Kalian ada, Karena Kami ada
Bagian Pertama
By : SAY Qadrie
Sorotan Rangkuman
Jembatan Gantung Segeram
"Kami hanya tulang belulang di "Segeram "
( Jeritan makam keramat 7 Segeram )
Pengantar
Dusun Segeram, Bunguran Barat, Natuna, nyaris hampir punah ditinggalkan para penghuninya. Setiap tahunnya, setidaknya dua kepala keluarga meninggalkan dusun yang berada di wilayah tertinggal, terdepan terluar, itu.
"Ibarat seperti anak tiri. Kalau ada nasi basi, baru kami di kasih, malah kadang tidak sama sekali," kata Syahrul Nizam, salah seorang warga Segeram, Kabupaten Natuna, Senin, 23 September 2019, tiga tahun silam
Tak seberuntung sekian banyak wilayah di sekitarnya tak membuat pesona Kampung Tua Segeram luntur. Tersembunyi di hilir Sungai Segeram, kawasan ini, menyimpan potensi wisata.
Kampung Segeram terletak di Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Natuna merupakan pulau terdepan Indonesia yang berjarak 542 kilometer dari Tanjung Pinang, ibu kota Kepulauan Riau.
Syukurlah, Bak tak ingin menjadi Malin Kundang,
*Natuna kembali menyegarkan dan menegaskan ingatannya pada Segeram sebagai titik kelahiran Natuna. Pengembangan Segeram sebagai kampung wisata tak boleh sekadar janji belaka agar potensi nilai sejarah dan kekayaan alamnya tidak terkubur selamanya*.
Bangsa yang besar, adalah bangsa yang tak pernah melupakan sejarahnya. "Jangan sekali - kali melupakan Sejarah" pesan Bung Karno sang Proklamator, beliau biasa menyebutnya dengan "Jasmerah"
I. Segeram dalam sorotan
Kata Mereka :
Kata, Wijaya :, tentang Segeram
" Segeram harus hidup. Meski adat dan budaya Melayu sudah hilang, hal itu dapat digali, ditumbuhkan lagi dengan kajian akademis dan keterlibatan sejarawan, antropolg dan sosiolog. Hal ini memungkinkan jika nantinya Segeram menjadi kampung adat. "Tapak sejarah Natuna lah yang jadi alasan dibuatnya kampung adat," ujarnya. ( Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Komunikasi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial PGRI )
Kata , Heru Diwan Arpas :
"Ini kampung tertua, kampung sejarah Natuna," "Di sini dulu ada tarian Melayu tapi sekarang hilang. Baju adat hilang, karena baju biasa yang di luar sudah mulai masuk, jadi berkurang,
" Segeram memiliki 7 lokasi makam bersejarah nan unik. Tak ada duanya di Natuna, katanya. Makam itu bernisankan batu karang putih berpori-pori, diukir sedalam 5 cm membentuk pola.
"Makam itu sejarah yang terlupakan. Sekarang kami mau coba bangkitkan kembali sejarah itu bahwa Natuna punya sejarah yang dimulai dari Segeram," katanya. ( Alumni Universitas Maritim Raja Ali Haji, penggiat literasi Segeram )
Kata , H. Umar Natuna, S.Ag, M.Pd.I,
Penulis Kampung Segeram Dalam Arus Sejarah Natuna, Meneroka Asa dan Rasa Masyarakat Segeram
"Dalam perspektif sejarah dan cerita lisan masyarakat Natuna, Segeram adalah pusat pemerintahan Melayu pertama di Natuna, islamisasi dan bandar. Ia merupakan pusat keramaian (bandar) dan berbagai kegiatan literasi (pendidikan) dan aktivitas perhubungan dengan berbagai kawasan, seperti Johor, Fatani, Campa, Terangganu dan bahkan Cina.
Perkembangan masyarakat maju pesat, selain berasal dari Johor, Fatani, Campa masyarakat Segeram juga berasal dari berbagai tempat atau daerah; ada yang berasal Daik Lingga, Banjar, Kalimantan dan juga Suku Laut. (Wawancara Syamsudin)
II. Segeram dalam lintasan sejarah
Meski belum dapat dipastikan kapan dan tahun berapa tepatnya, Segeram mulai berpenghuni, akan tetapi tak ada salahnya kita mencoba merekonstruksi sejarah Segeram dari literatur yang ada, oral history, cerita turun temurun dari zaman ke zaman, serta berbagai bukti peninggalan yang ada di segeram hingga saat ini.
Dengan ditemukannya pecahan keramik tua, sendok, dan peralatan lainya, serta senjata berupa keris, peluru senapan, meriam, dan bola meriam, membuktikan bahwa Segeram dulunya dihuni oleh manusia. Kepingan - kepingan mozaik sejarah dan peradaban ini, dapat kita jadikan modal, untuk merekonstruksi sejarah Segeram pada masa lampau.
Bisa jadi karena mereka masyarakat pesisir,
Para pelaut, dan pelayar , dalam istilah umum dikenal, masyarakat Non Agraris, bukan petani, atau pedagang menetap, sebagaimana ditemukan di Pulau Jawa, dll, sehingga tidak banyak ditemukan bangunan tua, Istana, rumah permanent, di Segeram.
Akan tetapi, ini bisa dikaitkan dengan beberapa peradaban Melayu, khususnya di daerah Ketapang Kalimantan Barat, misalnya. Sisa - sisa kerajaan Simpang Matan, yang bisa ditemukan hari ini hanya berupa tiang -tiang kayu ulin, ( Belian ) yang masih ada dan berdiri disana.
Bangunan zaman dulu dalam peradaban Melayu memang banyak menggunakan bahan kayu.
Tidak hanya di Matan, model bangunan kayu dengan rumah panggung ini juga ditemukan di Sulawesi Selatan, Padang Sumatra, Tanah Melayu, Malaysia Barat sekarang. Sebagian besar pulau Kalimantan Barat,Tengah,Timur, Utara dan Selatan juga menggunakan model rumah panggung ini.
Kayu juga digunakan pada penanda makam nisan, bangunan istana, selain rumah, gerbang kota, jembatan disepanjang Sungai Kapuas contohnya, juga menggunakan kayu.
Dan banyak lagi bukti, bahwa sebagian besar peradaban Melayu, menggunakan kayu dalam kehidupan masyarakat mereka.
Sebagaimana makam Sayyid Husein di Mempawah ( wafat tahun 1763 M ) dan makam Sultan Abdurrahman di Batulayang, ( Wafat 1808 M ) kedua nya terbuat dari kayu ulin, kayu besi, kayu belian:
yang masih bertahan hingga saat ini 2022, berusia 259 tahun, dan 214 tahun sekarang.
Dan karena peradaban mereka dibuat dari kayu itulah:,
Karena tidak dipelihara, tidak terawat, terbengkalai, bangunan mereka kemudian menjadi lapuk, hancur, roboh. Akhirnya tumbang dan terkubur dalam tanah.
Teori ini dapat dibuktikan dengan penggalian arkeologis disekitar lokasi yang diduga terdapat sisa -sisa peradaban di Segeram.
Hal ini memungkinkan,:
Karena terbukti team arkeologis yang melakukan penggalian disekitar gunung "Ararat " berhasil menemukan sisa - sisa perahu Nabi Nuh, yang usianya sudah ribuan tahun tertimbun dibawah tanah.
Mengingat letak Segeram yang sangat strategis,
Memang masuk akal sejak zaman perdagangan laut negri China, yang dikenal sebagai jalur sutra, Segeram kemungkinan sering disinggahi perahu layar untuk sekedar mencari air tawar, melepas penat, berlindung dari badai, atau dijadikan tempat memperbaiki layar, dan memperbaiki perahu yang mungkin rusak, bocor, dsb, dalam pelayaran mereka menuju Sumatra, Aceh, Palembang, Tanah Melayu. dll
Ketika bangsa eropa masuk ke Nusantara:,
Bangsa Portugis misalnya, pertama kali mendarat di daerah Malaka pada tahun 1511 M. Dan menghancurkan Melaka hingga luluh lantak
Kemudian, bangsa Barat yang tiba di Indonesia selanjutnya adalah Spanyol tepatnya di Tidore, Maluku pada tahun 1521 M.
Lalu, disusul oleh Bangsa VOC Belanda di Pelabuhan Banten pada tahun 1596.
Kemungkinan tempat ini juga sering disinggahi, dalam pelayaran mereka ke Melaka, Kedah, Pahang, Trengganu, Vietnam, dsk, dalam upaya mereka mencari rempah - rempah di Nusantara, mengingat : lokasi Segeram khususnya, dan Natuna umumnya, sangat strategis tadi.
Mungkin perlu kiranya dibentuk team terpadu dengan melibatkan ahli Sejarah, Arkeolog, pemangku kepentingan, ahli purbakala, dsb, untuk merekonstruksi sejarah Segeram ini, nantinya.
III. Segeram dan pesan Ghaib
Dizaman sekarang ini, memang tidak banyak lagi, mereka yang percaya tahayul, khurapat, hal mistis dan ghaib. Dunia modern membuat kita melupakan diri sendiri, bahwa kita "hidup" dari hal ghaib bernama "Ruh" Soul istilah keren nya,
Padahal Jika hal ghaib itu berpisah dengan kita, maka kita manusia tidak lagi dikatakan sebagai "Hidup" tapi disebut "Mati"
Meski sudah tak lagi memilki jasad, meski berpisah dengan jasad, meski dianggap "Mati" akan tetapi sebenarnya kehidupan "Ruh" terus berlanjut.
Bukankah Quran dengan jelas menegaskan :
"Jangan kalian menyangka bahwa mereka yang "Syahid" itu Mati.
Sesungguhnya mereka Hidup, dan mendapat riski di sisi Tuhan nya"
Hanya saja kalian tidak melihat mereka.
"Syahid " artinya :" Bersaksi " bukan "Mati"
Memuliakan Ruh dengan cara
Memuliakan tempat jasad nya disemayamkan.
Dan karena mereka sudah tak lagi dibatasi ruang, tempat dan waktu, serta jarak, mereka sebetulnya masih dapat menyampaikan pesan, dan berkomunikasi dengan kita, manusia yang hidup :
Dalam bentuk mimpi, isarah, pertanda alam, cuaca, dsb.
Berdasarkan pengalaman batin masing - masing orang, yang mungkin berbeda
RUH memang tak lagi memilki bentuk :, akan tetapi mereka masih memiliki "Kemampuan dan Kekuatan" - Percaya tidak percaya, Ruh ada disekitar kita.-
Sebagaimana kita percaya tidak percaya,
Malaikat dan Setan ada disekitar kita.
Memuliakan Ruh dengan membacakan ayat - ayat Allah, dan diniatkan di sedekahkan untuk mereka. Do"a adalah hadiah gaib bagi mereka yang dikirimkan oleh kita, manusia yang masih hidup.
Bukankah doa seorang anak,
Sampai kepada orang tua mereka yang sudah wafat ?
Dan do"a orang tua,terutama Ibu, sangat mujarab untuk anak-anak nya?
Selain do"a disebutkan juga sedekah, kurban, amal jariah, bahkan haji yang diniatkan untuk orang yang sudah wafat - akan terus mengalir dan mereka nikmati di "alam sana.
Hanya agama "Shinto" yang tidak mengenal konsep "Ruh" sementara semua agama yang ada di bumi manusia saat ini, baik itu agama Samawi ( agama Langit ) maupun agama manusia,( agama Bumi ) mengenal tentang "RUH"
Seperti yang disampaikan warga Segeram:
"Muhamad Sidik",
"Bahwa istrinya mendapat mimpi untuk menjaga dan membersihkan kuburan kuno tersebut ".
Mimpi merupakan salah satu cara komunikasi gaib,
yang sulit diterima nalar manusia modern.
Akan tetapi, ada juga mimpi yang merupakan isyarah,
Ingat kisah Nabi Yusuf dalam Qur"an?
Ketika 11 bintang, bulan dan matahari bersujud dihadapan nya?
Atau mimpi "Nabi Ibrahim, menyembelih Nabi Ismail "?
Mimpi Amenhotep IV ( Akhetaten / Akhnatun) Firaun Mesir kuno,:
Tentang 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus? dan 7 tangkai gandum subur berubah menjadi 7 tangkai gandum kering? ( Kisah Nabi Yusuf )
Mimpi ini kemudian ditafsirkan oleh Nabi Yusuf,:
"Bahwa negeri Mesir akan mengalami 7 tahun masa subur , dan 7 tahun masa paceklik. Kemarau panjang itu dapat dilewati bangsa Mesir, ( tentu saja atas kehendak Allah), karena bimbingan Nabi Yusuf, yang kemudian ditunjuk Amenhotep.IV menjadi Bendahara kerajaan Mesir saat itu.
“Sudah dua kali istri saya mendapat mimpi, maka kami pun warga sepakat untuk membersihkan kuburan kuno ini,” ucapnya,
Rabu (1/2). Portal : ( Metro Kepri.com @ 2015 - 2022 )
Keberadaan tujuh makam kuno tersebut, kini telah dibersihkan oleh masyarakat Segeram. Hal itu, atas ada nya salah satu masyarakat mendapat mimpi dan menyuruh agar kuburan tersebut dijaga dan dibersihkan.
Pesan Gaib
yang mereka ingin sampaikan
adalah,:
Kalian ada, karena kami ada !
Jangan lupakan Kami,
Meski hanya tulang belulang,
Kami ingin dimuliakan,
Kami ingin dikenang,
Kami ingin melihat
Anak cucu kami
Datang menziarahi
Kami rindu Kalian, !!
III. Segeram dan makam keramat 7 ( tujuh )
Dalam catatan dokumen tua Kesultanan Pontianak, ber angka tahun 1857 M, dengan kode dokumen : NanGq 1857 ditulis oleh Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, 1840 M, dilanjutkan oleh Pangeran Bendahara Syarif Ja"far bin Sultan Hamid.I, ( bertahta 1855 - 1872 M) bin Sultan Osman, bin Sultan Abdurahman, bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah,
ditemukan :
Bahwa pada tahun 1779 Masehi ,
Keluarga Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Mempawah, hijrah dari Banjar ke Pulau Tujuh bersama istri kedua nya, Syarifah Aminah binti Abdullah Alidros asal Trengganu, berikut anak, menantu, sepupu, dan kaum kerabatnya ,ikut serta dalam konvoi perahu layar dari Banjar ke Segara, yang sekarang dikenal sebagai Segeram Natuna Pulau Tujuh.
Dan, ketika Pangeran Ali Alidrus dalam perjalanan beliau bersama keluarga AlKadri serta berdirinya kesultanan Sabamban Banjar 17 Agustus 1787 M, sekarang Kalsel, Keluarga ini ikut mengantarkan bertolak dari Pontianak ke Banjar saat itu. Dimana diperkirakan mereka sudah menetap di Pulau Tujuh selama sekitar 8 tahun, 1779 - 1787 M.
Sultan Pangeran Ali Alidrus bin Sultan Abdurahman Alidrus ,
Ibunda Ali Alidrus adalah Syarifah Fatimah binti Sultan Abdurrahman Alkadrie dari istri Utien Candra MIDI binti Opu Daeng Manambong (Syech Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah) Aden adalah salah satu nama kampung di Yaman
Ali Alidrus yang saat itu sempat terjadi salah faham dengan keluarga beliau dalam keluarga Kesultanan Kubu, atau ada hal lain, kemudian memutuskan untuk hijrah.
Ketika berangkat ikut serta bersama :
1. Abdullah alqadri bin Abu bakar bin Sayyid Husein, anak pertama dari istri pertama Sayyid Abubakar bernama Aluyah binti Abdul Tatong Sambe ( Makam di Lombok )
2. Ibrahim bin abu bakar bin Sayyid Husein, anak pertama dari istri kedua Sayyid Abubakar bernama Inche Minah,, Syarifah Aminah Alidroos asalaTrengganu ( Makam Kpg.Segeram )
3. Abdurrahman bin abu bakar bin Sayyid Husein ibu nya Syarifah Aminah Alidros ( Makam Kpg. Segeram )
4. dan Jamalullail bin abu bakar bin Sayyid Husein putra dari Syarifah Aminah Alidros (Makam Kpg. Segeram )
Sementara Ali Alidrus menetap di Sabamban Banjarmasin Kalimantan selatan, Abdullah nantinya menetap di Lombok dan :
Ibrahim, Jamalullail serta Abdurahman dan Yusuf menetap di kepulauan Natuna dalam dokumen NanGq 1857 di sebut pulau Segara / Segeram
Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram
Sebutan Panglima Hitam karena beliau pelaut yang unggul sehingga terik nya panas di lautan Natuna membuat badan beliau menjadi sedikit gelap,
Selain itu juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena samurai beliau berwana hitam pekat dan juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena paku beton yang di tancapkan pada ketika pertama mendarat di Segeram di usia sekitar 6 tahun dulu, - berkarat hitam,
Makam beliau terbuat dari karang laut diukir.
Tidak mengherankan jika ada marga Alidrus berada di Segara/Segeram, ada kemungkinan saudara Ali Alidrus atau keturunan dari Ali alidrus raja Sabamban dari Banjarmasin, menyusul atau ikut bersama mereka ke Natuna.
Karena istri Panglima Hitam Paku Alam adalah putri dari Pangeran Ali Alidrus Sabamban bernama : Syarifah Fatimah Alidrus. Diperkirakan dinikahi di Banjar kemudian dibawa ke Segeram hingga wafatnya.
Syarifah Fatimah Alidrus melahirkan keturunan, diantaranya :
1.Syarif Sirajudiensyah bin Ibrahim , kemudian menetap di Banjar hingga wafat
2. Syarif Muhammad Nasir bin Ibrahim, menetap di Banjar hingga wafat
3. Syarif Mustafa bin Ibrahim, menikahi Dayang Masgi, menetap di Serasan
Dokumen ini cukup kuat untuk dijadikan bahan data sejarah, merunut asal mula peradaban di Segeram khusus nya, dan Kabupaten Natuna, umum nya.
Dari pihak pemegang amanah Kesultanan Pontianak - ( Karena dokumen ini diwariskan turun temurun dari ayah ke anak, ke cucu, dst jadi disebut pemegang amanah ) - Menyatakan, siap diundang ke Natuna, dan siap mem- Presentasi- kan untuk membuktikan kebenaran klaim, bahwa 4 nama dari leluhur Al Qadri Pontianak, dimakamkan di Segeram.
Bisa jadi mereka merupakan bagian, dari 7 makam keramat Segeram itu.
Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram 1773 - 1857 M, bin Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama ( 1735 - 1814 M) adalah saudara satu ayah dengan Sultan Abdurrahman dari Kesultanan Pontianak ( berdiri 1778 M ),: - Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, -
Beliau , Sayyid Ibrahim, keponakan Sultan Abdurrahman Pontianak
Sayyid Ibrahim tercatat wafat pada tahun : 1857 M, dimakamkan di Segara / Segeram, bersama ke tiga saudaranya yaitu :
1.Sayyid Jamalullail bin Sayyid Abubakar Bin Sayyid Husein Al Kadri, dan
2.Sayyid Abdurrahman bin Sayyid Abubakar, serta
3. Sayyid Yusuf bin Sayyid Abubakar
Mereka ber 4 adalah keponakan dari "Sultan Abdurrahman",-
Putra dari Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama , 1778 M - Beliau dilantik oleh Sultan Abdurrahman pada tahun : 1778 M (1192 H) tepatnya tanggal 23 Syaban hari Jum"at, hari ke 5 setelah penobatan Abdurrahman menjadi Sultan - Akan tetapi Beliau kemudian : mengundurkan diri pada 5 Juli 1779 M, karena tidak sepakat menerima kerjasaman dengan Belanda.
Sayyid Abubakar, merupakan saudara satu ayah Sultan Abdurrahman.
Pada 1771 M, bersama - sama mereka merimba hutan dan mendirikan Kesultanan Pontianak. - Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H) tanggal 18 Syaban hari Senin, -
Dan 4 orang ini merupakan cucu dari Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, Mufti Kerajaan Mempawah, dan Kadhi dari Kesultanan Matan Tanjungpura ( wafat 19 Maret 1763 M. Makam Mempawah, Kalimantan Barat. 60 km dari Kota Pontianak ).
Mereka ber - 4, :
Lahir zaman kekuasaan Sultan Abdurrahman, 30 tahun bertahta
Hidup se zaman dengan masa pemerintahan :
Sultan Syarif Kasim Al Kadri ( 1808 - 1819 M ), - 11 tahun
Sultan Syarif Usman Al Kadri ( 1819- 1855 M ) - 36 tahun, dan
Sultan Syarif Hamid.I. Al Kadri ( 1855 - 1872 M )- 17 tahun.
Jika di akumulasikan masa pemerintahan 4 sultan ini mencapai angka: 94 tahun.
Ketika Sultan Syarif Kasem Naik Tahta,( 1808 M )
- Usia Panglima Hitam Paku Alam Segeram, Syarif Ibrahim: 35 tahun.
Dan beliau wafat dimasa pemerintahan Sultan Syarif Hamid.I. di tahun ke dua, atau Pada 1857 M, di usia 84 tahun. (1773 -1857 M)
Kalian ada, karena kami ada !
Jangan lupakan Kami,
Meski hanya tulang belulang,
Kami ingin dimuliakan,
Kami ingin dikenang,
Kami ingin melihat
Anak cucu kami
Datang menziarahi
Kami rindu kalian,!!
---------------
Sumber Primer :
Catatan dokumen tua Kesultanan Pontianak, ber angka tahun 1857 M, dengan kode dokumen : NanGq 1857 ditulis oleh Pangeran Bendahara Syarif Ja"far bin Sultan Hamid.I, Sultan Pontianak ke IV. ( bertahta 1855 - 1872 M) bin Sultan Osman, bin Sultan Abdurrahman, bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
======
Literarur dan Referensi :
https://dunia.tempo.co/read/1576603/duta-besar-amerika-serikat-lawatan-ke-batam-dan-natuna
https://www.kompas.id/baca/utama/2019/09/30/kala-natuna-kembali-mengingat-segeram-sebagai-rahimnya
https://detak.media/2021/10/06/kisah-pilu-dibalik-kampung-tua-segeram-kabupaten-natuna/
https://jybmedia.com/2021/08/16/kampung-segeram-terkandung-sejarah-yang-belum-terlahirkan/
https://www.metrokepri.com/tujuh-makam-kuno-ditemukan-di-kampung-segeram/
https://keratonpalembang.com/profil-sultan-iskandar-mahmud-badaruddin/
https://www.kompas.id/baca/utama/2019/09/30/kala-natuna-kembali-mengingat-segeram-sebagai-rahimnya
https://kepri.antaranews.com/berita/41584/sujud-syukur-warga-kampung-segeram
https://id.berita.yahoo.com/kisah-kampung-tua-yang-sekarat-180012045.html