Dinukil By " SAY Qadrie
Penulis " MH AlHamid Al Husainy
Gambar Imajiner ilustrasi:
Pertempuran di Karbala,
AL Husein ditengah musuh Nya
H.M.H. Al Hamid Al Husaini - Jakarta
Tragedi gugur nya al-Husein r.a secara mengerikan itu mendorong tokoh-tokoh riwayat dan para penulis sejarah Islam untuk mengadakan penyelidikan.
Hasil dari penyelidikan dan pengamatan yang mereka lakukan setelah terjadinya peristiwa itu, mereka tuangkan dalam tulisan-tulisan berupa riwayat menceritakan berbagai akibat setelah terjadinya pemenggalan kepala cucu Rasul Allah s.a.w.
Seorang penulis Islam kenamaan, Ibnu Hajar, dalam buku nya berjudul "Ash-Shawa'iqul-Muhriqah" halaman 116, mengungkapkan bahawa sepeninggalan al-Husein r.a. ternyata tak ada seorang pun yang terlibat dalam pembunuhan itu, yang terhindar dari seksa dunia setimpal dengan perbuatannya.
Ada yang mati terbunuh, ada yang buta dan ada pula yang secara tiba-tiba mukanya berubah warna menjadi hitam lebam. semuanya itu terjadi dalam waktu tak seberapa lama sejak al-Husein r.a. wafat.
Gambar Imajiner
Kepala Al Husein putra Fathimah
yang dipinjam oleh seorang pendeta Nasrani untuk dibersihkan
dari tangan pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abu Sofyan
penguasa bani Umayah
Dalam perarakan dari Irak Karbala ke Damaskus
Dalam bukunya yang berjudul "Tahdizibut-Tahdzib" Jilid II halaman 335, Ibnu Hajar juga mengetengahkan kisah an-Numairiy yang berasal dari 'Ubaid bin Jinadah.
Kisah tersebut mengungkapkan peristiwa yang dialami seorang tua yang pernah melibatkan diri dalam pembunuhan terhadap al-Husein r.a.
Orang tua itu membusungkan dadanya hanya kerana merasa terlibat langsung dalam pembunuhan terhadap al-Husein. Dengan bangga ia mengatakan: "Lihatlah, aku tetap selamat... tak ada bencana apapun yang menimpa diriku!" Tak lama setelah ia mengucapkan perkatan tersebut, lampu minyak berada tidak jauh dari tempat duduknya tiba-tiba memudar.
Dikiranya sumbu lampu itu hampir habis. Ia segera bangkit dari tempat duduknya mendekati lampu untuk berusaha memperbaiki sumbunya.
Pada saat ia sedang menarik sumbu, api yang semulanya tampak hampir padam tiba-tiba membesar kembali dan membakar jari-jarinya. ia berusaha keras memadamkan api yang menyala di tangannya, tetapi tidak berhasil, bahkan api menjalar ke bagian-bagian tangannya yang berlumuran minyak.
Dalam keadaan panik ia mencuba memadamkan api dengan memasukkan tangan ke dalam mulut, tetapi malang... api bukan menjadi padam malah menyambar janggut nya yang telah memutih tetapi masih cukup lebat.
Mukanya terbakar dan ia melolong-lolong kesakitan. Akhirnya api membakar pakaian yang sedang dikenakannya sehingga seluruh tubuhnya turut terbakar. Bagaikan sebuah obor besar ia lari kebirit-birit keluar dari rumah menerjunkan diri ke dalam Sungai al-Furat yang tidak seberapa jauh letaknya. Beberapa saat lamanya ia tidak muncul di atas permukaan air.
Banyak orang menunggu-nunggu di tepi sungai ingin menyaksikan apa yang sedang terjadi pada diri orang tua itu. Ketika ia muncul di permukaan air, ternyata telah mati dan tubuhnya hangus seperti gumpalan arang.
Kebenaran kisah tersebut diperkuat oleh serajahwan Muslim terkenal,
at-Thabariy, dalam bukunya yang berjudul "Dzakha'irul-'Uqba" halaman 145.
Dalam buku yang sama, Ibnu Hajar juga mengemukakan sebuah riwayat tentang pembunuh al-Husein r.a.
Peristiwanya terjadi ketika si pembunuh itu menyerahkan kepala cucu Rasul Allah s.a.w. kepada 'Ubaidillah bin Ziyad, penguasa daerah Kufah. Kerana besar harapan akan memperoleh ganjaran istimewa, si pembunuh itu menyerahkan kepala al-Husein r.a. sambil bersyair:
Akan kupenuhi kantongku dengan emas dan perak
Sebagai ganjaran membunuh raja tanpa mahkota
Seorang yang pernah sembahyang pada dua kiblat
Berasal dari keturunan manusia termulia
Akulah pembunuh orang terbaik, ayah bonda nya...
Yazid dalam kitab klasik
Akan tetapi ketika Ibnu Ziyad mendengar bait terakhir dari syair itu, dengan marah ia menukas: "Kalau engkau mengetahui kemuliannya itu, mengapa ia kau bunuh? Tidak, demi Allah, engkau tidak akan mendapat ganjaran baik dari aku. Malah engkau kuikut-sertakan bersama dia!"
Habis mengucap kalimat-kalimat tersebut, Ibnu Ziyad langsung memerintahkan salah seorang pengawal untuk membunuh orang yang baru saja mendendangkan syair dengan harapan akan menerima ganjaran besar.
Ada baiknya juga jika kami kemukakan juga riwayat lain lagi,
yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam buku yang sama halaman 119.
Peristiwanya terjadi ketika 'Umar bin Sa'ad bersama pasukannya membawa kepala al-Husein r.a. ibnu Hajar menulis sebagai berikut:
"Setiap berhenti di suatu tempat untuk beristirehat, para pengawal kepala al-Husein r.a. selalu menancapkan kepala itu pada ujung tombak. Seorang pendita Nasrani yang bertempat tinggal di sebuah biara yang dilewati rombongan, terkejut melihat sebuah kepala manusia tertancap pada ujung tombak, ia lalu bertanya ingin mengetahui siapakah orang yang dipenggal kepalanya itu.
Ketika mendapat jawapan bahawa kepala itu adalah kepala al -Husein r.a. putera Siti Fatimah binti Rasul Allah s.a.w. dengan marah ia menyahut:
"Alangkah buruk perbuatan kalian!" Saat itu juga ia minta agar kepala al-Husein r.a. boleh disemayamkan semalam di dalam biaranya. "Untuk itu aku sedia membayar 10,000 dinar!", katanya lebih lanjut.
Tentu saja permintaan pendita itu diterima baik oleh Sa'ad dan rombongannya.
Kepala al-Husein r.a. segera dibawa masuk oleh pendita itu ke dalam biara, kemudian dicuci bersih-bersih dan diberi wewangian secukupnya.
Semalam suntuk kepala itu dipangkunya sambil menangis hingga pagi hari. Keesokan harinya pendita itu langsung menyatakan diri masuk Islam, karena pada malam harinya ia menyaksikan cahaya terang memancar ke langit dari kepala al-Husein r.a.
Setelah memeluk Islam, ia meninggalkan biaranya dan hingga akhir hidupnya ia merelakan diri bekerja sebagai pembantu Ahlul-Bait...
Demikianlah menurut Ibnu Hajar.
Dengan sekelumit riwayat yang kami kutip dari penulis Islam terkenal itu, terbuktilah bahawa tindakan pembunuhan sewenang-wenang terhadap cucu Rasul Allah s.a.w. mendorong semangat para penulis sejarah untuk mengungkapkan lebih jauh peristiwa yang menyedihkan itu.
Ilustrasi Karbala
Imam Bukhari menceritakan bagaimana penghinaan luar biasa terhadap penghulu pemuda surga itu: “Dari Anas bin Mâlik, dia mengatakan :
Kepala Husain dibawa dan didatangkan kepada ‘Ubaidullah bin Ziyâd. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husain. Anas mengatakan, “Di antara Ahlul bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah SAW.” Saat itu, Husain disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan, sejenis pacar yang condong ke warna hitam).” (HR. Bukhari).
Sebelum peristiwa memilukan itu terjadi, Rasulullah SAW telah diberitahu akan terbunuhnya Sayyidina Husain. Dalam sebuah hadis diriwayatkan mengenai peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husain
رُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَنْزِلِيْ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَطَالَعْتُهُمَا مِنَ الْبَابِ وَإِذَا اَلْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى صَدْرِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَبُ وَفِيْ يَدِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةٌ مِنْ طِيْنٍ وَدُمُوْعُهُ تَجْرِيْ
Diceritakan dari Ummi Salamah –radhiyallaahu ‘anhaa- beliau berkata: Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam di dalam rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu ‘anhu kepada beliau. Maka aku memandang keduanya dari pintu.
Saat itu Husain radhiyallaahu ‘anhu bermain-main di atas dada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir.
فَلَمَّا خَرَجَ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَخَلْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ طَالَعْتُكَ وَفِيْ يَدِكَ طِيْنَةٌ وَأَنْتَ تَبْكِيْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيْ لَمَّا فَرِحْتُ بِهِ وَهُوَ عَلَى صَدْرِيْ يَلْعَبُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَنَاوَلَنِيْ اَلطِّيْنَةَ الَّتِيْ يُقْتَلُ عَلَيْهَا فَلِذَلِكَ بَكَيْتُ
Dan ketika Husain radhiyallaahu ‘anhu sudah keluar, maka akupun masuk kepada beliau, maka aku berkata: “Dengan bapakku dan dengan ibuku (kalimat penebusan.Pen) aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku: “Ketika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril ‘alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku menangis.
Dalam kitab Nuuruzhzhalaam
karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35
وَرُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا اَلْقَارُوْرَةَ الَّتِيْ فِيْهَا تُرْبَةُ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ وَتُركِتْ عِنْدَهَا
Diceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberinya (Ummu Salamah) sebuah botol yang di dalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan di sisinya.
وَذَلِكَ لَمَّا جَاءَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيْلُ وَأَخْبَرَهُ أَنَّ الْحُسَيْنَ مَقْتُوْلٌ فِي هَذَا التُّرَابِ وَأَرَاهُ مِنْ تُرْبَةِ الْأَرْضِ الَّتِيْ يُقْتَلُ فِيْهَا وَشَمَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ التُّرَابَ فَقَالَ وَيْحَ كَرْبَلَاءَ وَقَالَ لَهَا إِذَا صَارَ هَذَا التُّرَابُ دَمًا فَقَدْ قُتِلَ اِبْنِيْ اَلْحُسَيْنُ
Hal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan dibunuh di atas tanah ini, dan dia (Jibril) memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun mencium tanah tersebut seraya berkata: “Celaka Karbala !”
Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah: “Jika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Husain dibunuh.”
فَانْتَبَهَتْ وَقَالَتْ لِجَارِيَتِهَا اِذْهَبِيْ إِلَى السُّوْقِ فَانْظُرِيْ مَا الْخَبَرُ فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا الْجَارِيَةُ وَقَالْتْ قُتِلَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Dan (ketika dilihatnya tanah menjadi darah) maka terperanjatlah Ummu Salamah.
Dia berkata kepada budak perempuannya: “Pergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa (disana).”. (diapun pergi kepasar) dan pulanglah dia ke Ummu Salamah.
Dia berkata: Husain bin Ali radhiyallaahu ‘anhu dibunuh.”
Klik Disini :
Inilah Daftar lengkap kaum kerabat Al Husein
Putra Zahra dan Ali bin Abi Thalib, dari Ahl Baith Nabi,
Yang dijadikan "domba" dan disembelih bani Umayyah,
28 syuhada Karbala merupakan keturunan dari ketiga Putra ABU THALIB yaitu,
SYUHADA DARI PUTRA AL-IMAM ALI BIN ABI THALIB as
1. Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, 2. Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, 3. Abdullah (bayi) bin Husein bin Ali, 4. Al Abbas bin Ali, 5. Amr bin Ali, 6. Ibrahim bin Ali, 7. Ja'far bin Ali, 8. Usman bin Ali, 9. Abdullah, 10. Muh. Asghar bin Ali, 11. Abubakar bin Ali, 12. Qasim bin Hasan bin Ali, 13. Abdullah Bin Hasan Bin Ali, 14. Bisyr Bin Hasan Bin Ali, 15. Ahmad Bin Hasan Bin Ali, 16. Amr Bin Hasan Bin Ali
SYUHADA DARI PUTRA AQIL BIN ABI THALIB :
17. Muslim bin Aqil, 18. Oun bin Aqil, 19. Abdulrahman bin Aqil, 20. Ja'far Bin Aqil, 21. Abdullah Al Akbar bin Aqil, 22. Muhammad Bin Said bin Abi Ahwal bin Aqil, 23. Ja'far Bin Muhammad bin Aqil, 24. Muhammad Bin Muslim bin Aqil, 25. Abdullah Bin Muslim bin Aqil
SYUHADA DARI PUTRA JA'FAR BIN ALI BIN ABI THALIB :
26. Oun bin Abdullah bin Ja'far, 27. Muhammad bin Abdullah bin Ja'far, 28. Qasim bin Muhammad bin Ja'far
Dalam hadis Rasullullah, disebutkan :
"Belum sempurna iman seorang hamba Allah sebelum cintanya kepadaku melebihi cinta kepada dirinya sendiri; sebelum cintanya kepada keturunanku melebihi cinta kepada keturunannya sendiri; sebelum cintanya kepada ahli-baitku melebihi cinta kepada keluarganya sendiri; dan sebelum cinta nya kepada zatku melebihi cinta kepada zatnya sendiri." (Hadist Riwayat at-Tabrani).
Nabi bersabda : "Kutinggalkan di tengah kalian dua pusaka (peninggalan): Kitabullah sebagai tali terentang antara langit dan bumi, dan keturunanku, Ahl Baith ku. Kedua-duanya itu tidak akan terpisah hingga kembali kepadaku di Haud (Telaga Nabi di syurga)." (Hadis riwayat Ahmad)
Ceramah Habib Abdurrahman Ternate
Kejadian Seputar Muharram
Daftar nama para Syahid Karbala dan Kufah
Berikut daftar para syahid di Karbala dan Kufah selengkapnya :
1. Abu Bakr bin Ali bin Abi Thalib : Putra Ali, saudara Husein As Syahid
Dia dipanggil Muhammad Ashghar atau Abdullah dari Ibu Laila binti Mas’ud bin Hanzalah bin Manats bin Tamim.
2. Abu Bakr bin Hasan bin Ali [bin Abi Thalib],, Putra Hasan bintu Fathimah
3. Abdul Hatuf Anshari dan saudaranya
4. Sa’d (keduanya putra Hurr) Keduanya [no 3 dan 4] berasal dari Kufah yang bergabung dengan Imam Husain di Karbala.
5. Adham bin Umayah al-Abdi Ia adalah putra Ubaidah, yang ayahnya pengikut setia Nabi saw.
6. Aslam, budak yang dibeli dan dibebaskan oleh Imam
7. Anas bin Hars Kahili, bin Baniah bin Kahli, yang termasuk salah seorang sahabat Nabi saw.
8. Burair Zibe Khozair Hamdani:
Seorang tua yang saleh dan pengikut setia Amirul Mukminin Imam Ali, salah seorang bangsawan terpandang Kufah. Ia adalah orang yang datang kepada Imam Husain agar mengizinkannya mendapatkan syahadah yang ia inginkan di jalan Allah dan memperlihatkan wajahnya kepada Nabi saw pada hari Kiamat.
9. Umaya bin Sa’d at-Thai : Ia termasuk sahabat Imam Ali as
10. Basyr bin Amrual Hazrami, termasuk salah seorang pengikut setia Nabi saw.
11. Bakr bin Hayy at-Taimi : Ia termasuk orang Bani Taim yang datang ke hadapan Imam dan bersedia syahid di jalan Tuhan.
12. Jabib bin Hajjaj at-Taimi :
Ia pengikut Muslim bin Aqil di Kufah. Sejak Muslim ditahan, ia menyembunyikan diri sampai Imam Husain tiba di Karbala dan melaporkan diri ke Imam dan mendapatkan kesyahidan.
13. Jibilats bin Ali Syaibani
Ia sahabat Imam Ali yang ikut serta dalam Perang Shiffin.
14. Jafar bin Aqil bin Abi Thalib : Saudara ketiga Abbas, pembawa panji Imam
15. Jafar bin Aqil bin Abi Thalib : Saudara Muslim bin Aqil, deputi Imam di Kufah
16. Jinadat bin Ka’b Anshari Khazraji : Bersama putranya, yang syahid di Karbala, ia termasuk pengikut setia Imam Husain
17. Jundab bin Muji Khaulani:
Salah seorang pendukung Imam Ali yang datang kepada Imam dan jatuh di kaki sang Imam dan berdoa untuk diizinkan syahid.
18. Jaun : Budak yang dibebaskan oleh Abu Dzar. Setelah kematian Abu Dzar, Jaun bergabung dengan Hasan bin Ali, dan setelah itu mendampingi Imam Husain dan datang ke Karbala dengan Imam. Ia digembleng oleh Abu Dzar.
19. Jaun bin Maliki Tamimi. : Semula anggota pasukan Yazid lalu akhirnya bergabung dengan pasukan Imam Husain
20. Hars : Budak yang dibebaskan oleh Hamza, pamanda Nabi saw, yang menyertai Imam Husain ke Karbala dan akhirnya syahid.
21. Habsyi bin Qais Nahmi : Termasuk kabilah Hamdan. Kakeknya adalah pengikut setia Nabi saw.
22. Hars bin Amra Qais al-Kindi :
Seorang bangsawan pemberani dari Arabia.
Ia menyusup ke pasukan lawan dan menemukan paman nya sendiri di sana.
Paman nya bertanya, “Apakah kau datang untuk membunuhku?” Ia menjawab, “Ya, engkau adalah paman ku, tak ragu lagi. Tetapi Allah adalah Tuhanku. Engkau ada di sini untuk menentang-Nya.’ Lalu ia membunuh paman nya. Bersamanya, tiga orang lain bergabung dengan Imam dan mereka menjadi syahid.
23. Habib bin Amir Taimi : Dia adalah yang berbaiat kepada Imam di tangan Muslim bin Aqil yang syahid di Kufah. Habib meninggalkan Kufah dan bergabung dengan Imam selama perjalanannya ke Karbala dan mencapai kesyahidan..
24. Habib bin Muzhahir al-Asadi : Dia dikenal sebagai Habib bin Muzhahir bin Ri’ab bin Asytar dari garis keturunan Asad Abdul Qasim al-Asadi.
25. Hajjaji bin Badr Sa’di : Ia dari Basra dari kabilah Bani Sa’d, seorang bangsawan terkemuka di Kufah. Ia adalah orang yang membawa pesan-pesan Imam as kepada orang-orang yang setia dari kalangan Ahlulbait di Kufah..
26. Hajjaji bin Masruq Jufi : Sahabat setia Imam Ali.
27. Hurr bin Yazid Riyahi :
Ia putra Yazid bin Najiyah bin Qanab bin Yatib bin Hurr dari garis Yarboir Riyahi. Seorang pemberani dari Kufah, ksatria berpengalaman yang secara khusus dipilih Ibn Ziyad untuk memerangi Imam Husain.
Ia termasuk orang yang menghalangi jalan Imam Husain dekat Kufah, namun ia tak pernah percaya bahwa rencana Ibn Ziyad adalah mengakhiri Imam Husain.
Ketika di Karbala, Hurr meninggalkan pasukan lawan dan bergabung dengan Imam untuk meminta ampun atas perilakunya yang keliru.
Imam menjawab, “Hurr, sebagaimana ibumu menamaimu Hurr, orang yang merdeka, engkau merdeka di dunia dan di akhirat.” Hurr adalah syahid paling terkenal di jalan Allah.
28. Hallas bi Amr Rasibi : Ia anak Amr Rasibi, seorang pengikut setia Imam Ali.
29. Hanzhalah bin Asadus Shabami : Ia termasuk orang yang membawa pesan peringatan dari Imam Husain ke Ibn Sa’d di Karbala.
30. Rafi,: budak yang dibebaskan oleh Muslim Azdi. Ia datang sukarela untuk bergabung dengan pasukan Imam.
31. Zawir bin Amr al-Kindi : Seorang pengikut tulus Ahlulbait, sahabat setia Imam Husain.
32. Zuhair al-Qain Bijilly :
Ia pemimpin kabilah, seorang yang tokoh yang berpengaruh di Kufah.
Semula, ia setia kepada Khalifah Utsman, tetapi ketika sekembalinya dari haji ia bertemu dengan Imam Husain diperjalanan. Sejak itu, ia menjadi pengikut Imam yang setia. Ia termasuk orang yang mengucapkan selamat tinggal kepada istrinya, "Dalham binti Amr" dengan cara menceraikannya. Istrinya kembali kepada keluarganya, sementara ia bergabung dengan Imam hingga syahid.
33. Ziyad bin Arib Saidi : Putra Arib ini adalah sahabat setia Nabi saw. Ia termasuk ahli hadis, seorang yang mempunyai pribadi mulia yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
34. Salim, : budak yang dibebaskan dari Amir Abdi. Ia pengikut setia Imam Ali dari Basrah.
35. Sa’d bin Hars dan Abul Hatuf bin Hars Ansari :
Dua saudara kembar ini datang dari Kufah yang awalnya bergabung dengan pasukan musuh untuk memerangi Imam Husain. Belakangan, kedua meninggalkan barisan Yazid dan bergabung dengan pasukan Imam
36. Sa’d, budak yang dibebaskan oleh Imam Ali. : Setelah kesyahidan Imam Ali, ia tetap setia Hasan. Setelah kesyahidan Hasan, ia tetap setia kepada Imam Husain hingga kesyahidannya.
37. Sa’d, : budak yang dibebaskan oleh Amr bin Khalid : Ia memilih syahid demi kebenaran. Ia seorang pribadi mulia yang penuh kesetiaan.
38. Sayid bin Abdullah Hanafi :
Seorang pribadi mulia, pemberani, dan berpengaruh dari Kufah. Ia sangat membantu Muslim bin Aqil di Kufah, karena ia membawa surat Muslim dari Kufah kepada Imam Husain dan tetap bersama Imam sampai kesyahidannya. Dengan dadanya, ia menahan serangan anak-anak panah dari pasukan Yazid yang ditujukan kepada Imam Husain yang tengah shalat hingga ia syahid..
39. Salman bin Mazarih bin Qais Ammari al-Bijjili : Sepupu Zuhair al-Qain.
Ia pergi ke Mekah dengan Zuhair dan sepulang nya dari sana, ia memutuskan untuk bergabung dengan Imam Husain.
40. Sulaiman bin Razin,: budak yang dibebaskan Imam Husain. : Ia membawa surat Imam Husain kepada para pencinta Ahlulbait di Basrah. Ibn Ziyad, gubernur Basrah,menangkap nya dan akhirnya, pembantu setia Imam Husain ini syahid.
41. Sawar bin Manyim Nahmi : Ia mengembara ke seluruh Irak untuk bergabung dengan pasukan Imam Husain.
42. Suwaid bin Amr bin Abil Mataa Ammari al-Khasymi :
Ketika ia berperang, ia mengalami luka serius hingga pingsan. Para musuh mengira bahwa ia tewas, sehingga meninggalkannya. Tetapi ketika ia siuman dan mendengar kegembiraan pasukan Yazid karena Imam terbunuh, ia bangkit lagi dan berperang hingga mencapai kesyahidan.
43. Saif bin Hars al-Jabiri dan Malik : Dua sepupu ini dari Kufah bergabung dengan Imam hingga syahid.
44. Saif bin Malik Abdi al-Basri
45. Syabib. : Seorang budak yang sudah merdeka dan yang mengalami serangan pertama dari musuh.
46. Syuaib Syakiri
47. Zarghamah bin Malik Taghlabi
48. Aidh bin Majma al-Aazi : Ia termasuk salah seorang anggota pasukan Hurr yang bergabung dengan Imam
49. Abis bin Abi Syabib Syakiri
50. Amir bi Muslim : Bersama Salim, ia adalah pengikut setia Imam Ali dari Basrah.
51. Abbas bin Ali bin Abi Thalib, “Rembulan Bani Hasyim” : Kepahlawanan putra Ali dari Ummul Banin ini dalam mencarikan air buat kaum perempuan Bani Hasyim sangat legendaris. Dialah pembawa panji Imam Husain.
52. Abdullah bin Husain, atau dikenai Ali Asghar : Bayi enam bulan ini terbunuh di pangkuan ayahnya akibat sambaran anak panah pasukan musuh ketika sang Ayah meminta air kepada musuh.
53.Abdullah bin Hasan bin Ali : Putra kedua Hasan ini adalah seorang yang amat beliau kasihi yang keluar dari tenda demi menyelamatkan paman nya yang terluka. Apa lacur, musuh membunuh nya persis di depan Imam
54. Abdullah bin Busyr Khasyami : Seorang anggota pasukan Ibn Sa’d yang keluar untuk bergabung dengan Imam
55. Abdullah bin Umair Kalbi : Bersama istrinya, ia datang ke Kufah dari Madinah untuk bergabung dengan Imam. Saat suaminya syahid, istrinya duduk di depan tubuh suami nya seraya berkata, “Wahai Abdullah, engkau telah masuk surga, kini bawalah aku bersamamu.” Belum selesai ratapan nya, budak Syimir melayangkan kapaknya hingga akhir nya syahid.
56. Abdul Rahman dan Abdullah, putra Urwah bin Harraq al-Ghiffari
57. Abdullah bin Muslim bin Aqil
58. Abdullah bin Yaqtar Himyari
59. Abdul Qais Basri al-Abdi
60. Abdul ‘Ala bin Yazid al-Kalbi al-Alimi
61. Abdurrahman bin Abdul Rabb Ansari Khazriji
62. Abdurrahman bin Aqil bin Abi Thalib
63. Abdurrahman Arhabi
64. Abdurrahman bin Mas’ud at-Taimi
65. Utsman bin Ali bin Abi Thalib
Saudara Abbas, putra ketiga Ummul Banin.
66. Umar bin Janad Ansari
67. Ali Akbar, putra Imam Husain : Putra Imam yang berumur 18 tahun ini sangat menyerupai Nabi saw sehingga dijuluki Ahmad Tsani ( Muhammad Kedua ).
68. Umar bin Zabiah az-Zabiyi : Mantan anggota pasukan Ibnu Sa’d yang akhirnya bergabung dengan Imam Husain.
69. Amr bin Khalid Saidawi
70. Amr bin Abdullah Jundayi
71. Amr bin Qarta Ansari
72. Amr bin Hab Abu Tsamama al-Sai’di
73. Amr bin Hasan at-Tali
74. Aun dan Muhammad (putra Abdullah bin Jafar ath-Thayyar) :
Kedua anak Zainab binti Imam Ali ini masing-masing berumur 9 dan 10 tahun. Aun putra kandung Zainab, sementara Muhammad putra dari Khausah, istri lain dari suami Zainab Abdullah bin Jafar ath-Thayyar.
Zainab memohon kepada kakaknya, Imam Husain, untuk membebaskan mereka dari musuh. Tepat saat itu, pasukan musuh membunuh kedua bocah mulia di depan ibunya.
75. Qarib
76. Qasim bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib : Ketika Qasim berusia 14 tahun meminta izin untuk pergi, dilaporkan bahwa Imam Husain ingat akan keinginan saudaranya, Hasan, bahwa salah seorang putrinya akan dinikahi Qasim.
Pada saat yang sama, Qasim maju ke hadapan Imam as membawa catatan tertutup, yang ditulis untuknya oleh ayahnya, Imam Hasan, untuk dibuka dalam situasi yang paling sulit. Isi surat itu berbunyi:
"Putraku, Qasim, ketika pamanmu, Husain, diserang oleh musuh-musuhnya dari segala arah dan ketika setiap pecinta hakiki Allah dan Nabi menyerahkan hidupnya, demi membela kebenaran, "kau korbankan dirimu atas namaku !".
77. Qasim bin Habib al-Azdi
78. Qasits, Kardus, Musqith, tiga putra Zuhair at-Taghlabi
79. Qanab an-Namri
80. Qais bin Musyir as-Saidawi
81. Kannah at-Taghlabi
82. Majma al-Jahni : Ia pria lanjut usia yang setia membela Imam Husain hingga syahid.
83. Muslim bin Aqil : Wakil Imam Husain di Kufah, tempat ia terbunuh dan syahid.
84. Muslim bin Awsaja al-Asadi. : Veteran tua ini sangat setia kepada Imam meskipun Imam Husein membolehkan pasukannya untuk mengambil jalan sendiri pada malam Asyura.
85. Muslim bin Katsir al-Awaj al-Azdi
86. Mas’ud bin Hajjaj Taimi dan putranya, Abdurrahman bin Mas’ud
87. Muhammad bin Abdullah bin Jafar
Putra bungsu Abdullah bin Jafar ath-Thayyar dari ibu bernama Khausa.
88. Muhammad bin Muslim bin Aqil
89. Muhammad bin Abi Said bin Aqil : Cucu Muslim bin Aqil.
90. Munjeh, budak yang dibebaskan Imam Hasan.
91. Mauq bin Tsamamah Asadi Saidawi Abu Musa
92. Nafebin Hilal Jamali : Sahabat setia Ali, penghapal al-Quran dan hadis ini setia mendampingi Abbas bin Ali bin Abi Thalib.
93. Nasr bin Naizar : Budak yang dibebaskan Imam Ali.
94. Wazeh. : Budak Turki yang dibebaskan Hars Masyaji.
95. Hani bin Urwah : Dibunuh bersama Muslim bin Aqil di Kufah.
96. Yazid bin Ziyad Muhasir
97. Yazid bin Maghful Jafi, sahabat setia Imam Ali , dan akhirnya
98. Husain bin Ali, penghulu para syahid.
Mengapa ini bisa terjadi ?
Inilah bukti betapa hebatnya akibat sebuah fitnah dan propaganda.
Kaum Muslim saat itu percaya bahwa Ali bin Abi Thalib dan Keturunannya telah kafir. murtad, dan keluar dari Islam. Ali dan pengikutnya di sebut "Syiah " oleh bani Umayyah.
Stigma yang masih bertahan hingga hari ini.
Sehingga mereka menganggap darah Ahl Baith Nabi ini, halal ditumpahkan.
Husein putra Zahra keturunan Ali,
disebut "Sayyidus Syuhada " Penghulu Para Syuhada.
Mungkinkah gelar ini disematkan kepada orang
yang terbunuh dalam keadaan murtad dan kafir ?
Bagaimana dengan Keturunan Husein ini berikutnya ?
Mari Kita Berfikir sejenak !!