batulayang. ( lahir 1730 - wafat 1808 , usia 78 tahun )
Hal ini juga menjelaskan tentang makam Abubakar yang ada di Batulayang sebagaimana disebutkan oleh sdr. Usman Said, dkk , jelas bukan makam Abubakar bin Habib Husein, karena beliau saat itu sudah dewasa dan bukan lagi anak kecil, tentu saja beliau hidup dan bahu membahu bersama kakak nya Sultan Abdurrahman. Bahkan beliau merupakan "Panglima Perang"
Pandangan bahwa Abubakar bin Habib Husein ini wafat di usia kecil dan tidak meninggalkan keturunan, tidak bisa diterima karena beliau ikut pada saat membuka hutan 1771 M, dan keturunannya sangat banyak hingga hari ini.
Keturunan ini dikenal dengan sebutan Keturunan Tua.
Karena tua secara urutan generasi dan memang sebagian tua karena usia hidup yang panjang. Rata- rata masa hidup diatas 70 tahun. Bahkan salah satu cucunya, Syarif Abdullah bin Yahya/ Syarif Tue, menurut catatan sejarawan Bali, I Wayan Reken, beliau wafat di usia 104 tahun. ( masih kita cari pembanding sejarahnya ) Bisa jadi, keturunan ini hidup se zaman, 4 generasi, : Anak, Ayah, Kakek, dan kakek Buyut. ( Abah , Datuk, dan Moyang )
#, 30 tahun , masa kekuasaan Sultan Abdurrahman, antara : 1778 M - 1808 M
Nampaknya 30 tahun masa kekuasaan Sultan Pontianak Pertama, :
Syarif Abubakar bin Habib Husein, saudara Sultan ini, tetap melanjutkan kegiatan perdagangan dan mengunjungi negeri - negeri bagian Barat Pulau Kalimantan, bahkan juga mungkin ke kawasan Timur Kalimantan.
Karena ditunjuk sebagai Duta Kesultanan, yang bertugas mengadakan hubungan diplomasi ke Kerajaan yang ada di Nusantara saat itu, dalam jabatan Panglima Laksmana, guna menjalin persahabatan antara Kesultanan, dimasa awal Kesultanan berdiri.
Itulah kenapa salah satu putra beliau, **Syarif Yusuf bin Abubakar, mungkin karena ikut berlayar, akhirnya menetap dan menikah di kepulauan Timur Indonesia, dalam catatan ini makam beliau disebutkan di Bali. ( Maktab Nan Gq 1857 )
Belum jelas siapa yang pertama masuk Kuala Perancak itu, :
Apakah Yusuf, atau Yahya, atau Abdullah ?
Keturunan inilah yang kemudian menetap di Loloan, Bali Barat, -- ( bukan keturunan Sayyid Abubakar bin Sultan Abdurrahman, Panglima Laksamana Muda, II, yang dikirim ke Tibet itu )-- mereka dengan menggunakan 4 armada kapal perang, memasuki Kuala Perancak, menyusuri Sungai Ijo Gading, yang karena banyak belokan, mungkin pelihat arah, yang biasanya ditempatkan di atas menara kapal, meneriakkan :
" kelokan, kelokan, atau , belokan , belokan, keloan, keloan!" dari bahasa Melayu.
Lama kelamaan, kata ini berubah menjadi "Loloan," Tempat dimana makam cucu dari Ki Sauki Yusuf ini ditemukan, dikenal dengan : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadri, atau Syarif Tue dikebumikan.
Keluarga Al Kadri diperkirakan masuk ke Loloan pada sekitar abad ke 18 pertengahan, mendarat dan kemudian menetap disana.
Hingga hari ini, masyarakat Loloan menggunakan bahasa Melayu mirip dengan bahasa Melayu Pontianak, dengan campuran Melayu Malaysia, dan logat serta lahja Bali. Sampai saat ini masih dapat ditemukan keturunan Melayu Trengganu dan orang Melayu dari sekitar Pulau Tujuh, Negri Sembilan, yang hidup di Loloan.
Mungkin mereka yang dulunya ikut bersama dalam rombongan Syarif Abdullah yang berlayar dengan membawa 4 armada kapal perang itu.
C. Wafat nya *Syarif Abubakar bin Habib Husein, makam di Pontianak
Syarif Abubakar bin Habib Husein, Panglima Laksamana Tua, lahir di Matan : 1735 M - Wafat Pontianak. Kamis, : 27 JULI 1814 M. dalam usia : 79 tahun. Menikahi 10 perempuan, salah satunya bernama : Syarifah Aminah binti Abdullah Alydrus, dari Trengganu, bisa jadi berasal dari pecahan Kubu, Dipanggil ( TOK ABU KRAMAT ), keturunan ini banyak menggunakan panggilan "WAN"
1. **Syarif Ibrahim bin Abubakar, Gelar : Panglima Paku Alam, Segeram
Cucu Habib Husein Tuan Besar Mempawah, ( TOK AEM ), ( anak cucu Ibrahim ditemukan di Pontianak, daerah Siantan. Kebanyakan anak perempuanya. Sedangkan keturunan anak lelaki ditemukan di Sei Pinyuh, Mempawah, Singkawang, Ngabang, Sanggau, Surabaya, Malang, Kuching, dan Pulau Tujuh , Kalimantan Tengah, Selatan, Timur dsk )
Salah satu putra beliau bernama "Syarif Muhammad bin Ibrahim", dimakamkan di Desa Sungai Purun Besar , km 36 dari kota Pontianak menuju Sungai Pinyuh. Keturunan ini masih berlanjut hingga saat ini, 2022.
Keturunan ini juga ditemukan di pulau tujuh, Ranai, Tarempa, Midai, Serasan, Siantan, hingga Riau Kepulauan. Diantaranya Ketururan dari :
Sayyid Mustafa yang menikahi Dayang Masgi .
2. **Syarif Jamalullail bin Abubakar Gelar Panglima Ribot, Segeram
Cucu Habib Husein Tuan Besar Mempawah, Beliau hidup sampai tua, karena keluarga ini mengenal beliau dengan panggilan : ( TOK LIL ), Datuk adalah panggilan untuk orang yang sangat tua, baik secara usia, maupun kepangkatan urutan generasi. ( Belum diketahui keturunan beliau ini )
3. **Syarif Yusuf bin Abubakar, Ki Sauki Yusuf,
Cucu Habib Husein Tuan Besar Mempawah ( anak cucu beliau ini " Ki Sauki Yusuf", keturunan ini ditemukan di Ranai, Serasan, Sedanau, Midai, Sei Pinyuh, Mempawah, dsk serta di daerah lain.
Yang terkenal diantaranya : ****Syarif Abdullah bin ***Yahya Maulana Al Qadry bin **Yusuf bin *Abubakar bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah / Syarif Tue, di Bali. Dalam sejarah Loloan, beliau disebutkan berusia sangat panjang, hingga mencapai : 104 tahun usia hidup nya.
4. Syarif Abdullah bin Abubakar, :
Makam di Lombok, keturunan ini yang banyak ditemukan di Lombok. Termasuk "Panglima Laksamana IV, Sayyid Abubakar bin Abdillah tahun 1855 M", bin Abubakar, bin Abdullah ini. Makam beliau, Panglima Laksamana IV, ditemukan di Jeranjang, sebagian mengatakan di Sekar Bela, Mataram.
5. Syarif Abdurrahman bin Abubakar, makam Segeram, Natuna
Gelar : Panglima Karang Tanjung
Susunan ini tidak menunjukkan urutan kelahiran, , : **Ibrahim , **Jamalullail, dan **Yusuf serta Abdullah ini. (Selengkapnya kembali ke atas )
Nampaknya keluarga ini memang agak sedikit berbeda, dan bervariasi.
Jika para sejarawan mendefinisikan ukuran satu generasi itu sekitar 25 tahun, maka, khusus keluarga ini terlihat bentang generasinya bervariasi antara : 18 - 20 tahun pada puak di Bali misalnya,
Dan 30 - hingga 40 tahun, pada puak keluarga di Kalimantan Barat dan Pulau Tujuh, - untuk satu generasi mereka. Sehingga hari ini terjadi selisih , 2, 3, bahkan 4 generasi dari satu kakek moyang yang sama, yaitu :
Sayyid Abubakar bin Habib Husein Al Qadri ini.
Selain itu karena usia hidup yang panjang, menyebabkan ada generasi yang pendek dari yang lain nya. Kemungkinan juga generasi ini ada yang hidup sezaman antara : Anak, Ayah, kakek, dan Kakek Buyut, 4 generasi sezaman.
D. Sebaran anak cucu *Syarif Abubakar bin Habib Husein Mempawah,
1. **Syarif Yusuf bin Abubakar, : Ki Sauki Yusuf
Cucu Habib Husein Tuan Besar Mempawah ini, :
Data yang ditemukan, sehubungan beliau ini, berdasarkan keterangan dari anak cucu keturunan beliau langsung di Ranai, yang pernah menjabat sebagai Camat Ranai dua Periode, bernama : ******Syarif Abdurrahman bin *****Mahmud bin ****Hasan bin ***Muhammad bin **Yusuf bin *Abubakar bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah Al-Qadry: yang menyebutkan bahwa makam beliau ( Ki Sauki atau Saugi Yusuf ) ada disana.
Dan di Pulau Serasan, Sedanau, banyak kaum kerabat beliau ( Syarif Abdurrahman bin Mahmud ini ) yang masih hidup dan menetap di Pulau Tujuh itu. Keluarga ini huga ditemukan di Sarawak, Malaysia Timur bernama Wan Dahlan bin Tku Hamid yang menetap di Kota Samarahan.
Adanya keturunan Syarif Yusuf ini, juga membuktikan bahwa beliau pernah hidup dan mengikuti jalan nenek moyang nya menyebarkan Dawah agama
Pulau Tujuh , adalah gugusan pulau kecil yang sekarang masuk Provinsi Riau Kepulauan. Termasuk , Pulau Serasan, Midai, Tarempa, Tambelan, Sedanau, Letung, Natuna, Anambas, Siantan, Bunguran Besar, Ranai, dll.
Makam cucu beliau, ditemukan di Loloan, Bali Barat, dikenal dengan : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry/ Syarif Tue Loloan.
2. **Syarif Ibrahim bin Abubakar , Panglima Paku Alam, Segeram
Beliau ini kelihatannya sempat menikah di Kalimantan Barat, karena anak cucu nya banyak ditemukan di Pontianak, Mempawah, Sei Purun besar, Sungai Pinyuh, Sei Bakau, meski ada juga yang menyebar keluar semisal Kuching Sarawak, Paloh, dan mungkin ikut paman nya ke kepulauan sana.
Makam beliau ditemukan di Desa Segeram, Natuna, Pulau Tujuh
Banyak anak cucu keturunan ini hingga saat ini. Baik dari anak cucu beliau laki - laki dan anak cucu beliau dari anak perempuan nya.
Termasuk keturunan Sayyid Mustafa Serasan, berasal dari keturunan Panglima Paku Alam Segeram ini.
3. **Syarif Jamalullail bin Abubakar, makam di Segeram Natuna
Beliau ini juga dimakamkan di Segeram, satu hal kami belum menemukan catatan tentang keturunan beliau ini. Hanya saja generasi terdahulu, menyebut beliau dengan : TOK LIL, artinya Datuk Lil, yang menisbatkan usia tua.
Dalam catatan kami, nama Jamalullail, ada 3 nama : 1. Jamalullail Bin Tuan Abu, 2. Muhammad Jamalullail bin Tuan Abu, dan 3. Jamalulail bin Ibrahim, cucu.
Tok adalah bahasa Melayu Pontianak, untuk panggilan Datuk.
4. ***Syarif Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf bin Abubakar, makam di Kalimantan Barat
Beliau adalah ayah dari Syarif Abdullah, Syarif Tue Loloan, ditemukan bahwa beliau ini bergelar : Maulana Al Qadry, jadi lengkapnya : Yahya Maulana Al Qadry bin Yusuf, bin Abubakar bin Habib Husein.
Kemungkinan besar beliau adalah anak pertama dari Syarif Yusuf.
Beliau menurunkan anak cucu yang banyak.
Tersebar di Kalimantan Barat, Pulau Tujuh, Malaysia Barat, Malaysia Timur, dan yang sangat terkenal yaitu di Bali, : Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadry, yang makam nya ditemukan di Loloan, Bali Barat, di wilayah kota Negare, Kabupaten Jembrana. Bali.
Makam beliau ( Yahya Maulana AlQadri ini ) diperkirakan di Kalimantan Barat. Masih diadakan penelitian lanjut, mengenai letak pastinya.
Satu hal bahwa beliau ini menurunkan banyak keturunan hingga hari ini, 2020.M.
Bersambung Klik Disini >>> Sebaran Da"wah keturunan Habib Husein
-----------------------
Sumber data :
1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan
2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan
3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li Al Imam Husein, Pustaka Azmatkhan
4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, .Koleksi keluarga Al Qadri
5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770 halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, Koleksi Pribadi keluarga AlQadri
Ada terdata bahwa : Abubakar ini memiliki banyak keturunan.
Referensi : ( klik link nya untuk membaca )
*** Silsilah Habib Husein Tuan Besar Mempawah
5. Cucu Habib Husein di Pulau Bali
6. Sejarah Habib Husein Tuan Besar Mempawah
7. Cucu Habib Husein di Pulau Lombok
10. Kerajaan Kubu
12. Kerajaan Sintang
13. Kerajaan Sambas
14. Kerajaan Sanggau
15. Kerajaan Tayan
16. Kerajaan Sabamban Kalsel & Hubungan nya dengan Matan, Pontianak, dan Mempawah
Keterangan : Tanda Bintang ( * ) adalah urutan generasi
Bintang (*) Anak generasi pertama
Bintang ( **) Cucu generasi kedua
Bintang ( ***) Cicit generasi ketiga
Bintang ( **** ) Cicit Buyut generasi ke empat