Selasa, 03 November 2020

Kisah Sufi : Apa arti sebuah nama?





#, - Siapakah kita ini,???

Kita hanyalah lempung tanah, yang mulia karena memiliki nyawa.
Kita hanyalah hewan yang ber akal.( All insan haiwan nu natiq; kaidah mantiq)
Kita hanyalah segumpal daging yang menempel di rahim wanita. ( Ibu )
Kita mahluk fana, dari tiada menjadi ada dan menuju ketiadaan.
Kita bukanlah siapa- siapa dan apa- apa,: hanya seseorang yang aib nya ditutupi Allah.


Kisah Mushollah "Tanpa Nama "

Syahdan disuatu kota kecil hiduplah seorang pekerja serabutan, nama nya Darsono, biasa dipanggil Pak Dar. ( Maaf kalau ada kesamaan nama dengan siapapun, tulisan ini tidak bermaksud meyinggung pihak lain )
Pak Dar orang yang sangat sederhana, sehari - hari nya tiap jam 7 pagi, Pak Dar mengayuh sepeda pancal, dari kampung nya di pinggiran kota kecil yang agak sepi itu, ke kawasan penduduk kota yang agak padat dan ramai, ibu kota kabupaten. Dimana banyak orang yang biasanya menggunakan jasa Pak Dar.

Hari ini Pak Dar, dipanggil oleh seseorang untuk membersihkan taman, menebas rumput, membersihkan kolam renang, bahkan menguras jeding ( Bak penampungan air di kamar mandi ), semua dikerjakan nya dengan gembira, dan tak pernah nampak di wajah nya merasa hina. Satu hal, Pak Dar, tak pernah kelihatan murung atau sedih.
Ada satu kebiasaan Pak Dar yang di ketahui semua mereka yang pernah mempekerjakan nya. Pak Dar istirahat jam 12 siang, untuk makan, sholat, dan tidur sejenak.
Suatu malam, tanpa sengaja Pak Dar, melintas di depan rumah salah satu tetangganya di kampung, yang tengah menggelar pertemuan untuk rencana mendirikan sebuah Mushollah kecil di kampung mereka.
Tanpa sengaja pula, Pak Dar, sempat mendengar salah satu peserta yang hadir,: , bicara begini, :

" Apapun yang nanti kita lakukan, kita sumbangkan, kita sadaqahkan, untuk membangun Mushollah ini, kita harus ikhlaskan, hanya untuk Allah semata,"

( Kebetulan juga : Pak Dar, tidak ikut diundang, dalam pertemuan itu, karena dianggap orang miskin, bodoh, dan tak ada yang bisa diharapkan )

Singkat kata, setelah berjalan kurang lebih 3 bulan, Mushollah tersebut berdiri dengan cukup apik. Sesekali Pak Dar menyempatkan diri, ikut membantu ini itu, guna membangun Mushollah tersebut, tempo hari.
Mushollah kecil itu, atap nya genteng, lantai nya semen plesteran, dinding nya tembok dari bata merah yang sudah rapi di aci. Hanya tinggal cat dan keramik lantai yang belum.

Rupanya ada satu hal yang mereka lupa,?
akan di kasih nama apa, atau siapa ini Mushollah?

Suatu malam Pak Dar, diam - diam membuat plang papan nama, dengan tulisan : Mushollah" Tanpa Nama," dan di gantung nya di depan teras pintu masuk Mushollah itu.
Ketika jamaah berdatangan sholat subuh, mereka jadi gempar, karena Mushollah mereka tidak bernama?
Selesai shalat subuh mereka kemudian mengadakan rapat di Mushollah, guna mencari nama yang pas dan mencari pelaku yang telah" menghina " mereka dengan memberi nama "Tanpa Nama," kepada Mushollah yang mereka bangun dengan susah payah,?

Pak haji angkat bicara, :" Karena saya telah menyumbangkan 30 sak semen, 200 lonjor besi cor, dan 150 genteng, maka saya kira , layak nama nya adalah, "Mushollah Haji Amir,"

Pak Darmin angkat bicara, :" Maaf pak Haji, saya kira lebih pas nama nya "Mushollah Darmiatus Sholah," karena saya juga menyumbangkan genteng 300 biji, tripleks 20 lembar, ditambah saya ikut bekerja membangun Mushollah ini dengan susah payah," pungkas Pak Darmin.

Suasana menjadi panas, karena semua hadirin merasa nama mereka layak di pajang di Mushollah itu, karena mereka semua sudah ikut andil dan berjasa. Karena mereka sudah menyumbangkan ini, menyumbangkan itu, jumlah nya sekian, dan sekian, dan sekian.

Hanya Pak Dar, yang duduk di sudut Mushollah dengan menundukkan kepala, dan meneteskan air mata. Hati nya membatin, :

"Duh Gusti, jagalah aku, peliharalah hati ku , bantulah aku untuk menjadi hamba Mu yang ihklas, agar amal ibadah ku tidak sia - sia,"
@Arie, 02112020


--------------
Renungan Sufi :


Siapakah kita ini, ?

Kita hanyalah seekor ikan kecil
ditengah samudra kehidupan,

Kita hanyalah seekor semut hitam
yang merayap diatas batu hitam ditengah malam
Siapakah yang dapat melihat nya?

Kita hanyalah seonggok jasad dari tembikar
tanah lempung yang ditiupkan roh,

Kita hanyalah mahluk yang merasa mulia
karena aib kita ditutupi Allah,

Ya Allah,
ampuni kesombongan
dan ke akuan kami,
karena
kami bermula dari ketiadaan
dan menuju ketiadaan,




"Beberapa jenis penyakit hati yang memakan amal, seperti api melahap kayu bakar yang kering," Semoga hati kita di jaga oleh Allah, jangan sampai dihuni Iblis."
1. Riya' : (Segala Aktivitasnya ingin dilihat & dipuji orang lain).
2. Sum'ah : (Maunya ingin selalu didengar orang lain).
3. 'Ujub : (Merasa bangga dengan kelebihan diri dalam hal rupa / ilmu).
4. Fakhr : (Merasa bangga dengan kelebihan harta & tahta yang dimiliki).
5. Ikhtiyal : (Merasa ingin tidak tersaingi oleh orang lain, dan selalu ingin tampil berbeda).
6. Tasahhul : (Menganggap enteng orang lain / meremehkan nya.
7. Ananiyah : (Egois / mementingkan diri sendiri.
8. Syuhh : ( Kikir jiwa) dengan 5 ciri;
▪ Selalu mengingat-ingat kelebihan /kebaikan dirinya. ▪ Mudah sekali melupakan kebaikan orang lain terhadapnya. ▪ Jika ia salah, tidak pernah mau minta maaf. ▪ Jika orang lain salah, tidak mau memaafkan. ▪ Orang lain harus menuruti keinginannya, sebaliknya dia tidak peduli dengan keinginan orang lain.

9. Kibir : Takabur, sombong, bangga diri, - merasa lebih baik, mulia, pintar, pandai, tahu, berpendidikan, punya gelar, tampan, dan kelebihan dirinya dari orang lain. Ini adalah sifat Iblis, yang menyebabkan Allah mengusirnya dari sorga, karena Iblis merasa lebih mulia dari Adam. Ia diciptakan dari Api, sementara Adam dari tanah lempung.



: KAJIAN KITAB AL-HIKAM, PASAL 1

Penulis: Asy-Syaikh Ibnu Athoillah As-Sakandari

Disyarahkan oleh: Asy-Syaikh Al-Habib Prof.Dr.KH.R. Shohibul Faroji Al-Azmatkhan (Al-Imam An-Naqib Baitul Ansab Lil Asyraf Azmatkhan Ahlulbayt Al-Alamiy)

"BERSANDARLAH TOTAL KEPADA ALLAH JANGAN BERSANDAR KEPADA AMAL (KEMAMPUAN USAHA)"
Artinya Proses berusaha hukumnya wajib, Hasilnya serahkan dan bersandar total kepada Allah

مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزَّ لــَـلِ

"Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja' (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana."

SYARAH

Ar-raja adalah istilah khusus dalam terminologi tasawuf Islam, yang artinya pengharapan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. 

Pasal pertama dari Kitab Al-Hikam tujuannya adalah untuk memotivasi kepada orang-orang agar senantiasa berharap kepada Allah dan mendekat (taqarrub) hanya kepada Allah.

Kalimat "wujuudi zalal", artinya segala yang ada akan hancur. Artinya Menunjukkan seseorang yang hidup di dunia dan masih terikat oleh alam hawa nafsu dan alam syahwat. Itu semua adalah wujud al-zalal, wujud yang akan musnah. 

Ciri seseorang disebut mukmin yang kuat tauhidnya adalah meskipun ia masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata-mata total kepada Allah Ta'ala.

Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan menggantungkan harapan kepada amal-amal kita, ikhtiar kita, kerja keras kita, baik itu besar atau pun kecil.

Dan hal yang paling mahal dalam suluk (perjalanan menuju Allah) adalah hati, yaitu apa yang dicarinya dalam hidup. 

Dunia ini adalah tempat ujian Allah buat para hamba-Nya, untuk menguji sejauh mana kwalitas raja' (harapan) kita kepada Allah Ta'ala.

Rasulullah saw. bersabda: "Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya." Ditanyakan, "Sekalipun engkau wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku." - (H.R. Bukhari dan Muslim)

Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta kepada Allah supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Allah,. sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Allah. 

Sehingga apabila berkurang pengharapan kepada rahmat Allah, maka amalnyapun akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.

Seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Allah. Sedangkan diri kita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Allah dan Taqdir Allah.

Kalimat: Laa ilaha illalloh. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Allah.

Pada dasarnya syari'at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari'at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah Subhanahu wata'ala.

Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah Subhanahu Wata'ala.



KESIMPULAN

Proses berusaha, beramal, ikhtiar hukumnya wajib, Hasilnya serahkan dan bersandar total kepada Allah