Jumat, 05 Januari 2024

HIKAYAT "PANGLIMA HITAM PAKU ALAM" SEGERAM: VII ( TUJUH )

 BAGIAN KE TUJUH;

WARISAN PANGLIMA HITAM PAKU ALAM SEGERAM

SAUDARA YANG DITINGGALKAN DI SEGERAM , PADA 1857 M

PERADABAN DAN ANAK KETURUNAN NYA,


By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani 

Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,

Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,

Catatan Pangeran Bendahara 

 Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M



Gambar Ilustrasi

"KALIAN ADA, KARENA KAMI ADA,
JANGAN LUPAKAN KAMI...!!
Pesan Ghaib Makam Keramat 7 Segeram



Woderful Natuna


PENGANTAR PENUTUP ;


KONDISI UMUM KABUPATEN NATUNA


   Sebelum terbentuk menjadi sebuah daerah otonom, Kabupaten Natuna merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Namun awalnya terkenal sebagai wilayah pulau tujuh yang merupakan gabungan dari tujuh kecamatan kepulauan yang tersebar di perairan laut Cina Selatan yaitu Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Bunguran Barat, Bunguran timur, Serasan dan Tembelan.



    Pembentukan Kabupaten Natuna dikukuhkan berdasarkan Undang-undang Nomor 53 tahun 1999, oleh Menteri dalam Negeri ( adinterim) Feisal Tanjung pada tanggal 12 Oktober 1999. Dalam momen tersebut juga dilantik pejabat Bupati Natuna Andi Rifai Seregar dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131. 24-1129 tertanggal 8 Oktober 1999. Berdasar Undang-undang tersebut, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna.



    Kabupaten sebagai wilayah otonom baru merupakan gabungan dari enam kecamatan, yaitu Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai Bunguran Barat, Bunguran Timur dan Serasan serta satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.



     Seiring dengan adanya kewenangan otonomi daerah Kabupaten Natuna, Wilayah kecamatan kemudian dimekarkan sehingga pada tahun 2004 jumlah kecamatan bertambah menjadi 10 kecamatan dengan terbentuknya kecamatan Palmatak, Subi, Bunguran Utara dan Pulau Laut. Kemudian tahun 2005 dimekarkan Kecamatan Pulau Tiga.



     Pada tahun 2006 wilayah kecamatan dimekarkan kembali menjadi 16 kecamatan dengan terbentuknya Kecamatan Jemaja Timur, Siantan Selatan, Siantan Timur, Bunguran Timur Laut dan Bunguran Tengah. Kemudian pada tahun 2008 dimekarkan kembali tiga kecamatan baru dengan terbentuknya Kecamatan Bunguran Selatan, Siantan Tengah dan Serasan Timur sehungga jumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Natuna ada 19 kecamatan.



       Seiring dengan perkembangan dinamika politik di masyarakat pada tahun 2008 wilayah Kabupaten Natuna terjadi pemisahan wilayah dengan dimekarkannya Kabupaten Kepulauan Anambas yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008 dengan tujuh kecamatan digugusan pulau Anambas, 

yaitu Kecamatan Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan, Siantan Tengah, Siantan Timur dan Siantan Selatan. Sehingga wilayah Kabupaten Natuna terdiri dari 12 kecamatan di dua gugusan kepulauan yaitu gugusan pulau Natuna dan gugusan pulau Serasan.



Secara astronomis, Kabupaten Natuna terletak pada titik koordinat 1º 16’ – 7º 19’ LU ( Lintang Utara ) dan 105º 00’ – 110º 00’ BT ( Bujur Timur ) Batas-batas wilayah sebagai berikut :


Sebelah utara dengan Laut Cina Selatan

Sebelah selatan dengan Kabupaten Bintan

Sebelah barat dengan Semenanjung Malaysia

Sebelah timur dengan Laut Cina Selatan.


SUMBER ; SEJARAH LEMBAGA SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN NATUNA

Klik >>:  https://setwan.natunakab.go.id/sejarah-lembaga-sekretariat-dprd-kabupaten-natuna/



Wonderful Natuna



NATUNA  PADA  ABAD KE  17 M  

PANGLIMA HITAM PAKU ALAM  SYARIF IBRAHIM ALKADRI

MELETAKKAN PERADABAN :  225 tahun silam, di NATUNA



Panglima Hitam Paku Alam, yang mendarat, merimba hutan, dan menancapkan paku hitam sepanjang 30 cm dengan tangan kosong peninggalan Portugis di sebuah pulau kosong karena  ditinggalkan Portugis dan penghuni asalnya, adalah tonggak sejarah pembentukan peradaban baru, atau peradaban terakhir di Natuna pada abad ke 18 awal, dan Peradaban inilah yang berlanjut hingga hari ini. 


     Berbeda dengan oral hystori, ceriita rakyat dari mulut ke mulut, kisah mengenai Demang Megat dan Engku Fatimah, keberadaan Panglima Hitam Paku Alam Syarif Sayyid Ibrahim meninggalkan bukti berupa makam dan  anak keturunan  beliau  hingga hari ini. 


    Tentu saja Kita tidak ingin menafikan bahwa Demang  Megat dan Engku putri Fatimah pernah ada dan hidup di Segeram, akan tetapi bukti keberadaan beliau akan melengkapi sejarah Natuna, memperkaya khazanah sejarah daerah, dan satu sama lain, saling melengkapi. 



Daftar makam tua di Segeram Pulau Tujuh Natuna, dari abad 17 - 20 M :

Tercatat dalam Maktab NanGq 1857  -  DPP Pusat Pontianak

Dari Dokumen Pangeran Bendahara Ahmad

 bin Sultan Abdurrahman Alkadri -  1261 H - 1840 M


DYMM  Sultan Syarif Mahmud Melvin Alkadri, SH
Bersama Panglima Kesultanan Pontianak. Syarif Hasan Alkadri
Dikawal Hulu Balang Kesultanan



NATUNA ABAD KE  17 M  

PERADABAN DAN ANAK KETURUNAN BELIAU,

Maqam - maqam Tua di Segeram,


GENERASI PERTAMA ALKADRI SEGERAM : 

1800 - 1900 M,,  100 tahun


1. Maqam Panglima Hitam Paku Alam, lahir 1773 - wafat 1857 , Usia hidup 84 tahun, masuk ke Segeram pada 1799M, di usia sekitar 26 tahun.  Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana satu Abu Bakar. Keberadaan beliau dapat dibuktikan dengan adanya makam - makam tua. Berupa Makam Ibu, beliau sendiri, istri, anak keturunan, saudara, keponakan, bahkan cucu - cicit beliau yang masih hidup hingga hari ini, dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, yang  sambung menyambung sejak  225 tahun silam, 1799 M. 


2. Syarifah Aminah Binti Pangeran Ali Al-Idrus, Sabamban,  Istri Panglima hitam Paku Alam, wanita mulia ini, mendampingi suaminya hingga wafat dan dimakamkan di Segeram, pada sekitar tahun 1856 M.  Beliau adalah putri dari Pangeran Syarif Ali Alidrus,  penguasa Sabamban,  Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan sekarang. Pada tahun 1787 M, Belanda menunjuk beliau "Syarif Ali" sebagai penguasa Sabamban, dengan Statblad resmi dari pemerintah kolonial Belanda. 


3. Syarifah Aminah binti Abdullah Al-Idrus, - Istri dari Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri,1735 - 1814 M,  79 tahun. Makam Pontianak  - (IBU Mereka ): Beliau adalah Ibu kandung dari Panglima Hitam Paku Alam Segeram. Wanita bangsawan berasal dari tanah Melayu Trengganu ini menjadi pilar utama keluarga besar mereka di Segeram. Sebagaimana diketahui, bahwa Kaum Sayyid ini,  sangat menghormati dan memuliakan figur seorang Ibu. Dalam peradaban mereka, Ibu adalah kunci pintu surga. Jarang ditemukan kaum ini bersikap tidak hormat, apalagi durhaka kepada Ibu mereka. 

 


Rapat Warga Segeram 
Usulan Pembentukan "DESA ADAT SEGERAM" 2023
Kontak Person : 0812 7004 0598
HERU DIWAN ARPAS, Ketua RW Segeram



4. Panglima Karang Tanjunglahir  1781 , Wafat 1872, Usia hidup 91 tahun.     Syarif Abdurrahman bin Panglima Laksamana satu Abu Bakar Alkadri, Saudara beliau ini terlihat begitu mencintai abang nya,  terbukti kemudian jejak keterampilan mengukir karang laut, setelah ke wafat an Panglima Hitam, diteruskan oleh beliau.


5. Panglima Ribot Junjung Buih, lahir 1778 , Wafat  1869, usia hidup 91 tahun. Syarif Jamalullail bin Panglima Laksamana satu Abu Bakar Alkadri, beliau juga adik yang lebih fokus menjadi Nelayan saat itu, ketimbang bertani atau berkebun. Ada riwayat menyebutkan, jika beliau turun me laut, maka banyak  masyarakat penduduk dari pulau terdekat, ikut me laut. Karena mereka yakin akan keselamatan di laut, jika menangkap ikan bersama rombongan beliau, yang dikenal,"atas izin Allah," mampu meredakan badai , angin kencang, ombak besar, ( RIBOT ) bahasa Melayu, : menjadi tenang. 


6. Syarif Yusuf, lahir   1776 , Wafat  1867, usia hidup 91 tahun, bin Panglima Laksamana satu Abu Bakar Alkadri (Ulama Natuna abad 18 M) Beliau juga adik Panglima Hitam, yang kemudian lebih mendalami ilmu - ilmu agama, dan aktif ber da"wah ke pulau - pulau sekitar Natuna. Dalam catatan kami, masyarakat Pulau Tujuh mengenal beliau dengan sebutan, "KI SAUKI YUSUF " pada sekitar abad ke 18 M. Cucu beliau bernama, Syarif Tue, Abdullah bin Yahya, bin Yusuf ini, nantinya membuka hutan di Bali Barat, Jembrana, Negare, Pulau Bali. Daerah tersebut sekarang dikenal dengan "LOLOAN'" Makam serta keturunan Syarif Tue, bisa  ditemukan hingga hari ini. 

 


Makam tua  di Natuna



MAKAM TUA GENERASI KE DUA : 1900 - 2000 M

GENERASI KEDUA  ALKADRI SEGERAM 

Tahun 1900 - 2000 M, --  100 tahun


7. Syarif Saleh bin Jamalullail Alkadri, putra Panglima Ribot, 1850 - 1950 M,  Beliau merupakan generasi kedua yang hidup dan menetap di Segeram. Melihat cara hidup leluhurnya, kemungkinan beliau mengandalkan dari berkebun, bertani, mencari ikan, memasang bubu di sungai Segeram, berkelong, membuat belat, memancing, menjala, memukat, membuat/mencucuk atap dari daun nipah, dan aktifitas lain yang ada zaman itu. 


Perlu diketahui, keturunan ini banyak yang hidup dengan usia panjang. 70, 80, 90 tahun, ada yang wafat usia 96 tahun, seperti misalnya Wan Daud bin Muhammad bin Ibrahim, Jungkat dan Syarifah Rugayyah binti Muhammad bin Ibrahim Sei Purun, yang wafat di usia 96 tahun. Dan Wan Yahya bin Muhammad bin Ibrahim Pontianak, wafat pada usia 84 tahun.   

Rata - rata Usia hidup  diatas 70 tahun. 


8. Syarif Pirdaus bin Jamalullail Alkadri, Putra Panglima Ribot

9. Syarif Hamzah bin Jamalullail Alkadri, Putra Panglima Ribot

10. Syarif Mahdali bin Abdurrahman Alkadri, Putra Panglima Karang Tanjung

11. Syarif Bakri bin Abdurrahman Alkadri, Putra Panglima Karang Tanjung

12. Syarifah Lailah binti Abdurrahman Alkadri, Putri Panglima Karang Tanjung


13. Syarifah Syecah binti Ibrahim Alkadri, Putri Panglima Hitam Paku Alam

      Beliau adalah putri Syarif Ibrahim, yang menjaga dan mendampingi kedua orang tuanya di Segeram. Bahkan ketika Ibunya wafat,  beliau yang melanjutkan tugas merawat, memelihara, Abah nya, Panglima Hitam, dimasa tua dan uzur nya, hingga wafat, pada 1857 M. 


14. Syarif Mohammad bin Yusuf Alkadri, Saudara Yahya Maulana Al Kadri,  Putra Ki Syauki Yusuf, Ulama Besar Natuna, abad 18 M. Putra Yusuf ini, keponakan Panglima Hitam, tercatat juga menetap di Segeram hingga wafat nya. 

Syarif Mohammad bin Yusuf memiliki 2 Putra, yaitu : 

1. Syarif Hasan bin Mohammad, berputra Syarif Mahmud, > menurunkan :

    Sayyid Abdurrahman bin Mahmud. Mantan Camat Ranai 2 periode. 

 

2. Syarif Hamid bin Muhammad, merantau ke Sarawak hingga wafat.  Keturunan Tku Hamid Sarawak  5 orang, dari 2 istri : Pertama, Syarifah Maysum, Kedua 2. MIK binti Putit. Meninggalkan  keturunan , : 3 Putra, dan 2 Putri : 

1. Wan Dahlan, 2. Wan Abdurrahman Putra, 3. Wan Ali, 4. Syarifah Khalijah, 5. Syarifah Hisah, atau Hafsah. Keturunan ini masih hidup dan berlanjut di  Sarawak. Kota Samarahan. Kuching, Kuala Lumpur, Miri,  dll hingga 2024 M


     Sementara Anak - anak Panglima Hitam Paku Alam, dan keponakan beliau yang lain keluar dari Segeram. Keturunan ini menyebar hampir semua wilayah NKRI.  


Tengah  songkok putih : 
Wan Dahlan bin Tku Hamid Al Kadri, 81 tahun 2024, Muara Tuang
bin Muhammad, bin Yusuf, bin Panglima  Laksamana  satu Al Kadri, 
Kanan Beliau : 
Panglima Singa Pati Kesultanan Pontianak, Syarif Hasan Al Kadri
Kiri : 
 Wan Azizan bin  Wan Zainal Abidin Al Kadri, Kuching Sarawak
Bagian dari Anak cucu keturunan Habib Husein Al Kadri, Mempawah



 NATUNA PADA  ABAD KE 16 M


     Pada masa Pemerintahan Sultan Allauddin Riayat Syah III (Th. 1597-1655 M) memerintah di Johor, menurut kisahnya Sultan Johor ini mempunyai seorang Putri yang bernama “ENGKU PATIMAH” yang sejak kecilnya mengidap sakit lumpuh dan tidak dapat berjalan. 

Oleh karena sultan merasa malu, 

Maka Sultan mengambil keputusan untuk membuang putrinya.


     Secara diam-diam memang sudah dipersiapkan oleh pihak Istana Johor untuk kelengkapan keberangkatan yaitu 7 buah Penjajap (Perahu) dengan segala perlengkapannya, termasuk pengawal serta Inang dayangnya yang kesemuanya berjumlah 40 orang. 

Setelah persiapan rampung maka bertolaklah Sang Putri ENGKU FATIMAH dengan dibekali sebua“MAHKOTA”.


   Setelah berhari mengarungi laut tanpa tujuan sampailah iring-iringan PUTRI ENGKUFATIMAH itu di pulau-pulau Siantan dan mereka mengambil kesempatan untuk   beristirahat di pulau-pulau tersebut.


 Setelah selesai beristirahat mereka segera melanjutkan perjalanannya. 


Berhari-hari mereka mengarungi lautan dan sampailah iring-iringan PUTRI ENGKU FATIMAH di Tanjung Galing Pulau Sabang mawang. 


Setelah melihat tempat untuk bermukim kurang memuaskan, mereka memutuskan untuk melanjutkan pelayaran ke Segeram.


      Akhirnya iring-iringan PUTRI ENGKU FATIMAH terdampar di Kukup (Pulau Pasir) atau Jalik di Muara Sungai Segeram. Dan dari sini mudiklah penjajap-penjajap itu masuk ke Sungai Segeram dan berlabuh dekat suatu perkampungan. 


Mendengar ketibaan ENGKU FATIMAH Putri dari Sultan Johor di Pulau Srindit, 


Maka “DATUK KAYA INDRA PAHLAWAN” berdatang sembah. 


          Mengingat kedatangan sang putri membawa Mahkota Kerajaan yang memerintah dari Sultan Johor, maka dengan senang hati Datuk Kaya Indra Pahlawan menyerahkan kekuasaan kepada Sang putri.


 Penyerahan itu diterima pula dengan senang hati oleh Putri Engku Fatimah serta mengajak rakyatnya membangun pemerintahan yang baru.


Diduga kuat, makam Panglima Hitam Paku Alam
bersama Istri Beliau


       Sekitar tahun 1610 Masehi kedatangan Engku Fatimah di “PULAU SERINDIT” (Natuna sekarang) menurut sejarah, di Segeram ada seseorang yang di gelari “DEMANG MEGAT”, yang mana asal usul sebenarnya tidaklah diketahui dengan pasti.


      Alkisah menceritakan DEMANG MEGAT ini adalah seorang yang hanyut diatas rakit  Buluh Betung atau Aur, dan rakit tersebut hanyut di bawa arus dan masuk ke Sungai Segeram. 


Di pinggiran Sungai Segeram banyak terdapat Batang Laning dan rakit tersebut sangkut diantara sela-sela kayu, dan dari situlah DEMANG MEGAT berjangkit-jangkit naik ke darat.

 Tubuh Megat berbulu di dada nya dan tidak berpakaian sebagaimana layaknya.


     Maka bertemulah rombongan Engku Fatimah dengan DEMANG MEGAT di Daerah Segeram tersebut. Pada pertemuan ini DEMANG MEGAT diajak berbahasa Melayu tetapi ia tidak mengerti bahasa Melayu, rupanya DEMANG MEGAT hanya bisa berbahasa Siam dan beragama Budha. 


Kemudian DEMANG MEGAT di Islamkan oleh para pengikut Putri Engku Patimah serta dikawinkan dengan Tengku Fatimah dengan tidak ada kemalangan apa-apa. 


      Dalam upacara perkawinan itu Megat diberi gelar “ ORANG KAYA SERINDIT DINA MAHKOTA “. 

Adapun maksud dari kata DINA  adalah berasal dari keadaan di Engku Fatimah sendiri yang merasa dirinya Hina Dina  karena cacat lumpuh serta dibuang oleh ayahanda  nya  Sultan ke PULAU SERINDIT yang jauh dengan dibekali sebuah “MAHKOTA KERAJAAN”.


       Maka sekitar tahun 1610 Masehi 

     sejak kedatangan Engku Fatimah ke PULAU SERINDIT, dan setelah Megat bergelar “ORANG KAYA SERINDIT DINA MAHKOTA”, mulailah PULAU SERINDIT berperintahan sendiri dari Kerajaan Johor atas kuasa Engku Fatimah yang berpusat di Segeram. 


Megat memerintahkan rakyatnya membuat sebuah Mahligai tempat bersemayam Engku Fatimah. Mahligai dibuat dari bahan KAYU BUNGUR, maka dari nama KAYU BUNGUR inilah PULAU SERINDIT  berganti nama menjadi “PULAU BUNGURAN”.


        Berawal dari kebiasaan Pendeta Cina I TSING menyebut Pulau Besar dengan sebutan NAN TOA,  “NAN” artinya Pulau, dan “TOA” artinya Besar, inilah kebiasaan berawal. Kebiasaan lidah orang Melayu, NAN TOA ini pun berubah sebutan menjadi “NATUNA” hingga sekarang.


Keindahan Natuna



NATUNA ABAD KE 7  M 


      Pada abat ke -7 di belahan Barat Nusantara berdirilah kerajaan Maritim Sriwijaya dengan armada dagang yang menguasai jalur-jalur pelayaran sebelah Utara melalui Laut Cina Selatan, sebelah barat melalui Selat Malaka dan sebelah Timur menguasai Laut Jawa.


      Seorang pendeta Cina yang bernama I TSING pada tahun 671 Masehi singgah di Kerajaan Sriwijaya memberitakan tentang perjalanannya ke Sriwijaya dalam bukunya :“ Ta,  tang yu ku fa kao seng chouan dan nan hai ki ko usi ne chouan “. (Footnok) 


    Diantaranya mengisahkan perjalanan laut I TSING di laut Cina Selatan telah singgah di Gugusan pulau-pulau, ada yang besar ada yang kecil. Pulau Besar dalam bahasanya disebut NAN TOA.


 Sedangkan “NAN” berarti Pulau, dan “TOA” berarti Besar, 

Jadi artinya adalah “PULAU BESAR”. 


Bermula dari sebutan “NAN TOA” inilah Sejarah Natuna berawal.


    Setelah mengalami pasang surut kerajaan Sriwijaya mundur dan diganti oleh Kerajaan Majapahit di tanah Jawa. Seluruh kepulauan Nusantara takluk kepada kerajaan Majapahit dan tak luput pula kepulauan “PULAU BESAR” (Natuna sekarang). 


    Pelaut-pelaut Majapajit dalam perjalanannya ke negeri Cina, Siam, Campa, Kamboja dan Annam (Vietnam) selalu menyinggahi “PULAU BESAR” (Natuna sekarang) baik waktu pulang maupun pergi untuk keperluan menambah perbekalan air dan menunggu angin kencang mereda. 



Woderful Natuna


      Pada waktu itu Gugusan “PULAU BESAR” (Natuna sekarang) merupakan pulau yang berhutan lebat, banyak terdapat burung-burung Serindit, sejenis burung Bayan/ Kakatua yang kecil. 


Oleh karena itulah “PULAU BESAR” (Natuna sekarang) berubah sebutan menjadi atau  diganti nama menjadi “PULAU SERINDIT” (Natuna sekarang). Di pulau ini di beberapa tempat telah ada penghuninya antara lain Segeram, Seluan dan Setahas.


      Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis Putra Sultan Mahmud Syah I yaitu Sultan Allaudin Riayat Syah mendirikan Kerajaan Johor pada tahun 1530-1564 M merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malaka. 


Pada masa pemerintahan beliau menempatkan atau mengangkat Datuk Kaya. 


Datuk Kaya sebagai wakilnya di “PULAU SERINDIT” (Natuna sekarang) yaitu:


1.  Pulau-pulau Jemaja – Datok Amar Lela


2.  Pulau-pulau Siantan – Datok Kaya Dewa Perkasa


3.  Pulau Serindit ( Kemudian Pulau Bunguran ) – Datuk Kaya Indra Pahlawan


4.  Pulau Sabda (Kemudian Tambelan) - Datuk Kaya Timbalan Siamah.

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna



Kampung Segeram Hari ini tahun 2024 
Desa Sejarah Tertua Natuna, yang MERANA


BACA BAGIAN PERTAMA, KLIK >> : ASAL USUL DAN KELUARGA 

SEGERAM DALAM SOROTAN, KLIK >> : KALIAN ADA KARENA KAMI ADA


Baju putih Kanan : 
Said Idris, Lahir di CEMAGA 1917 - Wafat Pemangkat 1980 M
bin Said Umar, bin Said Ahmad
bin Syed Mustafa Serasan, Keturunan ini ada di Sedanau, Midai,dll
bin Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Al Kadri
bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah , 1703 - 1771 M
Panglima Hitam Paku Alam Segeram



Woderful Natuna


=============

 Sumber Referensi : 


Sumber Primer: 

https://www.peterharrington.co.uk/voyage-autour-du-monde-par-les-mers-de-l-inde-et-de-chine-151837.html

https://historia.id/sains/articles/natuna-di-mata-penjelajah-eropa-vJjYo/page/1, M.F.Mukthi | 07 Jan 2020

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2023/01/riwayat-3-panglima-di-segeram.html,

1.https://panglimalaksamana.blogspot.com/2023/01/riwayat-3-panglima-di-segeram.html

2. Maktab NanGq 1857 Pontianak Buku besar catatan Pangeran Bendahara Syarif Ja”far bin Sultan Hamid I, Pontianak,

Halaman Buku : 327 . Nomor urut Nasab : 35. Kode : 763.  Anak Ke 6 :  nasab ke 35. Syarif Abu Bakar 

bin  34. Habeb Husein Alkadri Jamalullail, Kode keturunan ini anak beliau : 763,1. 763.2 dst

Kode : 763 Halaman : 327, 328, 329, 330Halaman berikutnya mengunakan Kode : 330.1, 330.2 dstnya.

  Kode 327 SD 330 Halaman anak - anak Syarif Abu Bakar Kode Panglima Hitam Paku Alam Syarif Ibrahim bin Abu Bakar di halaman 328

3. Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 - 

Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Habib Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah .

 Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379.

 Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman.

4. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Habeb Husein Alqadri

5. Manuskrip Syarif Ahmad Pangeran Bendahara bin Sultan Abdurrahman, tahun 1855 M, huruf arab bahasa Melayu

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/12/sejarah-keluarga-al-idrus-sabamban.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2011/01/kesultanan-kadriahqadriahdalam_1051.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/mengenang-syuhada-perairan-lombok-tahun.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/09/siapakah-leluhur-syarif-tue-loloan-bali.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-dan-7-makam-keramat.html


Sumber Sekunder :  

1. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/12/sejarah-hidup-sayyid-husein-mempawah.html

2. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/12/biografi-lengkap-sultan-syarif.html

3. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/04/habib-husein-tuan-besar-mempawah-dan_10.html

4. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-dalam-sorotan-kalian-ada-karena.html

5. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/mimpi-masa-depan-segeram.html

6. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-kampung-tua-bertuah.html

7. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2011/01/kesultanan-kadriahqadriahdalam_3671.html

8. http://koranperbatasan.com/salam-perbatasan/baca/38518/kampung-segeram-dalam-arus-sejarah-natuna-3.html

9. https://koranperbatasan.com/salam-perbatasan/baca/39205/kampung-segeram-dalam-arus-sejarah-natuna-5.html

10. https://maaannamorrison.blogspot.com/2022/05/makam-datuk-panglima-hitam.html

11. https://pulauseribu-resorts.com/?p=2364