Senin, 31 Januari 2011

Islam dan sejarahnya di Kalbar




SEKILAS PROSES MASUKNYA ISLAM
 DI KALIMANTAN BARAT
Oleh : M.Natsir1

I. Permulaan Islam Masuk di Kalbar

Islam masuk ke Indonesia masih menyisakan perdebatan panjang,ada tiga teori yang dikembangkan para ahli mengenai masuknya Islam di Indonesia:
 1.TeoriGujarat,
2.Teori Persia dan 
3.Teori Arabia.

1. Teori Gujarat banyak dianut oleh ahli dari Belanda

Islam dari anak BenuaIndia, menurut Pijnappel orang Arab bermazhab Syafi’i yang bermingrasi  menetap diwilayah India kemudian membawa Islam ke Indonesia (Azra,1998:24) Teori ini dikembangkan oleh Snouck Hurgonje Moquette ia berkesimpulan bentuk nisan di Pasai kawasan Sumatera 17 Dzulhijjah 1831H/27 September 1428, batu nisan mirip di Cambay, Gujarat.W.F. Stuterheim menyatakan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi, yakni dimasa sultan Malik Al-Saleh pada tahun 1297.

 Masuknya Islam ke Indonesia adalah melalui Gujarat. Relief batu nisan Sultan Malik Al-Saleh bersifat Hinduistikj mempunyai kesamaan batu nisan di Gujarat. (Suryanegara, 1998:76). J.C.Van Leur pada th 674 M pantai barat Sumatera telah terdapat perkampungan Islam,

 Islam tidak terjadi pada abad ke- 13 akan tetapi abad  ke-7


2.Teori Persia dikembangkan oleh: Hoesin Djajadiningrat,

Titik berat pada kesamaan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan Persia. Kesamaan budaya seperti peringatan 10 muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah terhadap syahid nya Husain.

 Kedua adanya ajaran wahdatul Wujud Hamzah Fansuri dan Syekh Siti Jenar dengan ajaran sufi Persia, Al-Hallaj. 

Persia, dibantah K.H. Saifuddin Zuhri , apabila berpedoman Islam masuk abad ke -7 pada masa Bani Umayyah, Kekuasaan politik dipegang oleh bangsa Arab, tidak mungkin Islam berasal dari Persia.

(1 )M.Natsir,S.Sos.M.Si Peneliti pada Balai Pelestarian Sejarah Pontianak. Dosen pada Isipol UNTAN(2) Bahan tulisan Seminar Serantau Perkembangan Islam Borneo, 27-28 Peb 2008 di UiTM Malaysia


3. Teori Arabia,

penganut teori  ini adalah : T.W.Arnold, Crawfurd, Keijzer,  Niemann, De Holander, Naquib Al-Attas , A. Hasyimi, dan Hamka. 

Teori Arabiah yang dipertegas Hamka ia menolak keras terhadap teori Gujarat, teori ini dikemukan Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia di Medan, 17-20 Maret 1963 ia menolak bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 . Islam masuk jauh sebelumnya, sekitar  abad ke-7 Masehi.

 Adapun keberadaan Islam di Kalimantan Barat tidak diketahui secara pasti, namun dari beberapa literatur dan pendapat yang ada masih merupakan  sebuah prediksi yang dikemukakan oleh para peneliti maupun dari bekas-bekas peninggalan yang ada, baik yang terekam di masyarakat melalui ajaran atau kepercayaan, dapat juga dilihat dari situs-situs yang masih ada dan sejarah keberadan keraton yang banyak didominasi oleh kesultanan Islam. (Doc.Natsir)

# Peranan Habib Husein bin Ahmad Al Qadry dan Tuanku Janggut Merah, Sayyid Hasyim bin Yahya di  Matan, 1731 M, Dai" awal Kalbar.

Baca disini selengkapnya : 


\
Pelabuhan Sukadana Ketapang

Beberapa pendapat yang diungkapkan akan kita selusuri proses tersebut. Berpedoman dari pendapat yang dikemukakan oleh Sendam, 1970:35, “Islam Masuk di Kalimantan Barat yaitu sekitar abad ke 15 M, melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi merupakan kegiatan perorangan”. Ada dua proses berlangsungnya penyebaran Islam. 

Pertama penduduk pribuni berhubungan dengan agama Islam, kemudian menganut nya. Kedua, orang-orang asing Asia (Arab, India, Cina dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam dan bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah kemudian melakukan perkawinan campuran dan menjadi anggota masyarakat lainnya.

 Seperti pada kerajaan Tanjungpura, Sambas, Mempawah, Kubu, Pontianak dan lain sebagainya (.Doc.Natsir)


Upacara Adat Mempawah

Penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat membujur dari Selatan keUtara, meliputi daerah Ketapang, Sambas, Mempawah, Landak. Menurut Safarudin Usman bahwa Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat diperkirakan sekitar abad XVI Miladiah.

 Penyebaran Islam terjadi ketika kerajaan Sukadana atau lebih dikenal dengan kerajaan Tanjungpura dengan penembahan Barukh pada masa itu di Sukadana agama Islam mulai diterima masyarakat (Ikhsan dalam Usman 1996:3), akan tetapi Barukh tidak menganut agama Islam sampai wafat 1590 M. 

Pada masa Giri Kusuma

Islam berkembang dengan pesatnya karena beliau memeluk agama Islam Pendapat lain juga mengemukakan pada tahun 1470 Miladiah sudah ada kerajaan yang memeluk agama Islam yaitu Landak dengan rajanya Raden Abdul Kahar (Usman,1996:4) 

Dimasa pemerintahan Raden Abdul Kahar (Iswaramahaya atau Raja Dipati Karang Tanjung Tua) beliau telah memeluk agama Islam sehingga dapat dikatakan berawal dari kerajaan Landak. Di bawah pemerintahannya agama Islam berkembang dengan pesatnya di kerajaan Landak (Pembayun:200:97

Sahzaman berpendapat : bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat melalui selat Karimata menuju kerajaan Tanjungpura yang memang sudah ada sejak abad ke XIII. Kerajaan Sambas pada masa Raden Sulaiman  putra Raja Tengah dari kerajaan Brunai  (Ajisman 1998:24)

Dalam buku Sejarah Kodam XIII Tanjungpura Kalimantan Barat yang diterbitkan oleh Sendam Tanjungpura menyebutkan ; masuknya agama Islam di Kalimantan Barat pada abad ke 16 Ketika kerajaan Hindu Sukadana dipimpin rajanya penembahan Barukh, pada saat yang sama penembahan Barukh membangun kota Baru  yaitu Matan (Ajisman:1998:25)

Berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas bisa diperkirakan, bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat pada masa pemerintahan Barukh (1538-1550). Dari riwayat kerajaan Landak diperoleh keterangan bahwa agama Islam di bawah pemerintahan Kerajaan Ismahayana, yang bergelar Raja Dipati Tanjung Tua (1472-1542), 

Agama Islam mulai berkembang di kerajaan Landak (Sendam, dalam Ajisman;1998). Mengingat kerajaan Matan dan Landak yang masuk diperkirakan pada abad ke15 maka kerajaan Sintang yang berada dipedalaman sekitar akhir abad ke 16.

 Penyebaran yang pertama-tama kemungkinan dari para pedangang Semenanjung Melayu, terutama pedagang dari Johor. (Dalam Ikhan:2004:95)II. Perkembangan Islam di Pontianak

Keraton Kadriah Pontianak

Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada tahun 1771 Miladiah.  Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif Abdurahman  Al Qadrie adalah putra Syarif Husin Al Qadrie yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan Barat, kehadiran kesultanan yang bercorak Islam masih membawa pengaruh adat istiadat bangsa Nusantara yang dinamakan pengaruh Jawa pra Islam. 

Salah satu pengaruh kuat adalah percampuran budaya Timur Tengah dengan budaya jawa Pra Islam. 

 Sekitar tahun 1733 Syarif Husin bin Ahmad Al Qadrie seorang ulama dari negeri Trim Ar-Ridha Hadralmaut (Timur Tengah) datang ke kerajaan Matan untuk menyebarkan agama Islam, kemudian di angkat sebagai penasehat raja.

  Jabatan itu dipegangnya selama 17 tahun, baru kemudian disebabkan perbedaan cara memutuskan suatu perkara, tentang hukuman ter hadap nakhoda muda Akhmad, Syarif Husein kemudian pindah kekerajaan Mempawah.

Di kerajaan itu beliau diangkat sebagai Qadhi oleh Opu Daeng Manambon. Syarif Husin menikah dengan Nyai Tua dari perkawinan ini mendapat lima orang anak diantaranya Syarif Abdurahman Al-Qadrie yang lahir tahun 1471. (Usman,2000:3-5) 

Kawasan sekitar pusat pemerintahan kesultanan Pontianak yang terletak dipinggiran Sugai Kapuas, Kampung Kapur, Kampung Bansir, kampung Banjar Serasan dan Kampung Saigon sangat kental pengaruh agama Islam. 

Daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar pada jaman tersebut beliau salah seorang yang termasyhur,  sultan Pontianak Syarif Muhammad Al-Qadrie mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji dilingkungan Keraton Kadriyah Pontianak (Usmandkk:1997).

Ustazd Djafar yang kelak menurunkan anak yang bernama Kurdi Djafar  dikenal pendiri cabang Muhammadiyah di Sungai Bakau Kecil di Mempawah dan salah seorang putranya Mawardi Djafar seorang tokoh Muhammadiyah yang ada di Pontianak (dalam Iksan wawancara H.Rahim Jafar)

Agama Islam yang menjadi mayoritas di Kalimantan Barat dan Pontianak pada khususnya. Agama di Pontianak terdiri dari agama Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu bagi masyarakat Tionghoa. Toleransi agama sangat dijunjung tinggi di Pontianak, sehingga dapat dikatakan aman dan sejahtera.

Perkembangan yang berikutnya lahirnya berbagai organisasi Islam yang menjalankan pendidikan Islam pada beberapa sekolah maupun yayasan di Pontianak 

1. Yayasan Pendidikan Bawari
2. Yayasan Pendidikan Bawamai
3. Yayasan Perguruan Islamiyah
4. Yayasan Pendidikan Muhammadiyah
5. Yayasan Pendidikan Al Azhar
Dan lain lain masih banyak pendidikan yang belum dapat di data.

Di samping itu perkembangan pengajian ibu-ibu yang berkembang pesat di Kota Pontianak. Peranan ulama yang begitu besar terhadap perkembangan pendidikan tidak hanya pada pendidikan formal akan tetapi pada pendidikan non formal. Ulama yang berpengaruh membentuk pendidikan di era tahun enam puluhan dan sampai delapan puluhanPontianak antara lain;

1. Haji Ismail bin Abdul Karim alias Ismail Mundu 
   (Mufti Kerajaan Kubu)

Seorang mufti kerajaan Kubu Kalimantan Barat, ulama yang sangat terkenal sering disebut-sebut ulama Bugis, beliau salah satu ulama yang menjadi mufti dikerajaan Kubu yang bukan dari keturunan Syec, menulis beberapa kitab amalan zikir tauhid salah satu kitabnya yang terkenal adalah kitab Babun Nikah yang diterbitkan di Singapur, menjadi salah satu kitab rujukan hukum nikah diIndonesia. Meninggal pada tahun 1957 di makamkan di Kecamatan Telok Pakedai Kabupaten Kubu Raya, dikenal dengan makam mesjid Batu, makamnya sering dikunjungi oleh masyarakat. Pengunjung yang datang dari kalangan muslim maupun non muslim yang sangat menghormati beliau

2. Syech Abdullah Zawawi 

Saiyid Abdullah az-Zawawi pula ialah ulama besar yang pernah menjadi Mufti Mekah, kemudian pernah menjadi Mufti Kerajaan Pontianak. Riwayatnya dapat dirujuk dalam halaman Agama Utusan Malaysia, Isnin, 1 Mei 2006.
(Ikhsan,S.Sos Propil Lembaga Pendidikan Islam Yang Diselenggarakan Masyarakat Kota Pontianak Jurnal Sejarah Dan Budaya Kalimantan Barat 2004)


3. Syech Syarwani Ulama

 ini pula nama lengkapnya ialah Syeikh Mahmud  bin Abdul Hamid asy-Syarwani ad-Daghistani.  Syeikh Mahmud asy-Syarwani meninggal dunia di Pontianak pada Rabu, pukul 01, 20 Jamadilakhir 1314 H/26November 1896 M. Dikebumikan pada pagi Khamis, 21 Jamadilakhir 1314 H/27November 1896 M di Perkuburan Al-Marhum Pangeran Bendahara Syarif AhmadAl-Qadri Pontianak. 

4. Habib Muksin Alhinduan (Tharekat Naksabandiyah)

Seorang Mursyid Tharekat Naksabandiyah wafat di Pontianak dan dimakamkan di Sampang Madura yang kini diteruskan oleh anaknya yang bernama Habib Amin Alhinduan di Kota Singkawang, mempunyai ribuan murid yang tersebar di Kalimantan Barat


5. Syech H. Abdurani Mahmud Al-Yamani (Ahli Hisab)

Ulama yang mempunyai banyak murid, cukup disegani dikalangan ulama yang ada pada zamannya, mantan ketua Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Barat meninggal di Pontianak

6. Habib Saleh Alhaddat

Ulama yang terkenal tegas dalam pendirian, hapal Alquran menjadi tempat bertanya dari kalangan ulama yang ada, meninggal di Pontianak

7. Haji Abdus Syukur Badri alias Haji Muklis

Ulama pejuang asal dari Kalimantan Selatan yang menetap di Pontianak mempunyai ribuan murid yang terkenal dengan salawat Dalai lkhairat. Meninggal di  Pontianak

8. Haji Ibrahim Basyir alias Wak Guru
( Utusan Malaysia, 26 jun 2006, Oleh Wan Mohd Shaghir Abdullah)

Dikenal dengan sebutan Tok Guru, beliau banyak melahir ulama, murid dari Haji Ismail bin Abdul Karim alias Ismail Mundu. Terkenal mempunyai banyak kelebihan mempunyai pengaruh yang cukup luas dari kalangan masyarakat dikenal baik di dalam negeri Indonesia maupun diluar negeri, banyak mempunyai murid di Negara Brunai, dan Malaysia.  Meninggal di Pontianak di makamkan di Sei Ambawang Kabupaten Pontianak. Ulama-ulama yang berpengruh tersebut telah memberi warna keislaman melalui ajaran yang disampaikan menjadi pedoman bagi para murid-muridnya yang ada, baik menjadi sebagai ulama maupun pendidik guna mengembangkan syiar Islam di Kalimantan Barat.

III. Penutup

Berbagai pendapat argumentasi yang dikemukakan oleh para ahli, tentang masuknya Islam di Indonesia, menurut hemat penulis bahwa besar kemungkinan pada abad ke-7 Masehi, hal ini beralasan bahwa ajaran yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia ialah bermazhab Syafi’I, tradisi lisan yang berkembang ditengah tengah kehidupan masyarakat masih menjadi kenyakinan yang kuat dengan nama-nama yang mirip dengan suku bangsa Arab, tatacara adat, istiadat,  kesenian yang banyak didominasi oleh kesenian Arab.
( Doc.Natsir Makam Keramat Tujuh Ketapang) 

Untuk wilayah Kalimantan Barat baik yang secara formal maupun tidak, dan yang terekam catatan  sejarah dengan masuk melalui Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Ketapang yang masuk dari negara Brunai, Semenanjung dan Jawa, sehingga nama-nama raja banyak mengadopsi nama raja Jawa diperkirakan pada abad 15 Masehi.

 Kenyakinan yang kuat ditengah kehidupan masyarakat adalah nama besar kerajaan Tanjungpura menjadi salah satu ciri kerajaan Islam, jauh sebelumnya sudah pernah ada komunikasi antara masyarakat dikerajaan Tanjungpura dengan para pedagang dari Arab, bentuk-bentuk peningalan yang masih bayak terdapatdi daerah Kabupaten Ketapang, baik yang bersifat tangible maupun intangible hal itu masih bisa dijumpai sampai saat ini. 

 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi dari Banjarbaru Kalimantan Selatan bahwa peninggalan makam keramat tujuh maupun keramat sembilan diperkirakan pada abad ke-15 akan tetapi jauh sebelumnya sudah ada kehidupan Islam di daerah Benua Lama, karena juga ditemukan nisan didalam dasar tanah berdiri kokoh dan relief yang bercorak Arab di wilayah Kabupaten Ketapang  Kalimantan Barat.

Saran-saran ;

Akan lebih baik diadakan penelitian dan seminar berkelanjutan sehingga dapat ditemukan kembali kejayaan Islam secara lebih koprehensip agar hasanah Islam yang banyak berserakan dapat disatukan menjadi suatu mutiara di tanah Borneio.  Semoga Allah membalas kebaikan demi syiar Islam di Nusantara pada Seminar Serantau di Kawasan Borneo.7  

--,  Wawancara dengan Drs.H.Soedarto (Pakar Sejarah) dan 
--, Drs.H. Abdussukur SK (Cendikiawan Madura),
---Tgl, 22 Pebruari 2008 di Pontianak
--, Penulis : 
-, M.Natsir,S.Sos.M.Si Peneliti pada Balai Pelestarian Sejarah Pontianak. Dosen pada Isipol UNTAN
-,  Bahan tulisan Seminar Serantau Perkembangan Islam Borneo, 27-28 Peb 2008 di UiTM Malaysia