Kamis, 21 Mei 2020

Syarif Abdullah bin Yahya, : Biografi & Genealogy

Syarif Tue Tsani, Abdullah bin Yahya Alkadri
Gelar :
Panglima Laksamana Wierelles 7




CATATAN PERJALANAN HIDUP KU


     Barangsiapa menghendaki kemuliaan , maka (  ketahuilah ):  kemuliaan itu semua nya milik Allah.  Kepada Nya lah akan naik perkataan - perkataan  yang baik,  Dan amal kebajikan  Dia akan mengangkat nya.  Adapun orang - orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur. (QS. Al fatir ,35:10)


"- Aku hanyalah orang biasa yang mencoba berfikir luar biasa,  Berenang  melawan arus sejak berkesadaran, -"




Syarif Abdullah bin Yahya, ( usia 18 tahun)  bersama Ayah dan 
 kedua adiknya Mustafa  &  Zubaidah ( Ninik ), 
Gambar tahun ; 1983 an, 

 Motto : 

Berfikir besar akan mengantarkan anda pada tujuan besar.

  Jangan pernah takut untuk bermimpi besar, karena kita punya Tuhan yang Maha Besar. Semua manusia lahir tanpa sehelai benang, dan akan kembali hanya dengan selembar kain kafan, jadi dimana letak bedanya antara kita  dengan mereka? 

  ""Berbuatlah yang terbaik, ikhlaskan hati, sucikan fikiran, serahkan penilaian nya pada Allah, bukan kepada manusia. Karena sebaik apapun usahamu, kau tak akan pernah sempurna di mata mereka". 

   Susunan lengkap Nasabnya : 

   "Syarif Abdullah bin Yahya, bin Muhammad, bin Ibrahim Panglima Hitam Paku  Alam Segeram, bin Tuan Abu, Sayyid Syarif Abubakar Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak, ( 1778 - 5 Juli  1779 M ), bin Sayyid Syarif Husein Tuan Besar Mempawah.  Generasi  ke 39 dari Sayyidah Zahra Fatimah binti Rasullullah, dari keturunan Sayyidna Husein Ibnatun Fathimah,  putra  Imam Ali  bin Abi Thalib".   


1. Keturunan, Kelahiran, masa kecil, dan kehidupan awal


,    "Syarif Abdullah " Lahir di Pontianak, pada 04 Desember 1966, atau 1965, pada subuh Sabtu, menjelang azan subuh. Nama yang diberikan oleh kedua orang tua  nya adalah ; Syarif Abdullah, karena nama  ayah nya Yahya, jadi nama lengkap nya : Syarif Abdullah bin Syarif Yahya dari Qabilah Al Qadri. 

     Anak cucu  Habib Husein Tuan Besar Mempawah ini, tumbuh besar dibawah bimbingan orang tua nya dengan penuh kasih sayang, khususnya dari Ayahnya yang selalu  mengajaknya kemana saja pergi, dimasa kecil nya dulu. 

    Si Doll,:  nama penggilan nya,-  tumbuh besar bersama ayah nya, yang berdagang ke daerah - daerah seputar Kalimantan Barat. 




Kedua Orang Tua nya, : 
Syarif Yahya dan Syarifah Aminah Alkadri -  
foto th, : 1999.



1.1.Masa Kecil di Sei Kunyit, Mempawah dan Sei Duri, 


     Si Doll, kecil pernah tinggal di Sei kunyit, serta Sei Duri,  karena ayahnya jadi pawang belat, tempo hari. Dia juga pernah tinggal di Mengkacak, Mempawah Hilir, dirumah Paman nya, Wan Mansur bin Wan Mohammad.  Karena ayah nya juga menjadi Pawang Belat, bersama Ude Rahmat, dan Iten, waktu itu, sekitar tahun 1970 an. Ketika Ia masih berusia sekitar 5 tahun. 

     Sesekali dari kuala Sei Kunyit, Ia sering diajak ayahnya untuk ikut ke laut melihat kelong dan belat yang dibangun  ayahnya, karena profesi nya sebagai pawang belat. 

    Waktu tertentu, mereka memancing ikan ketambak dan kerapu di dekat pulau Temajo.  Acara memancing ini menggunakan perahu kecil, sampan,  yang hanya setinggi  dua lembar sambungan papan dari jalurnya, atau hanya sekitar  15 cm dari permukaan air, ketika di tumpangi 2 orang untuk melaut.






     Untuk menggerakkan perahu kecil itu, di bentangkan  layar terbuat dari selembar selimut loreng yang sering digunakan rumah sakit biasanya itu. Berukuran sekitar  1,5 m x  1,8 m. 

  Layar ini mampu menggerakkan perahu kecil itu dengan kecepatan mengagumkan. Hanya perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai dari Kuala Sungai Kunyit ke Pulau Temajo. 

     Pengalaman indah masa kecil ini, selalu dirindukan dan dikenang nya  dengan senyum mengembang. 

     Sejak kecil si Doll memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Tak putus -putus nya Ia bertanya, segala hal, segala benda, yang dilihat nya. Ayah nya tak pernah memarahi atau mengelak atas setiap pertanyaan nya. 

     Karena si Doll, anak pertama dari pernikahan ayah  nya yang ke empat kali nya, dan lahir ketika usia ayah nya sudah diatas  45 tahun, barangkali, itulah sebab nya, ayah nya, sangat mengasihi anak - anak nya. 

     Si Doll. atas bimbingan ayah nya, mampu mengenal huruf latin, di usia sekitar 4 tahun, dan bisa membaca dengan lancar, padahal belum bersekolah. 




Si Doll, - Baju merah depan - 
Bersama teman - teman SMP nya , th.1987



1.2. Masa Kecil di Desa Mandor, 


     Sepanjang masa itu, ayahnya mendidik dengan cara membelikan buku komik bergambar cerita para nabi dan rasul, surga neraka, para sahabat, para pejuang, dan lain sebagainya. Karena Si Doll, tumbuh menjadi kutu buku, ayahnya sangat senang melihat anak nya suka membaca. 

     Si Doll, pernah tinggal bersama ayah dan ibu nya di desa Mandor, di depan danau, dekat makam juang Mandor sekarang. Saat itu usia nya mungkin sekitar 5 tahun, atau 6 tahun. Ayah nya berdagang dengan menggunakan sepeda pancal, dari desa ke desa. Transaksi nya kadang dilakukan dengan tunai, lebih banyak dengan barter. 

     Dagangan ayah nya berupa Kain panjang dan kain sarung, baju, daster, dsb yang di bawa, di tukar dengan telor ayam,  kambing, ayam, kelinci, dan ternak lain nya. 

    Sambil berdagang ayahnya juga menasehati mereka. Kebanyakan orang dari suku Dayak, dan suku Madura, ada juga Bugis, Banjar, Melayu, yang menetap di pedalaman Kalbar.




Si Doll, di Usia sekitar 20 tahun- th.1985



1.3. Masa Kecil di Desa Sinam, 


     Si Doll,:  di usia sekitar, 7 tahun,- pernah tinggal berdua saja, bersama ayah nya di desa Sinam, selama sekitar 1 atau 2 tahun. Disini mereka bertani, dan menunggu durian, kalau musim durian tiba. 

   Desa Sinam adalah sebuah desa yang masuk kedalam dari daerah sekitar pertengahan antara Sungai Pinyuh dengan Anjungan, kalau tidak salah bisa masuk dari Desa Galang.




Saudara dan Ayah nya ,: 
 Syarif Ahmad  Jas krem, 
dan  Syarif Yahya ( Abah) Jas Hitam, 
 th, : 2000 di Surabaya



      Ayah nya menyewa beberapa pohon durian, untuk kemudian menjual buah nya ke Pasar Sei Purun Besar. Dari Dusun Sinam, Durian itu dibawa menggunakan perahu kecil, sampan, menyusuri lika- liku sungai yang memang banyak terdapat di pulau Kalimantan.

     Ayah nya biasa di panggil dengan nama : Wan kundor, Ami kundoi, Tok Kundoi, Tok Ami, wafat tahun: 2005, dimakamkan di pemakaman umum Wan Kemek, Pontianak Timur.




Arie, Si Doll, foto tahun, 2009 di Jakarta


1.4. Masa Kecil di Desa Sei Purun Besar, 


     Si Doll kecil, juga pernah tinggal di Sei Purun Besar, dimana  terdapat kakak ayah nya yang menikah dengan Penggawe/ Kepala Kampung disitu, : Syarif Mahmud Alkadri, sedang kakak ayah nya bernama : Syarifah Seha binti Syarif Muhammad, ( Bu Sehot ) Usia si Doll, waktu itu mungkin sekitar 8 atau 10 tahun. Sekitar antara tahun 1972  sampai 1975.  


     Awalnya hanya Ia dan  Ayahnya yang bertahan disitu, tapi kemudian ayahnya membangun rumah sederhana, dan mengajak istri dan putra kedua nya untuk tinggal dan menetap bersama. Masa ini tak bertahan lama, sekitar 2 tahun, ibu bersama adiknya kemudian memilih pulang kembali ke kota Pontianak, akhirnya tinggallah si Doel kembali berdua saja dengan  ayahnya. 




Selingan Musik Hadrami  Imut - Imut



1.5. Keturunan asal - usul dan kaum kerabat nya, 


     Ayah nya ( Wan Yahya/Wan Kundoi) susunan nasab nya, : Syarif Yahya bin Mohammad, bin Ibrahim, bin Abubakar  . Berdasarkan keterangan dari ayahnya semasa hidup, keturunan mereka ini memang termasuk keturunan tua. Maksudnya mungkin karena sebagian besar hidup dengan usia yang panjang, rata - rata diatas 70 tahun, atau bisa jadi juga maksudnya bentang generasi nya yang relatif pendek dari leluhurnya Habib Husein Tuan Besar Mempawah. 


       Wan Yahya, bersaudara satu ayah dan satu ibu, 5 orang ,
 3 lelaki, dan 2 perempuan, sebagai berikut ini  :

1. Syarif Daud bin Syarif Muhammad, : pernah tinggal di Desa Tanjung Susur, Retok Sta"i, dimakamkan di Jungkat. Dekat rumah putranya : Umar bin Daud. Memiliki keturunan di antara nya,

1.1.  Syarif Abubakar bin Daud, 76 th sekarang tinggal di Kp. Tambelan Sampit, Pinggiran Kapuas, Pontianak Timur, 2020. berputra  2 orang, Laki - laki. 

1.2. Syarif Umar bin Daud, 89 th 2020, menetap di Jungkat, Dekat jembatan Jungkat.  Kabupaten Pontianak. Tidak ber - putra. Banyak anak perempuan. 




Syarif Abubakar (baju tentara ) & Syarif Umar 
(dua saudara kandung, satu ayah dan satu ibu)  bin Syarif Daud 
bin  Syarif Muhammad , bin Syarif Ibrahim, bin Syarif Abubakar, 
 ( Sepupu 1x dari Abah)


Ki-ka : Syarif Idrus bin Ali bin Daud, 
Abubakar bin Daud, Umar bin Daud, dan Penulis, 2020


1.3.Syarif  Mahmud bin Daud, Guru, menetap di Siantan, Gg. Teluk Pari, kalau ga salah,  Pontianak Utara. Banyak keturunan putra dan putri, belum ada data nya.

1.4. Syarif Itam bin Daud, ( Almarhum ) tidak memiliki putra. Hanya putri saja.

1.5. Syarif Puteh bin Daud, ( Belum ada catatan keturunan nya) 

1.6. Syarif Ali bin Daud,- Menetap di Gg. Sakura, hingga wafat nya di Pontianak. Salah satu Putra nya ( Syarif Idrus bin Ali ) menikah dengan putri dari Syarif Umar bin Daud, Jungkat.( Nikah sepupu ) Idrus menetap di Jungkat. 

1.7. Syarif Ismail bin Daud,-Hanya memiliki 1 putri:, Aini,-(Wan Meng) menetap di Sei Beliung sampai akhir hayat nya. Wafat. 2012. Usia 73 tahun 1939 lahir.






1.8. Syarif Ibrahim bin Daud,65 th 2020 - mempunyai banyak keturunan, putra dan putri, - menetap di Sei Bakau. Belum ada data nya. 



Syarif Ibrahim bin Daud, 65 th 2020,  
bin Mohammad, bin Ibrahim, bin Abubakar
Menetap di Sei Bakau, Sei Pinyuh, Kab Mempawah


Syarif Ibrahim, bersama Keluarga Besar nya


 anak  perempuan Wan Daud diantara nya,:





Syarifah Maryam binti  Daud, 80 th 2020,
 Sei Beliung, Pontianak Barat


 1.9. Syarifah  Maryam, 80 th 2020, wafat, 2020 akhir dan Muna, 60 th 2020, atau, Syarifah  Maimunah binti Daud, dll


2.  Syarif Mansyur bin Muhammad, menetap di Desa Mengkacak, Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. Dimakamkan di desa setempat. Keturunan nya diantara nya, :

2.1. Syarif Abu bakar ( Wan Akai ) bin Mansur,  makam Mempawah, keturunan nya diantara nya, :




Syarif Ahmad bin Abubakar (Wan Akai) bin Mansur Alkadri,
Menetap di Ngabang, Kalbar, 58 th 2020 (Ponakan)


Syarif Juliansyah bin Abubakar ( Akai ) bin Mansur Alkadri
Menetap di Mempawah, 45 th 2020



Syarif Mustami bin Abubakar (Wan Akai) bin Mansur Alkadri,
Menetap di Jakarta, Tanah Abang, 48 th 2020(Ponakan)


Syarif Arifani, bin Abubakar (Wan Akai ),
 bin Mansur Alkadri, 
menetap di Mempawah, 40 th 2020, 
(Ponakan)

2.2.Syarifah Fatimah 65 th 2020, (Kecik) binti Mansur,  tinggal di Mengkacak  Mempawah


Syarifah Fatimah (Kecik), binti Mansyur bin Muhammad Alkadri, 
Mengkacak, Mempawah Hilir, ( Sepupu )

2.3. Syarif Usman,- memiliki banyak keturunan,- (Wan Usman, Tentara, Anggota TNI. Singkawang) bin Mansur Alkadri , dimakamkan di Singkawang, keturunan nya: 




Wan Usman bin Wan Mansur, - Singkawang. Sepupu


Keluarga Wan Usman, bin Mansur - Singkawang. Sepupu 


2.3.1.Syf.Sri Naningsih  binti Wan Usman bin Mansur,


Syf.Srinaningsih, binti Wan Usman, ( Keponakan) 
bin Mansur Alkadri, - Singkawang


2.3.2.Sy. Iwan Setiawan bin Wan Usman bin Mansur,



Sy. Iwan Setiawan, bin Wan Usman- Singkawang.Keponakan


2.3.3.Syf.  fitriani binti Wan Usman bin Mansur,



Syf.Fitriani binti  Wan Usman bin Mansur, - Singkawang.Keponakan


2.3.4.Sy. Rano bin Wan Usman bin Mansur, 

2.3.5.Sy. Juliansyah bin Wan Usman bin Mansur,



Sy. Juliansyah bin Wan Usman bin Mansur,- Singkawang . Keponakan


2.3.6.Syf.Melda binti Wan Usman bin Mansur .:


2.4. Syarifah Lusiana, (Alus) bin Mansur Alkadri, menetap di Kuala Dua, Kubu Raya, Kalbar



Syf. Lusiana  60 th 2020, Binti Wan Mansur, bersama anak cucu. Sepupu


3. Syarif Yahya bin Syarif Muhammad (Ayah Si Doll ) tinggal di Pontianak, dan menutup mata di Desa Sepok Laut, Kecamatan Sei Kakap. Dimakamkan di pemakaman umum Wan Kemek, Dalam Bugis, Pontianak Timur. Pada tahun, 2005. Lahir 21 Juni 1921.  usia, 84 tahun, Keturunan nya :



Muhammad Habibi bin Abdullah,
 bin Yahya, bin Mohammad, 
22 th 2020  Surabaya 


3.1. Syarif Abdullah Alqadrie bin Yahya ( Si Dool, Arie ) menikah dengan Syarifah Jadidah Alatas,  menetap di Surabaya sejak 1990. Keturunan nya :

3.1.1. Syarifah Fatimah Yasmin binti Abdullah bin yahya, 23 th 2020

3.1.2. Sayyid Muhammad Habibi bin Abdullah bin Yahya, 22 th 2020 


Kakak  satu Ayah : Jasima 60 th 2020


3.2. Syarif Ahmad ( Mandor ) bin Yahya, Menikah dengan Syarifah Khadijah Ba"agil,   menetap di Malang Selatan , Jawa Timur. Keturunan nya : 

3.2.1. Syarifah Aida binti Ahmad bin Yahya, 17 th 2020,

3.2.2. Syarif Azmi bin Ahmad bin Yahya, 15 th 2020


3.3. Syarif Mustafa, (Mus) bin Yahya, menetap di Batulayang. 45  th 2020. 

3.4. Syarif Iskandar ( Bandar ) bin Yahya, menikah dengan Syarifah Sarah binti Ali Al muthahar 42 th 2020.  Menetap di Batulayang, keturunan nya :

3.4.1. Syarif fajar Nurrahman bin Iskandar bin Yahya, 10 th 2020,

3.4.2. Syarif  ? ( Kembar 2, sekitar 7 th 2020 ) bin Iskandar bin yahya.


3.5. Syarifah Zubaidah ( Ninik ) binti Yahya bin Mohammad,  menetap di Batulayang bersama Ibu nya : ( Syarifah Aminah binti Syarif Said, putri dari  Syarifah Zam - Zam binti Ibrahim cucu Abubakar ) asal dekat makam Wan Said Wali, Kp. Dalam Bugis. Gg. Stabil. Pontianak Timur. 




Keturunan : 
Syarif Yahya bin Muhammad (  Wan Kundor ), 
Iskandar, 42 th &  Zubaidah , 40 th ( Ninik ), Batulayang


4. Syarifah Seha binti Wan Syarif Muhammad menikah dengan  (+ Syarif Mahmud  Alkadri,  Suami beliau Penggawe  Sei Purun Besar, keturunan Muhammad Ting. Dimakamkan di desa Sei Purun Besar) memiliki anak keturunan di antara nya ;


Allahyarham Syarif Mahmud Al Kadri
Penggawe Sei Purun Besar
Suami Almarhumah Syarifah Seha binti Mohammad



4.1.Syarif Abdul Kadir ( Obot ) bin Mahmud,  menetap di Purun Besar, keturunan nya : 
4.1.1. Abdurrahman bin Abdul Kadir bin Mahmud, cucu Syarifah Seha. 
Anak , 4.1.1.1. Fahmy bin Abdurrahman 
                          Perempuan 2 orang    
4.1.2.Muhsin bin Abdul Kadir bin Mahmud, Cucu Syarifah Seha. 
4.1.3. Muhammad bin Abdul Kadir bin Mahmud, Cucu Syarifah Seha.



Keluarga : 
Abdurrahman 56 th 2020,bin Abdul Kadir ( Obot ) bin Mahmud ,
Ponakan.  Sei Purun Besar

4.2.Syarif Amin (Omen) bin Syarif Mahmud Alkadrie, Penggawe,   makam  di Purun Besar. Keturunan beliau diantara nya :



Syarif Amien bin Mahmud, ( Alm )  
Penggawe Sei Purun Besar

4.2.1. Syarif Ahmad Faisal 55 th 2020, bin Amien bin Mahmud,  Cucu Syarifah Seha, menetap di Siantan, memiliki 3 orang putra dan putri  : 
4.2.1.1. Syarif Rizal bin Faisal bin Amien bin Mahmud , 
4.2.1.2.Syarifah Mellyana binti Faisal bin Amien bin Mahmud, dan adik nya juga perempuan.



Syarif Ahmad Faisal 55 th 2020,  bin Amien bin Mahmud -  Siantan, 
bersama Ibu nya, Syarifah Rukiah, 81 th 2020



Bersama Syf. Rukiah, 2020, ( atas ) istri dari 
 Syarif Amien bin Mahmud  Allahyarham, Sepupu

4.2.2.Syarif  Ahmad Farhan, 47 th 2020,  bin Amien bin Mahmud, Cucu Syarifah Seha. Pontianak.

4.2.3. Syarif Ahmad Fadiel, 42 th 2020, bin Amin bin Mahmud, Cucu Syarifah Seha,  menetap di Pontianak. Memiliki 2 orang putra. Dan beberapa saudara perempuan mereka satu ayah satu ibu, serta satu ayah lain ibu. Keturunan Amien bin Mahmud. 

4.3.Syarif Abdullah bin Mahmud ( Dola Camat )  menetap di Siantan, memiliki  Putra dan Putri , dipanggil : Oji. dan Halijah 

4.4.Syarif Salim bin Mahmud,65 th 2020,  menetap di Purun Besar, bersama keturunan nya

4.5. Syarif Harun 60 th 2020,  bin Mahmud, menetap di Purun Besar + anak-anak nya.



Bersama Syarif Harun bin Mahmud, 60 th 2020, Sepupu
Sei Purun Besar


4.6. Syarif Jafar 58 th 2020, ( japot) bin Mahmud,  menetap di Purun Besar.

4.7. Syarifah Halijah,:  wafat 2019.  binti Mahmud putri Syf. Seha,  menikah dengan Syarif Saleh bin Said, 75 th 2020, menetap di Siantan, memiliki 3 anak laki laki, diantara nya :
4.7.1. Syarif Zuli Hamzah, 58 th 2020, :  bin Saleh bin Said, Cucu Syarifah Seha  binti Mohammad, Gg. Dharma Putra .III./20. Siantan. Memiliki keturunan : 
4.7.1.1. Syarif Sultan bin Zuli Hamzah bin Saleh bin Said Al Kadri
4.7.1.2. Syarif Zein bin Zuli Hamzah bin Saleh bin Said AlKadri



Wan Zuli Hamzah bin Shaleh bin Said, 58 th 2020


4.7.2. Syarif  Agus 57 th 2020,  bin Saleh bin Said,(+Sarinah) menetap di Kuching
4.7.3. Syarif  Rony, 42 th 2020,  bin Saleh bin Said, menetap di Siantan, dan banyak saudara perempuan nya, diantara nya : Aminah binti Saleh (wafat 2018), Aina, Yuni, Santi, dll

4.8. Syarifah Kamariah menikah dengan Syarif Ismail, Purun Besar. Belum ada data anaknya. 



 Syarif Harun 60 th 2020, bin Mahmud Alkadri, - Sei Purun Besar
Salah satu putra Almarhumah Syarifah Seha,
 binti Muhammad bin Ibrahim
Cucu Wan Mohammad dari anak perempuan



Kiri ke kanan :
 Syarif Salim, Syarif Harun, ( Putra Syf. Seha  ) 
Sei Purun Besar. Cucu Wan Mohamad dari anak perempuan. 


Allahyarham Suami Syarifah Rugayyah binti Mohammad
Syarif Khaled AlKadri ( Batulayang ) 


5. Syarifah Rugayyah, wafat 2015 usia 96 tahun,:  binti Mohammad bin Ibrahim, menikah dengan Syarif Khaled Alkadri, di makamkan di Batulayang. Keturunan nya : ( Cucu Wan Mohammad dari anak perempuan) ini, diantaranya : 

5.a. Syarif Kasim bin Khalid, Kadir, Jafar , Yahya, Alwi dan anak  perempuan:   Fatimah  dan Halimah. Tersebar di dekat Tugu Equator, Batulayang, dan Sei Purun Besar.  



Keluarga Syarif Abdullah bin Yahya, bin Mohammad, 
bin Ibrahim, bin Abubakar, 
 ( Si Doll, - Arie ) Surabaya
Cucu Wan Mohammad dari anak laki- laki.



1.6. Nenek moyang dan leluhurnya, 


    Sesekali dengan di boncengi sepeda pancal, ayah nya mengajak  ziarah ke makam kakek nya / Datuk Wan Mohammad bin Ibrahim, di daerah Sei Belanga, sekitar 1 km dari Sei Purun  Besar, ke arah Peniti Besar, dekat Sei Burung di pinggir jalan raya. Sekarang dekat Rumah Syarif Alwi bin Khalid cucunya. 


    Syahdan, katanya dulu beliau memang bermukim disini, daerah antara Sei Purun Besar dengan Sei Burung, hingga wafat nya. Itulah kenapa makam nya ditemukan ditempat ini. Beliau menetap disini setelah keluar dari tempat persembunyian di hutan Paret Pa"oket, zaman penjajahan Jepang antara tahun: 1945 - 1950 Masehi. 
 



Syarif Abubakar bin Daud bin Mohammad , 78 tahun, 
foto diatas  Makam datuk nenek nya : 
Wan Mohammad bin Ibrahim dan Istri beliau Syarifah Tora



Makam Wan Yahya bin Muhammad ( Tok Kundoi ) 
Tampak diatas pusara : 
Wan Mustafa & Wan Iskandar, dua putra nya
Kompleks Pemakaman Tok  Kemek, Dalam Bugis, Pontianak Timur


      Kakek ( Abdullah bin Yahya ini )  dari pihak ayah, bernama : Syarif Muhammad menikah dengan Syarifah Tora. Dimakamkan di Sei Belanga, dekat Sei Purun Besar, Km, 36 dari kota Pontianak, arah ke Sei Pinyuh, Kabupaten Pontianak.

Syarif Muhammad  bin Ibrahim, wafat sekitar th. 1950, atau, 1960. 


     Konon menurut cerita turun temurun, dulu nya beliau tinggal di Pontianak. Di zaman penjajahan Jepang, demi menyelamatkan nyawa, mereka menyelamatkan diri di Paret Pa'Oket, Hulu Sei Purun Besar. 

    Setelah peristiwa pembantaian sungkup jepang tidak kurang dari 100 jiwa  kerabat Kesultanan Kadriah Pontianak di tangkap dan dipancung  tentara pendudukan Jepang, termasuk Sultan Syarif Mohammad, Sultan Pontianak ke.VI,  sekitar tahun 1943-1945.

    Kaum kerabat Al Kadri menyembunyikan diri ke daerah pedalaman bersama anak dan cucu mereka, demi menyelamatkan nyawa. Banyak dari mereka kemudian mengubah nama dan  menutupi identitas  asli nya, karena trauma yang luar biasa .

     Sampai sekarang, banyak diantara keturunan mereka belum ditemukan, bisa jadi mereka mengubah nama dan menikah dengan wanita setempat dari suku Dayak, karena begitu lama nya mereka hidup di tengah hutan pedalaman. 




Penyerahan Surat Mandat kepada Panglima Hasan, 18 Juni 2020


Berdasarkan keterangan cucu nya : Umar bin Daud, 89 th 2020. 


      Wan Mohammad ini juga dulunya masuk ke hutan, setelah sekitar 2 tahun baru keluar ke perkampungan. dan menetap di Desa Sei Belanga, Purun Besar. Anak cucu nya kemudian menyebar ke Mempawah, Selakau, Siantan, Pontianak, Desa Sta'i, Singkawang, Sei Beliung, Malang, Surabaya, Kuching dll. 




Bersama Notaris,:  Jevvi Agus Prananda.SH.M.Kn, 29 Juni 2020


     Berdasarkan penuturan cucu beliau dari putri nya  Syarifah Seha binti Wan Mohammad, ya,ni:  Syarif Harun bin Syarif Mahmud, di Sei Purun Besar,: "Memang benar adanya bahwa keluarga Wan Mohammad pernah tinggal dan menetap di Paret  Pa'Oket." 


    Itulah kenapa dua putri nya, ya,ni:  Syarifah Seha atau Nurseha,wafat diusia 78 tahun,1982, tinggal berdekatan dengan Syarifah Rugayyah, wafat usia 80 an tahun, 2017,  sampai akhir hayat mereka.

    Wan Mohammad bin Ibrahim Panglima Paku Alam Segeram, bin Syarif Abubakar Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak. 

    Diperkirakan beliau hidup se zaman dengan Sultan Hamid I, Sultan Yusuf, Sultan Muhammad hingga Sultan Hamid II,  dimasa tua hingga wafat nya, beliau hidup di Sei Purun Besar, dan dimakamkan di Sei Belanga.




Menghadap Sultan Pontianak, 15 Juni 2020


  Selanjutnya ada yang mengatakan Abubakar ini,  bin Sultan Abdurrahman ?


    Pendapat lain nya : Abubakar bin Habib Husein Tuan Besar Mempawah, (  bergelar Ncek Panglime Ribot, Harimau Wakkar, Tuanku Sayyid Abubakar Panglima  Laksamana Tua,  dari Ibu beliau bernama Nyai Tengah. 

     Abubakar ini disebut dalam sejarah membuka hutan kota Pontianak  pada tahun 1771 M. Ada juga yang menghubungkan nasab nya ke  Abubakar bin  Sultan Kasim, dan Abubakar bin Sultan Usman. 

     Yang jelas Abubakar nenek moyang kami ini :

    Memiliki keturunan diantara nya: Ibrahim dan Jamalullail. Istri nya bernama Syarifah Aminah asal dari Trengganu, begitu keterangan lisan  dari Abah.( Wan Yahya bin Mohammad, wafat 2005, usia 84 tahun) 

      Makam nya diperkirakan di wilayah Kalimantan Barat
.     ======   >> Ditulis  saat  data belum ditemukan



Penjelasan : Haji Syarif Yasin bin Zein Al Qadri
Keturunan Syarif Abdullah bin Yahya Maulana Al Qadri
Loloan. Jembrana. Bali


Dalam rentang sejarah Kesultanan Pontianak, ada 4 nama Abubakar, sbb:

1. Abubakar bin Habib Husein, gelar Harimau Wakkar, Ncek Panglima Ribot, Tuanku Sayyid Abubakar, Panglima Laksamana Pertama, beliau ikut membuka hutan kota Pontianak pada tahun  1771 M.  

2. Abubakar bin Sultan Abdurrahman, gelar Pangeran Laksamana Muda (II )


3. Abubakar bin Sultan Kasim


     Keturunan Abubakar juga ditemukan makamnya di Kupang :  Abdurrahman bin Abubakar. Kemudian di Lombok ditemukan :  keturunan Ali dan Alwi bin Abubakar, serta keturunan Ibrahim bin Ali bin Abubakar, dan  Ismail bin Ali bin Abubakar. 

      Di Sumbawa,: ditemukan keturunan Abdullah bin Abubakar.  

      Di Sumba, keturunan Saleh bin Ali bin Abubakar.  


4. Abubakar bin Sultan Osman, makamnya masih dicari




Utusan Delegasi : 
Prof. DR.Kurniawansyah Alkadrie.SH.MH.Mkn. CLA, 
menyerahkan Usulan kepada DYMM Sultan, 15 Juni 2020
Didampingi Panglima Hasan dan  Abdullah Alqadri


      Fakta yang menarik banyak ditemukan keturunan Abubakar yang bukan dari jalur Sultan Abdurrahman, sebab dari 33 atau, 34 anak, bahkan menurut catatan lainnya, ada 101 anak  keturunan Sultan Abdurrahman dan  hanya ada satu yang bernama Abubakar. 


     Makam Sayyid Abubakar juga  ditemukan di Jeranjang. 
    Lombok Barat. Nusa Tenggara Barat, yang merupakan nenek moyang Alkadrie di Lombok.




Para pemegang amanah pendirian "IKBAL"  29 Juni 2020


 Lalu Dimana makam Abubakar bin Sultan Kasim,  Abubakar bin Sultan Usman? Abubakar bin Habib Husein,? Karena tahun waktu dan zaman nya tidak cocok  dengan catatan yang ada. Nama - nama nya juga tidak bisa di kaitkan dengan ketiga Sultan tersebut?  Kami masih melakukan investigasi terus menerus. 



Bersama Bapak Walikota Pontianak, Ir.Edy Rusdi Kamtono, 
- KPPS, th.2019, Pemilu-


2. Pendidikan Awal, dan  Menengah

Alkisah,: 

     suatu hari, ketika berkunjung ke rumah sepupu nya, si Doll, kecil di tanya oleh saudara misan nya, yang menjabat sebagai Penggawe/ Kepala Kampung, menggantikan ayah nya ( Syarif Mahmud ), di Sungai Purun Besar. 

Bernama : Syarif Amin bin Syarif Mahmud Alkadri. ( Bang Omen )

    Bang Omen bertanya, :' Ente sekolah dimana?" si Doll kecil hanya terdiam, tak bisa menjawab. Sepulang nya dari situ, Dia meminta kepada ayah nya, agar Ia di masukkan ke sekolah dasar. 

    Dengan mata berbinar ayah nya, menjawab:" Kalau kamu ingin bersekolah, kamu harus di Pontianak,"




Bersama Prof. Syarif Ibrahim Alkadrie, 2018 


     Selang waktu tak berapa lama, Dia kemudian di antar ke Pontianak, bersama ibu dan adik nya yang saat itu baru ber usia sekitar tiga tahun. 

    Adik ke tiga nya ini lahir di Desa Mandor, itulah mengapa kadang dipanggil dengan nama kecil : Mandor. Adik kedua nya : Jafar, wafat kecil. 

     Ayah nya bolak balik, sekitar setengah tahun, tapi kemudian beliau juga memilih menetap di Pontianak, dan  kumpul bersama keluarga, anak dan istri nya, sekitar tahun 1978, di daerah dekat makam Wan Said Wali, bilangan Kampung Dalam Bugis, Pontianak Timur.



Ibunda Syarifah Aminah Binti (Syarif Said + Syf.  Zam - Zam) 
bersama cucv menantu nya
Usia,77 tahun, 2020


     Si Doll kecil kemudian dimasukan  ke Madrasah Al Raudhatul Islamiyah, di bilangan Kampung Tambelan Sampit.  Sekolah ini merupakan sekolah swasta tertua di kota Pontianak. Berdiri sejak tahun  1948.  

      Si Doll kecil ketika akan di daftarkan ke kelas satu, Ia menolak, karena merasa Ia sudah bisa membaca, meskipun belum mahir menulis huruf latin.  

     Akhirnya di putuskan Ia boleh duduk di kelas 3 SD itu, dengan catatan, jika tiga bulan tidak sanggup, akan diturunkan ke kelas 2.  Saat itu sekitar tahun 1978




Bersama Syarifah Melion, ( Istri Almarhum Syarif Usman Alkadri)  Bu Yon, 
Gg. Tujuh Belas, Bibi, Mak Mude karena sepupu dari Ibu dan dari Ayah,
dari keturunan Syf. Secon. Siantan.
 Ibunda dari Syarif Usmulyani, Usmulyadi, Usmardan, dll.  
Pontianak


     Subhanallah, ternyata Ia mampu dan bisa mengikuti pelajaran nya dengan baik. Sampai menamatkan SD nya, sekitar tahun 1980 an. 

   Si Doll, -selesai SD, kemudian melanjutkan sekolah nya ke SMP Negeri 4 Pontianak, lulus sekitar tahun 1984. Dan melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1, Pontianak. 




Keluarga Besar dari Ibu, : 
Syarif Ali, Bagir, Syafiah, Mustafa(adik), Humaidi, dan kedua cucu, th, 2020



3. Masa Remaja, dan Dewasa, 


    Sekitar antara tahun 1985 -1988, si Doel, pernah beberapa kali berkunjung ke Kuching Sarawak. Karena pada masa ini, keluarganya sempat hijrah kesana serta menetap di Desa Meranek, Muara Tuang, Kota Samarahan, Kuching, Sarawak, Malaysia Timur ini. 


    Adik- adiknya yang sebagian masih kecil, sempat bersekolah di Sekolah Rendah Kerajaan, SRK, di Meranek. Akan tetapi dikarenakan persoalan ke imigrasian, mereka akhirnya terpaksa pulang kembali ke Pontianak, karena halangan tak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya. 


    Masa itu memang hanya Si Doel yang tidak ikut berhijrah, dan memilih tinggal sendirian di Pontianak dalam rentang masa remaja nya ini. Disamping juga saat itu Ia masih duduk di bangku SMA nya. 


 
4. Pendidikan Tinggi, lanjutan


    Pada sekitar tahun 1990, Ia kemudian memutuskan merantau ke tanah Jawa , dan bertahan di daerah Malang Jawa Timur. 

    Disini Dia sambil kuliah dan bekerja, sampai menyelesaikan S1 nya di bidang Hukum, Sarjana  Hukum dengan gelar SH, ( yang jarang di pakai nya ) dari salah satu perguruan tinggi Swasta yang ada di kota Malang. Jawa Timur.

  Ia juga sempat masuk Ponpes sekitar 2 - 3 tahun, belajar memperkuat pemahaman dan keyakinannya tentang Tuhan. Mengisi dada yang menurutnya merupakan bekal masa depan nanti. Akan tetapi menurutnya apa yang dipelajarinya ini hanya cukup untuk dirinya sendiri, dan belum layak untuk diajarkan, karena cakupan ilmu agama memiliki banyak dimensi dan sangat luas. 




Sesi foto bersama,:  utusan Delegasi, Sultan dan Panglima, 15 Juni 2020 



5. Pernikahan

      Setelah sekitar 6 tahun jungkir balik, malang melintang, dari ujung pulau Jawa sebelah timur sampai ujung barat, bahkan Pulau Bali, Lombok, Sumbawa hingga Safe Bima, pernah di jelajahi nya, Allah kemudian menunjukkan jodoh nya di bilangan kota Surabaya.  Saat itu sudah agak terlambat sebetulnya dari usia layak menikah, Ia ketika menikah berusia 30 tahun saat itu. 

Dia kemudian menikah pada tahun 1996, di Surabaya. 

      Syarif Abdullah bin Yahya ( Si Dool, Arie ) menikah dengan Syarifah Jadidah binti Ibrahim bin Ahmad  Alatas,  menetap di Surabaya sejak 1990.  

    Ia dikaruniai dua orang keturunan, 1 putri dan 1 putra,  sepasang. 

1. Syarifah Fatimah Yasmin binti Abdullah bin yahya, 23 th 2020

2. Sayyid Muhammad Habibi bin Abdullah bin Yahya, 22 th 2020 

 



Persiapan Menikah th, : 1996 di Surabaya


      Sekarang kedua anak nya berusia sekitar 23 tahun yang pertama, dan 22 tahun yang nomor dua. Si Doll, sekarang lebih dikenal dengan nama   : Abdullah Alqadrie, dan akronim nama panggilan atau nama bekennya biasa di panggil : Pak Arie, akronim dari : (A bdullah Alqad RIE,) nama yang populer di kalangan rekan dan sahabat nya. 

      Saat ini, Si Doll, berusia sekitar 55 tahun, dan menjalani hidup nya , dengan cita - cita, berbuat sesuatu untuk keluarga besar yang di tinggalkan nya di Pontianak. 




Keluarga si Doll, - Arie , Surabaya-  th. 2019



6. Pengalaman dan Perjuangan hidup


     Si Doel,:  pernah berdagang Pontianak - Ketapang dimasa muda nya, kemudian bekerja di Kuching, berjualan di Pasar Sudirman, sampai akhirnya merantau ke Surabaya, pada akhir 1990 


   Sebelum menikah, sempat berbisnis kayu Kalimantan di Malang, menjalankan toko teman nya, memasarkan keramik lantai bekas yang di masa itu belum keluar keramik dalam bentuk kemasan seperti sekarang ini. 

     Sebagian bangunan masih menggunakan semen plester dan tegel. 


   Setelah menikah Ia sempat menjalani berbagai profesi dan jalan usaha untuk menafkahi dan membesarkan kedua anak nya. Ia pernah usaha di Bali sebagai supplier kulit finish, yang berjalan cukup baik, hingga akhirnya Bali di Bom Amrozy ,Cs  pada tahun 2002. Hanya 3 bulan pasca bom, Ia terpaksa pulang kembali kerumah nya , karena usaha nya bangkrut. 


    Ia kemudian memilih berdagang ke Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. Hal ini berjalan sekitar 2- 3 tahun yang akhirnya juga bangkrut, karena tertipu giro kosong 7 lembar oleh kolega bisnisnya. 

    Pada saat di Ujung Pandang inilah, ayah yang sangat dikasihinya menutup mata di tanah kelahirannya, Pontianak, sekitar tahun 2005. 


    Sekitar 2005  - 2009 Ia bergabung dengan perusahaan pengembang perumahan di Jember di sekitar daerah Patrang situ. Perumahan Pesona Regency Property. 


   Tahun 2009 akhir, Ia merantau kembali ke Jakarta dan belajar dunia jual beli gaharu, yang sempat cukup baik hasilnya. Sekitar 2012- 2014 kemudian bergabung dengan sahabatnya di Samarinda, bergerak di bidang Batubara dan seluk beluknya. Sampai akhirnya terbengkalai karena adanya moratorium dari pemerintah. 

   Pada tahun 2015- 2016 Ia sempat menjadi Direktur perusahaan Tours Travel yang bergerak di bidang pemberangkatan jamaah umrah, usaha ini kemudian terhenti akibat adanya pembatasan kuota, dan beberapa aturan baru, yang cukup menyusahkan usaha. 

    2017 - 2020 , Masa ini sudah mulai digunakan untuk merenung dan memikirkan langkah perjalanan hidupnya. Setelah berbuat sesuatu untuk Ibu dan saudara - saudaranya, Ia berharap dan bercita - cita berbuat lebih banyak bagi keluarga besarnya. Bagi tanah kelahiranya. Pontianak. 




 Dalam salah satu Pertemuan di Istana Kadriah Pontianak , th,2018



7. Cita - cita  dan Harapan masa tua , 

     Saat ini, Syarif Abdullah, atau Si Doll, berharap :"Ketika nanti suatu saat, jasad nya sudah tak lagi ada diatas dunia, akan ada banyak doa dikirimkan untuk nya, ada banyak orang  yang menyebut nama nya dengan penuh cinta, barangkali dari amal jariah dalam bentuk fikiran dan perbuatan yang diwariskan nya,  dan  nanti akan di terima nya di alam barzakh." 


     Dia hanya ingin mewakafkan sisa usia nya untuk menjadi : "Khairunnas yan fa u linnas,:' Sebaik-baik manusia, yang mendatangkan banyak manfaat untuk manusia lain nya,!"  Serta mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan nya.  

     Semoga. 

( Surabaya, 21 Mei 2020, Masehi - 
27 Ramadhan 1441 Hijriah)

Kalrifikasi Jalur Nasab Sayyid Abubakar Alkadri
Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah 






Idola, dan sumber inspirasi serta Obsesi hidup nya,
Ir. Sholah Atthiyah, : 
Pemikiran nya  melampaui  batas  pemikiran manusia biasa