Sabtu, 02 Juli 2022

Korban Kebiadaban Jepang di Istana Kadriah : Bagian ke II

 By :SAY Qadrie

Pustaka  Sejarah

Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie dan Peristiwa Mandor


Allahyarham Sultan Muhammad Pontianak


      Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie 

     dan Peristiwa Mandor


Dari Peringatan  27 Rajjab, atau 17 Juni 2012  

KHaul  Sultan Muhammad ke 68 Tahun. 


         -"Pontianak hari ini bukan lagi Negeri Pontianak berdaulat yang terbangun oleh tangan para wali/ulama dan atau para sultan.  Pontianak hari ini telah menjadi daerah dari negara Indonesia, yang gagasannya berasal dan datang dari tanah seberang"-


68 tahun yang lalu (1944), :  Dari Peringatan Sungkup Jepang tahun 2012


            Borneo Barat bersimbah darah oleh Jepang. Korban yang terbunuh mungkin dapat dikatakan sebagai yang paling besar persentasinya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada masa itu di daerah lain. Banyak data yang menyebutkan jumlah korban terbunuh mencapai angka puluhan ribu manusia.


Menurut pengakuan Kiyotada Takahashi,: 

         Presiden Marutaka House Kogyo Co. Ltd, yang dulu pernah bertugas sebagai salah seorang opsir bala tentara Jepang di Kalimantan Barat, jumlah korban tersebut mencapai angka 21.037 orang. 


Kemudian disampaikan pula dari kesaksian Yamamoto,: 

      Seorang Kepala Kempeitai di Borneo Barat, bahwa jumlah korban mencapai angka sekitar 50 ribu orang. (Peristiwa Mandor Berdarah, 2009, : Syafaruddin Usman).


        Surat Kabar Borneo Sinbun di Pontianak, 1 Juli 1944, memberitakan tentang dihukum matinya 48 tokoh yang disebut-sebut sebagai kepala-kepala komplotan yang sedang mempersiapkan rencana untuk menggerakkan perlawanan bawah tanah terhadap pasukan Jepang yang ada di Borneo Barat.


        Mereka beserta yang lainnya ditembak mati pada 28 Juni 1944 dengan tidak disebutkan dimana hukuman mati itu dilaksanakan dan dimana jenazah para korban dimakamkan.




       Pinggiran Kota Mandor, sebuah kota kecil di Kabupaten Pontianak kini, yang terletak 88 kilometer dari Kota Pontianak, belakangan diketahui sebagai salah satu tempat dimana sebagian korban dikubur secara massal.


        Saat ini, di daerah tersebut terdapat monumen sejarah yang dinamakan Makam Mandor, yang merupakan penanda terhadap aneksasi pasukan pendudukan Jepang dan menjadi saksi jatuhnya banyak korban di Borneo Barat, antara 1942-1945. 


       Tanggal 28 Juni pun diperingati sebagai hari berkabung  untuk seluruh masyarakat Borneo Barat.


        Fakta tragis ini tak saja menunjukkan kebrutalan Jepang, tetapi juga keberanian Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie dan para tokoh masyarakat, meski kemudian harus berkalang tanah. Dia memperjuangkan marwah Borneo Barat atas kedaulatan Federasi Borneo Barat yang terdiri dari kerajaan-kerajaan Melayu di Borneo Barat


             Untuk menemukan jenazah ayahnya, Sultan Hamid II menginterogasi sisa .-sisa perwira Jepang yang masih berada di Pontianak dan juga memburu kesaksian-kesaksian masyarakat. 


            Saat itu, konon, jenazah sang ayah masih terbungkus rapi di dalam tanah, pun dengan jasadnya. Jenazah Sultan ditemukan karena penggali kuburan beliau  bernama *Mat Kapang* menemui Sultan Hamid.II, kemudian diangkat dan dimakamkan kembali dengan upacara kebesaran di pemakaman keluarga Kesultanan Qadriyah Pontianak di Batu Layang.


Hukum Pancung ala Jepang


---,Tragedi Mandor berdarah 28 Juni 1944 M,---


Narasumber:  Pelaku Investigasi ini adalah , 

Kaum kerabat Al Qadri, mereka yang selamat dari ke ganasan Jepang :


Susunan Team Investigasi, sbb : 


1.Ketua : Pangeran Thaha bin Usman bin Mahmud bin Sultan Syarif Yusuf yang kemudian, untuk mengisi ke kosongan dan sambil menunggu Pangeran Hamid pulang di angkatlah beliau sebagai Sultan sementara (Sultan Sehari) 1944 - 1945)


2. Anggota : Pangeran Ahmad Yani adik kandung Pangeran Thaha Alqadri


3.Dokumentasi : Syarif Ahmad bin Usman bin Thaha Kholil bin Usman bin Ja'far Pangeran bendahara tua bin Sultan Hamid.I. Alqadri


Laporan hasil Investigasi team , sbb : 


1. Nama : Tragedi mandor berdarah

2. Titik koordinat pemancungan : 0.316435.109.3336575

3. Tanggal kejadian : 28 Juni 1944 M

4. Tempat : Mandor makan juang

5. Lokasi : Kalimantan barat

6. Nama : Trgedi insiden mandor berdarah

7. Jenis kejadian : Pembunuhan masal Jepang

8. Motif : melenyapkan pemberontakan. yang di ketahui Jepang

9. Sasaran : Masyarakat Kalimantan barat

10. Korban : Masyarakat Kalimantan barat

11. Tersangka : Angkatan Laut tentara Jepang

12. Kasus : Internasional

13. Jumlah tewas  21.037 jiwa (versi Jepang 1.000 jiwa)

14. Tim Penelusur dari Keluarga Alqadri Mereka yang selamat dari keganasan Jepang :




Tragedi Mandor berdarah 28 Juni 1944 M,


Menelusuri Korban Pembunuhan Jepang dengan Sadis tanpa Pri kemanusiaan, sebagai balas dendam  dan i tikad Jepang untuk tetap berkuasa di Pulau Boerneo, khususnya Pontianak sebagai Ibu Kota Borneo Barat,


Tulisan ini mungkin memakan waktu yang cukup lama karena menampilkan data data korban dari keluarga Alqadri di seluruh Kalbar


Peristiwa ini ter- angkat setelah kejadian, di bawa komando Panglima Pangsuma, Panglima Burung, Panglima Mangko Merah dari ulu, Mandor  antara 3 SD 9 Juli 1944 M


Ketika itu telah berkumpul di suatu tempat daerah Senakin untuk membasmi kebiadaban Jepang dengan nama "Operasi Boerneo Mangkuk Merah", telah berhasil di kumpulkan semua etnis (Suku) untuk menumpas kebiadaban Jepang pada saat itu,


Sehingga dengan komando Panglima Pangsuma, Jepang berhasil di tumpas dengan alat perang yang serba sederhana, di antara alat alat tersebut adalah sumpit beracun, panah, pengaman badan, Mandau, bambu runcing, keris dan senapan lantak yang memang pada saat itu sudah ada,


Perlawanan Pangsuma : 13 Mei 1945 - 17 Juli 1945  ( 64 hari )


PANGSUMA SEJARAH PERANG MAJANG DESA

Pang Suma alias Menera lahir pada tahun 1911, 

Di Kampung Nek Bindnag Ketemenggungan Embuan, Distrik atau sekarang Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau anak dari Dulung, asal suku bangsa dayak Desa Kewarganegaraan Hindia Belanda atau sebagai warga In lander (Indonesia) yang gugur di Meliau pada tanggal 17 Juli 1945. 

Kawin dengan Ranca dan mengangkat anak Suma bin Ayai bin Dulung alias (Ayai alias Pang Laya).

 Dengan riwayat perjuangan, bahwa sebagai anggota Angkatan Perang Majang Desa yang terbentuk pada tanggal 13 Mei 1945, dimana pertempuran APMD dimulai sejak bulan Juni sampai dengan Oktober 1945. 

Sementara aktivis perjuangan Pang Suma sendiri adalah sebagai berikut : 

(1) Pada tanggal 13 Mei 1945 bersama abang nya Ajun alias Pang Linggan di Sekucing Labai, diikuti oleh 6 orang keluarga besar Dulung alias Pang Ajun menantang Duel Jepang yang bernama Osaki, pimpinan perusahaan sampai tewas.

 (2) Pada tanggal 12 Juni 1945 Pang Suma bersama 30 orang masa menyergap dan menewaskan Takeo Nakatani di rumah KKK Kunyil. 

(3) Pada tanggal 24 Juni 1945 memasuki Kota Meliau dan selanjutnya pada tanggal 29 dan 30 Juni 1945 menyerbu Jepang di Kota Meliau dan setelah 2 hari bertempur melawan Jepang pada penyerangan yang pertama, Pang Suma dan anak buahnya mundur.

 (4) Pada tanggal 17 Juli 1945 menyerang Jepang di Kota Meliau dan pada hari itu juga setelah pertempuran melawan Jepang timah panas yang bukan dari tentara Jepang, melumpuhkan paha Pang Suma dimana akhir nya, Pang Suma bersama abang nya yang bernama Ajun alias Pang Linggan disertai oleh keponakan nya yang bernama Apae telah gugur . 

ketiganya gugur sebagai kesuma bangsa.

 Mereka bertiga kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Meliau 

( Cuplikan dari Buku : Pangsuma, Sejarah Perang Majang Desa . Pengarang:  SAMANGAT JACOBUS E.FRANS LAYAN. Penerbit:  DISBUDPAR KAB. SANGGAU. Tahun Terbit: 2014 Daerah/Wilayah: Kalimantan Barat. Rak:  8.1 (900-9  . ISSN/ISBN:  978-602-71449-1-0) 


Pasukan Perang Pang Suma - Ilustrasi


Setelah keadaan sedikit Kondusif barulah di adakan pencarian Jenazah - jenazah korban Mandor berdarah pada saat itu


Syarif Ahmad di tugaskan untuk mencata sejarah trgedi tersebut dan mencari informasi baik dalam kraton maupun di luar kraton dari kerabat kerabat Alqadri yang menjadi korban Jepang,


Kemudian peristiwa tersebut di masukan dalam Dokumen NanGq 1857 M, peninggalan Pangeran Bandahara Tua Syarif Ja'far secara turun temurun

 

15. Hasil penelusuran keluarga Alqadri di makamkan terpencar pencar bersama dengan korban lainya di antaranya adalah :


1. Korban makam 11 tempat pemancungan di pagar keliling, juga di sediakan lobang- lobang untuk korban pancungan kemudian di timbun dengan tanah, untuk memancung korban lainnya dan banyak juga yang di biarkan berserakan, korban yang berserakan ini ada di mana -mana sehingga di buatkanlah makam masal, agar mayat bisa di kubur dengan bertumpuk- tumpuk


2. Korban makam 10 banyak terdapat para tokoh tokoh penting dan keturunan Sultan Muhamad beserta istri beliau (sekarang di buatkan semacam rumah

3. Korban makam 9

4. Korban makan 8

5. Korban makam 7, 6,5,4,3,2 dan 1


          Selain itu juga di temukan korban korban yang berceceran ketika di bawa dengan truk truk Jepang, istilah dulu Oto pembawa karung mayat


       Diantaranya di temukan karung mayat yang terjatuh dari truk kemudian sengaja di lindas oleh Trak yang di belakangnya dan jika tidak kena Truk tersebut maju mundur berkali kali sehingga mayat yang di dalam karung menjadi pipih (Penyet), baru Jepang berjalan lagi dengan trak nya




Mayat mayat yang jatuh menurut catatan di temukan di :

1. Jungkat

2. Air Hitam

3. Peniti luar

4. Sungai Burung

5. Purun Besar dan Kecil

6. Peniraman

7. Nusapati

8. Sungai Pinyuh

9. Galang

10.Peladis di temukan keluarga alqadri yang menetap di Peladis dan di makamkan di ogol ada tiga karung mayat atau tiga orang

11. Pa bulu

12. Sala Tiga

Semua mayat tersebut dalam keadaan "penyet" karena dilindas truk berkali kali


        Istilah oto sungkup mobil penutup kepala adalah suatu peristiwa pembantaian massal yang terjadi pada tanggal 28  Juni 1944 M, atau mandor berdarah ini sering di kenal dengan istilah tragedi mandor berdarah suatu pembantaian masal tanpa batas etnis atau semua etnis pribumi dan ras yang di lakukan tentara Kaigun (Ingkai Kaigun) Jepang' Tentara Angkatan Laut Kaisar Jepang sebuah kejahatan bertatap Internasional yang menelan Korban hingga 21.037 - 50.000 tetapi di klaim hanya 1.000 Orang, 


       Klaim tersebut suatu kebohongan International dan pelanggaran HAM tingkat dunia, sehingga Jepang di anggap Bangsa pemakan Manusia (Kanibal) dan bangsa dengan tingkat sangat brutal, Peristiwa mandor berdarah adalah bentuk ke bencian suku bangsa Jepang, terhadap para pemberontak padahal Jepang itu Penjajah bermental Kanibal, yang ada di Kalimantan Barat. 


     Dugaan lain ada semacam motif balas dendam yang di sasarkan ke pada negara jajahannya, karena Lulu lantak nya negara Jepang di Bom atom Amerika Serikat 1945 M sehingga mereka melakukan perbuatan brutal dan motif ingin menguasai Kalimantan Barat dalam waktu yang singkat untuk tetap berkuasa di Kalimantan Barat, tetapi rencana mereka juga gagal karena berlawanan dengan gabungan seluruh penduduk pribumi yang di gerakan oleh Panglima panglima dari pedalaman,




        Menurut Catatan yang di masukan dalam dokumen NanGq 1857 M, Catatan Syarif Ahmad bin Usman Alqadri di antara keluarga Alqadri yang ditangkap dan sebagian menjadi korban adalah :


1. Sultan Syarif Muhammad bin Sultan Yusuf Alqadri

2. Ratu sepuh Syarifah Fatimah binti Thaha Kholil Alqadri, istri ke enam di jemput di kediaman nenek beliau Ratu Alid Syarifah Aisyah binti Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far Alqadi bin Sultan Hamid I Alqadri di perkampungan Arab dekat dengan Istana

3. Pangeran Syarif bin Sultan Muhamad

4. Ratu laksamana negara Maryam binti Sultan Muhammad

5. Ratu prabu Wijaya Khodijah binti Sultan Muhammad

6. Ratu Anom bendahara Fatimah binti Sultan Muhammad

7. Ratu Cike Syafiah binti Sultan . Muhammad

8. Ratu Kesuma binti Sultan Muhammad 

9. Pangeran Adipati Usman bin Sultan Muhammad

10. Pangeran Agung Mahmud bin Sultan Muhammad

11. Pangeran Muda Abdul Muthalib bin Sultan Muhammad

12. Tuanku Tengku Syarif bin Sultan Muhammad

13. Syarif Hamid suami Syarfah Maryam.

14. Syarif Yusuf suami Syarfah Khodijah

15. Syarif Usman Suami Syarifah Fatimah

16. Syarif Ibrahim suami Syarifah Syafiah

17. Syarif Umar suami Syarifah Maimunah

18. Syarif Muhammad bin Mahmud Temenggung Sungai Kakap

19. Syarif Thaha bin Syarif Muhammad batu layang

20. Syarif Abu Bakar Bikri bin Syarif Abdullah Batu layang 

21. Syarif Abu bakar Sidik bin Sarif Abdullah batu layang

22. Syarif Thaha Abu Bakar  bin Syarif Ahmad (Salah satu penjaga makam kesultanan batu layang)

23. Syarif Ahmad Ali bin bin Syarif Ahmad (Salah satu penjaga makam kesultanan Batu layang)

24. Syarifah Aisyah binti Syarif Abu Bakar (Salah satu penjaga makam batu layang)

25. Syarifah Maimunah binti Ahmad Alqadri, Kampung Arab

26. Syarif Ihsan bin Hamdan (Tanjung Raya)

27. Syarif Haikal bin Muhammad Murthado Tanjung Raya

28. Pangeran Syarif Ali bin Sultan Muhamad, dari ibu Ratu Sepuh Syarifah Fatimah binti Thaha Kholil Alqadri

29. Syarif Muhamad bin Thaha Kampung Bugis

30. Syarif Yusuf bin Thaha Saigon

31. Syarifah Nurlaila binti Abu bakar sidik Batu Layang

32. Syarifah Nurcahaya binti Abu Bakar Sidik Batu Layang

33. Syarif Hamid bin Usman Hamid  Beting

34. Syarifah Aminah binti Abu Bakar Sidik, adik kandung istri Syarif Usman bin Pangeran Bendahara Tua Syarif Ja'far

35. Syarifah Fatimah binti Abu Bakar Batu Layang

 

Bersambung korban Mandor berdarah dari Keluarga Alqadri


 Bersambung.....


Sumber  Primer : 

Dari catatan tambahan  kitab tua tulisan Pangeran Bendahara Tua,Syarif Ja "Far bin Sultan Hamid.I.Putra Sultan Ke IV Kesultanan Pontianak. Kode NanGq 1857 M Tebal  600 halaman. Dalam huruf arab. Berbahasa arab. Tahun 1857 M  Hanya untuk kaum kerabat  Kesultanan Pontianak, tidak  dipublikasikan secara luas


Baca Juga Link dibawah ini :>>>

1. Menolak Lupa Mandor Berdarah.I

2. Pang Suma, Pahlawan dari Pedalaman

3. Borneo Massacre Place

4. Kompas Online Pembantaian Mandor 

5. Hilangnya Satu Generasi di Kalbar