Minggu, 27 Maret 2022

SAYYID HUSEIN, Bag.I : Nasab & Nasib keturunannya ditangan siapa?

Anak Keturunan Sayyid Husein Al Qadri

By : SAY Qadrie

Pustaka Sejarah 









 Bagian Pertama ( dari 4 bagian ) 


Nasab & Nasib Anak Cucu Keturunan Sayyid Husein Al Qadri : ditangan siapa? 


Nasab Anak Keturunan Sayyid Husein Al Qadri


" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka"  Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing"  Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebarannya di Nusantara ini"  Sultan Pontianak ke. IX. 

 


Pengantar


Dengan maraknya kasus dan tuduhan Habib palsu akhir - akhir ini, terus terang, kami sedikit miris dan merasa tersentuh untuk menurunkan tulisan ini. 


       Apa yang ada ini hanya contoh kejadian dari satu puak marga Alawiyin, keturunan Imam Husein bin Ali Putra Fathimah Azzahra, dikenal sebagai Sayyid “Habib” dari marga Al Qadri / Alkadri/ AlGadrie/ Al Qodrie yang sudah ada di bumi Nusantara sejak abad ke 17. ( dibaca ; abad ke tujuh belas ) 


       Nenek moyang mereka, yang sebagian besar, dari seorang perantau Yaman bernama Sayyid Husein bin Ahmad, bin Husein, bin Muhammad Al Qadri, 


         Dari ini, keturunan nya menyebar ke seluruh Asia Tenggara, Nusantara, bahkan sampai ke seluruh dunia. Karena ditemukan keturunan ini di Timur Tengah, Eropa, Jepang, Tibet, dan belahan dunia lainnya. 

Luar biasa bukan?


Nuswah tua berisi catatan 
Anak cucu Sayyid Husein Al Qadri dan sebaran nya
Tersimpan rapi ditangan keturunannya


Sebagaimana diketahui, pada 5 Juli 1779 M, ketika pihak istana memutuskan menerima Belanda sebagai sekutu, pro kontra dan gesekan dalam keluarga besar ini meruncing. 


     Sebagian memahami tindakan Sultan Abdurrahman saat itu adalah upaya mempertahankan eksistensi Kesultanan Pontianak yang baru didirikan pada tahun 23 Oktober 1771.M itu, dengan "berdamai dengan Belanda", dan menghindari konflik terbuka, pada 5 Juli 1779 M, ketika perjanjian di teken.  


Bisa jadi keputusan ini dikarenakan mengingat sudah banyak kesultanan lain yang diratakan dengan tanah, karena ber - konflik dengan penjajah Belanda ini. 


       Akan tetapi, sebagian lagi kaum kerabat Sultan memilih mengangkat senjata bergerilya di lautan dan di hutan - hutan serta  melawan penjajah Belanda dengan segala cara yang bisa dilakukan saat itu.   


      Perlawanan ini terus menerus secara konsisten dari generasi ke generasi, sejak Sultan Pertama hingga Sultan ke 7,- Sultan Hamid.II, - yang kemudian memilih cara "diplomatis" untuk melepaskan diri dari jerat penjajahan. 


     Sultan Hamid.II. ikut aktif membantu Sukarno , dkk, dalam upaya - upaya di akui nya proklamasi  kemerdekaan, 17 Agustus 1945 di Jakarta. Puncak nya adalah digelarnya Konferensi Meja Bundar ( KMB ) di Deenhaq Belanda ( atas prakarsa Sultan Hamid dkk ) sampai diakuinya kemerdekaan Indonesia tanpa syarat serta berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat  ( RIS ) :


      Pada  tanggal : 27 Desember 1949.  





   Beliau juga merupakan kreator lambang negara elang rajawali garuda Pancasila yang Kita gunakan hingga hari ini. Sayangnya hingga saat ini negara belum memberikan pengakuan sebagai pahlawan bangsa,??


 Entah mengapa ?


 dan apa sebabnya? 


Hanya waktu yang akan menjawabnya.


     Padahal Sultan Pontianak ini sudah berjuang dengan ikhlas, membaktikan waktu, tenaga, fikiran, bahkan wilayah dan kedaulatan serta kedudukan sebagai Sultan, untuk dan demi Kemerdekaan.  Ketika  "Negara Merdeka Republik Indonesia Serikat" didirikan dan diakui Kemerdekaannya, Beliau hanya diberi posisi  sebagai "Menteri Negara Zonder Portofolio " suatu jabatan yang hanya ada di zaman sukarno berkuasa, dan tidak ada lagi setelahnya. 


Menteri tanpa departemen, tanpa staf, tanpa kantor, tanpa kewenangan, tanpa kekuatan secara  politik, tanpa pengawalan,  bahkan tanpa kop surat sendiri ? Satu - satunya tugas adalah menyiapkan lambang Negara RIS. Tugas itupun beliau tetap laksanakan hingga terciptanya Lambang Negara RIS, Elang Rajawali Garuda Pancasila, - begitu Sultan Hamid II menyebutnya.   


     Dan balasan yang  beliau terima dari Sukarno adalah di fitnah, disingkirkan, diasingkan dari kekuasaan, dijadikan korban "dari tahanan ke tahanan"  dari bui ke bui !! Kemudian wilayahnya , Borneo Barat, atau Kalimantan Barat, di aneksasi secara paksa dengan kekuatan tentara . Kerajaan dan  Kesultanan wilayah nya di likuidasi dan dihapuskan secara sepihak oleh Jakarta. Inikah namanya "Merdeka"? 



Korban pembantaian massal di Mandor
salah satu dari 10 lubang 
di Makam Juang Mandor


          Mungkin karena banyak keturunan ini, terutama diluar istana, yang menjadi "pemberontak"  sampai hari ini masih banyak kaum kerabat mereka yang belum menemukan leluhurnya ke atas karena keluar dari Pontianak, 


       Karena satu dan lain hal, mungkin karena politik VOC Belanda dulu yang memecah belah mereka, atau bisa jadi karena perbedaan dalam menyikapi suatu kejadian masa itu, sehingga banyak keturunan ini yang dibunuh, dibuang, diasingkan, dan dipisahkan dari kaum kerabat nya di Mempawah dan Pontianak dulu, 


 Zaman Penjajahan Jepang di Kalimantan Barat : 


       Dan malapetaka terbesar adalah ketika penjajah fasis Jepang masuk ke Kalimantan Barat. Dengan dasar kecurigaan semata, Jepang menghabisi tidak kurang dari "60  nyawa" kaum kerabat Istana Kadriah Pontianak khususnya, dan kaum kerabat Alkadri yang dapat diidentifikasi umumnya,  mencapai "330 jiwa" diluar Istana yang ditangkap di mana saja ditemukan, 


        Kemudian di sungkup ( ditutup kepala) dengan tangan terikat, untuk kemudian dibawa ke kawasan "Mandor, sekitar 80 km dari  Pontianak", disitu mereka dibunuh dengan cara dipancung ( di tebas bagian belakang leher dengan sekali tebasan samurai ). Peristiwa  pembantaian ini menelan korban 21.000 - 50.000 jiwa di Kalimantan Barat pada 1944 M.


     Dikenal dengan “Sungkup Jepang” Mandor Berdarah di     

     Kalimantan Barat, sekitar antara tahun : 1943, sampai 1945. 


Keturunan  Sayyid Husein bin Ahmad ini 


Memang pernah mengalami peristiwa yang sangat tragis dalam sejarahnya. 


    Di Zaman itu  1944 M, yang bertahta di istana Kadriah, adalah:


  "Sultan Syarif Muhammad Al Qadri",


   Ibni Allahyarham Sultan Syarif Yusuf, bin Sultan Syarif Hamid satu. Beliau merupakan Sultan ke enam dari dinasty Al Kadri, yang  didirikan Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman bin Sayyid Husein pada 1778 M.


    Dimana beliau dan anak - anak laki- laki , istri, beserta menantunya, syahid di bawah tebasan samurai Jepang. 


    Kekejaman pasukan penjajah  Jepang ini, menorehkan luka jiwa dan trauma yang sangat mengerikan bagi kaum  kerabat  Al Kadri, hingga hari ini. 


      Mungkin itulah sebabnya mengapa catatan tentang keluarga beliau sangat sulit ditemukan, bisa dibayangkan jika catatan itu ditemukan Penjajah Jepang saat itu ?  


       Habislah keluarga Al Kadri keturunan ini !!



Eksekusi Pancung ala Jepang 



I. Anak Keturunan Habib Husein Al Qadri


--, Dari The Al -Kadry Pontianak Dynasty  

    Genealogy berbahasa Inggris tercatat : 


      Sayyid Husein lahir di Tarim, pada  tahun 1703. atau 1699 M, 17 Muharram 1120 H, (   Menurut catatan  lain )   Mendarat di Matan, sekitar tahun 1725 M, usia 23 tahun atau lebih. Kemudian Menikahi 4 perempuan di Pulau Borneo ini : 


1. Nyai Tua, Utin Kabanat, ( Nama aslinya Utien Candramidi tua ) Makam Mempawah


2. Nyai Tengah, (Nama aslinya Utien Krinci Srikandi ) Makam Mempawah


3. Nyai Bungsu - (   Sri Kesumasarai )  Putri dari Sultan Sanggau I, Sedangkan ":


4. Nyai Piring, dinikahi di Mempawah, ketika beliau hijrah dari Matan ke Mempawah pada sekitar tahun 1747 M hingga wafat nya pada : *20 Maret 1771 M* atau dalam catatan lain : 17 Maret 1763 M


     Sayyid Husein yang merantau dari Yaman sekitar tahun 1720 M, ( Banyak sejarawan mencatat berbeda ) setelah menjelajahi India, Bangladesh, Singapura serta Pulau Sumatra, Aceh, Trengganu, Pahang, Batavia, Pekalongan, Cirebon, berkeliling dan berpindah- pindah, sampai ke Sulawesi, akhirnya memutuskan bertahan di Semarang.


Anak  bungsu Keturunan Sayid Ahmad, bin Husein, bin Muhamad Al  Qadri, ini,  yang bersaudara sbb :


1. Sayyid Aqil, bin Sayyid Ahmad

2. Sayyid Alwi, bin Sayyid Ahmad** Menurut catatan Habib Husein

3. Syarifah Fatimah, binti Sayyid Ahmad

4. Syarifah Zahara, binti Sayyid Ahmad : dan bungsu 


5. Sayyid Husein, bin Sayyid Ahmad, bin Husein, bin Muhamad Al Qadri Jamalullail yang kelak menjadi Tuan Besar di Mempawah  (** Keterangan) ; Ada perbedaan nama dalam berbagai catatan sejarawan, antara "Sayid Alwi dengan "Sayyid Ali " yang dikatakan sebagai saudara Habib Husein ini ) 


       Selama 2 tahun beliau di semarang bersama sahabat barunya Syeikh Salim Hambal, yang berbrofesi sebagai Da"i dan juga pedagang menggunakan perahu layar antar daerah zaman itu. 


     Dari Semarang beliau kemudian menyeberang ke Sulawesi, baru ke pulau Borneo, dan mendarat di Kerajaan Matan pada sekitar tahun 1725 -1730 M  kemudian diangkat sebagai Mufti agama Islam di Matan. 

 

Disini lah Beliau menetap dan menikah serta berketurunan.  


      Setelah 17 tahun di Matan, 


      Beliau kemudian hijrah lagi ke Mempawah, hingga akhir hayatnya. 


     Makam beliau ditemukan di Desa Sejegi, MempawahHilir, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia sekarang ini. 


       Keturunan Beliau di Borneo berjumlah 16: putra 7 dan Putri 9, dari empat Istri yang dinikahi ( sebagian menyebutkan dari tiga istri ) diantara nya, yang tercatat  :


I. Dari Ibu Nyai Tua, Utin Kabanat, Putri Sultan Maazidin Raja Matan Islam, : 


I.1. 1730 M - 1808 M : *Sayyid Syarif Abdurrahman Ibni Sayyid Husein* ( Pendiri Kota Pontianak ) ada yang mencatat Lahir di Matan: 19 Mey 1734 M, ada juga  mencatat  tahun 1730 M,  beliau menikahi Utin Chandramidi pada tahun 1759 M, dalam usia 16 - 18  tahun waktu itu. 


   Ada berbagai catatan tentang jumlah keturunan beliau, ada yang mencatat 32, 34, 67, hingga 101, putra putri beliau yang meneruskan keturunannya, dan hanya 2 putra yang menjadi Sultan : Kasim dan Usman ( dari catatan Inggris ) Makam Kesultanan Batulayang Pontianak.


I.2. *Sayyid Syarif Alwie, Ibni Sayyid Husein* Ibu Nyai Tua, ( Tuan Bujang ) tidak  meneruskan ketururunan. Dalam catatan Kesultanan Pontianak, Beliau ini kelak menjadi Penasehat Sultan  Abdurrahman ketika Abdurrahman sudah menjadi Sultan. Beliau ini merupakan Abang Sultan, bukan adik nya. 


II. Dari Ibu Nyai Tengah, Utin Krinci Srikandi, adik Nyai Tua, Utin Kabanat : Dinikahi setelah wafat nya Nyai Tua, setelah beliau "Nyai Tua " melahirkan "Syarifah Khadijah". 


II.1.1735 M - 1814 M, :  *Sayyid Syarif Abubakar, Ibni Sayyid Husein* ( Panglima Laksamana Tua, Kesultanan Pontianak, dilantik pada 1778 M ) : Makam beliau di Kampung Mariana Kota Pontianak, Keturunan beliau sangat banyak, ada di Kalimantan Barat, dsk,  serta Pulau Tujuh, bahkan di Aceh, Sumatra, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sumba, Sulawesi, sampai Papua, mungkin ada.


II.2.*Sayyid Syarif Muhammad , Ibni Habib Husein* : Ibu Nyai Tengah, Makam di Sejegi Mempawah, banyak keturunan nya, di Kalbar dan luar Kalbar. 


III. Dari Ibu Nyai Bungsu , dinikahi di Matan :


III.1. *Sayyid Syarif Ahmad.II. Ibni Habib Husein* : Makam masih di cari, ada keterangan bahwa makam beliau ditemukan di Pulau Tujuh, dikenal dengan nama : *Sayyid Ahmad Kamal Basyar**. Ada juga mengatakan di Kaltim, dikenal dengan Imam Pawah, Masih dipastikan kebenarannya


III.2. *Sayyid Syarif Ali , Ibni Sayyid Husein* : Makam masih dicari, ada pendapat keturunan ini berkembang di  sebelah utara Pulau Kalimantan, termasuk Sarawak, Brunei dan Sabah, serta menyeberang ke Malaysia Barat dan sekitarnya. Dikatakan makam beliau di Brunei Darussalam. DiKampong  Ayer.  


IV.  Dari Ibu Nyai Piring, dinikahi di Mempawah : 


IV.1. *Sayyid Syarif Ahmad.III. Ibni  Sayyid  Husein* : Makam masih dicari, keturunan ini yang diperkirakan hidup di pesisir Kalimantan Barat bagian Utara, Pulau Tujuh, Sarawak  hingga Riau Kepulauan dan  sekitarnnya.


------, Dan  9   lainnya  merupakan anak Perempuan tidak kami cantumkan. 


Dari ke 6 Putra beliau ini, keturunan Sayyid Husein berkembang hingga hari ini. 



Ditempat  inilah puluhan ribu nyawa melayang
dibawah tebasan samurai Jepang pada 1944 M
Monumen Makam Juang Mandor
Tragedi Mandor Berdarah
Kalimantan Barat 

Alfatehah, ......



To Be Continued, ........ 


Bersambung ke bagian II:  

klik >> Nasab dan Nasib  ( Klik disini ) 



==================

Referensi Utama : 

==Diantara berbagai sumber adalah : 

1. Kitab Almausuah Li Ansabil Imam Al-Husaini . Pustaka Azmatkhan 

2. Asy-syajarah Al-Alawiyyah. Pustaka Azmatkhan

3. Asy-Syajarah Al-Husainiyyah Al Mausuah li  Al Imam Husein, Pustaka Azmatkan

4. Berdasarkan Manaqib singkat tulisan Pengeran Bendahara  Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, dan dokumentasi Belanda tahun 1827 M, yang menyebutkan tentang nama Ki Sauki atau Syaugi Yusuf, makam nya ditemukan di kepulauan Natuna, wilayah kepulauan Riau, dan hingga hari ini banyak ditemukan  keluarga Al Qadri di Serasan, Terempa, Midai, Letung, Sedanau, Bunguran Besar, Natuna, Ranai, Sarawak, dll.Koleksi keluarga Al Qadri

5. Berdasarkan Data Tua Nomor buku 763 s/ 770  halaman 336, angka tahun : 1857 M Tulisan Pangeran Bendahara Tua, Syarif Ja far bin Sultan Hamid I Alqadri, : Koleksi Pribadi keluarga AlQadri


Referensi : ( Klik > ) 

- Kekejaman Jepang di Kalimantan Barat

- Sejarah Habib Husein bin Ahmad

- Sejarah Sultan Abdurrahman 

- Sejarah Syarif Tue, Abdullah bin Yahya  Bali

- Sayyid Abubakar Jeranjang bagian Pertama

- Sayyid Abubakar Jeranjang begian kedua

- Kesultanan Pontianak

- Keturunan Arab - Indonesia

- Asal - usul Hadramaut 

- Awal mula kedatangan Arab ke Nusantara