Minggu, 24 Oktober 2021

Surat dan Stempel Sultan Pontianak

 By SAY Qadrie : Pustaka Sejarah

Stempel Sultan Abdurrahman : 1778 - 1808 M


Surat dan Stempel Kerajaan Melayu dari Pontianak

I. Masa Sultan Abdurrahman Ibni Habib Husein 

  Hingga hari ini baru ditemukan 1 buah surat dengan 2 halaman  dari Paduka Yang Mulia Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadri , seperti berikut :




Bertanggal : Desember 1789, dan telah diterima di Betawi pada 15 Januari 1790 oleh Gabenor Jeneral Hindia Timur Belanda iaitu Willem Arnold Alting (1724-1800). 

Warkah surat Bahasa Melayu berusia 232 tahun ini, antara lain, mengandung laporan tentang usaha Sultan Pontianak I dalam menangani pemberontakan yang ketika itu sedang menyebar ke pedalaman Pontianak. 

Cap Mohor Sultan Pontianak I  berbentuk bulat dan mengandung gabungan huruf Rumi dan Jawi.  Ini berbeza dengan Cap Mohor Sultan Pontianak yang diketahui pengkaji sejarah sebelum ini iaitu berbentuk segi lapan (octagon) dan keseluruhannya ditulis dalam tulisan Jawi. 

Selain itu, ianya juga jelas menunjukkan tahun pertabalan Sultan Pontianak I iaitu pada tahun 1192H (1778/79). Tahun pertabalan dalam huruf Jawi diukir dalam tahun Hijrah iaitu " ١ ١ ۹ ۲ ".  

Penggunaan simbol berjabat tangan di dalam Cap Mohor Sultan Pontianak I yang tidak diteruskan oleh Sultan-Sultan berikutnya juga amat menarik dan perlu dikaji dengan lebih lanjut. 

Bukti terima surat di Batavia 


II. Masa Sultan Syarif Kasim Ibni Sultan Abdurrahman 

Pada bulan Desember 1810, Thomas Stamford Raffles (1781-1826) tiba di Melaka. Ia menyandang gelar 'Agen Gubernur Jenderal untuk Negara-Negara Melayu', yang dipercayakan dengan misi rahasia oleh Lord Minto, Gubernur Jenderal Benggala, untuk mempersiapkan invasi Inggris ke Jawa, yang pada waktu itu dipegang oleh Prancis-Belanda. pasukan yang setia kepada Napoleon. 

Raffles segera mulai menulis surat diplomatik ke negara-negara tetangga Melayu, meminta dukungan, baik secara moral maupun praktis, untuk kampanye Inggris yang akan datang. Sekitar 120 surat Melayu asli yang dikirim sebagai balasan kepada Raffles dari periode ini telah disimpan dalam Koleksi Keluarga Raffles (MSS Eur D 742/1).

 Semua huruf Melayu ini sekarang telah didigitalkan, dan juga telah diterbitkan dengan teks Melayu lengkap disertai dengan terjemahan bahasa Inggris oleh Ahmat Adam (2009).

Secara alami beberapa penguasa Melayu lebih cenderung membantu daripada yang lain, tanggapan dibentuk oleh berbagai pertimbangan, yang mencerminkan strategi dan kepentingan politik lokal. Sebuah korespondensi yang sangat ramah terjadi antara Raffles dan Sultan Syarif Kasim (1766-1819), yang pada tahun 1808 telah berhasil sebagai penguasa kedua Pontianak (sekarang di provinsi Kalimantan Barat Indonesia). 

Hikayat Raja Haji Fisabilillah Bin Opu Daeng  Celak 
Engku Kelana
Duta Persahabatan Sultan Johor 
Sultan Mahmud Shah.III. 

Sebagaimana telah ditekankan oleh sejarawan Mary Somers Heidhues, baik Sultan Syarif Kasim maupun ayahnya Sultan Syarif Abdul Rahman, pendiri Pontianak, 'menggunakan, dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh beberapa rekan mereka, hubungan pribadi mereka dengan orang Barat untuk memanipulasi mereka dan juga menahan mereka dari jauh' (Heidhues 1998: 276). Ketangkasan ini terlihat dalam empat huruf Melayu asli dari Kasim hingga Raffles, paling tidak dalam iluminasinya yang indah.

 Tiga surat bertanggal dari awal tahun 1811, ketika Raffles bermarkas di Melaka, dan satu dari tahun 1814, ketika ekspedisi Inggris telah berhasil dilakukan, dan Raffles dilantik sebagai Letnan Gubernur Jawa. Dalam surat-surat awal Kasim mencari dukungan Inggris terhadap tetangganya sultan Sambas, menekankan keterlibatan Sambas dalam penyitaan kapal Inggris, Perdagangan, dan pembunuhan awaknya, sementara dalam surat tahun 1814 Kasim melaporkan bahwa semuanya sekarang tenang di sekitar Sambas dan laut aman dari pembajakan.

 Kasim juga paling peduli untuk menanggapi setiap permintaan yang mungkin dibuat Raffles untuk barang langka, dan dengan satu surat dia mengirim sepasang orangutan. Dalam surat panjang yang ditunjukkan di bawah ini ia menyebutkan bahwa ia mengirimkan dua naskah Melayu yang diminta oleh Raffles – sebuah naskah hukum, Undang-undang, dan Hikayat Iskandar Zulkarnain – serta sebuah tombak emas.

Surat Sultan Syarif Kasim dari Pontianak 
kepada Thomas Stamford Raffles di Melaka, 
20 Muharam 1226 (14 Februari 1811). 
Perpustakaan Inggris, MSS Eur D 742/1, f. 33a.

Surat Sultan Syarif Kasim Pontianak untuk T.S. Raffles di Batavia, 
Jawa, 15 Safar 1229 (6 Februari 1814). 
Perpustakaan Inggris, MSS Eur E 378/1.


Seperti dapat dilihat dari dua surat di atas, huruf-huruf kerajaan Melayu dari Pontianak kadang-kadang diterangi dengan indah, dengan pola emas yang dicap dengan tangan di atas kertas watermark buatan Eropa.

 Keempat surat tersebut memuat stempel kedaulatan Sultan Syarif Kasim, dengan tulisan panjang dalam bahasa Arab: al-wāthiq billāh al-Khāliq al-Bārī wa-huwa 'abduka al-Sulṭān al-Sayyid al-Sharīf Qāsim ibn al-marḥūm al-Sulṭān al -Sayyid al-Sharīf 'Abd al-Raḥman ibn al- marḥūm al-Ḥabīb Husayn al-Qadrī // 

Yā Budūḥ Yā Maḥḍār Yā āfīẓ Y[ā] afīẓ Yā Kāfī Yā Muḥīt Ma'rūf al-Karkhī,

 'Dia yang mempercayai Tuhan, Pencipta, Pencipta, dan dia adalah hamba-Mu, Sultan Sayid Syarif Kasim, putra almarhum Sultan Sayid Syarif Abdul Rahman, putra almarhum Habib Husain al-Kadri // O Buduh! Wahai Kehadiran! Wahai Penjaga! O Semua Menjaga Satu! Wahai Yang Cukup! Wahai Yang Maha Memahami! Ma'ruf al-Karkhi'.


Stempel Sultan Syarif Kasim, dari surat kepada Raffles, 
16 Safar 1226 (12 Maret 1811).
 Perpustakaan Inggris, MSS Eur D 742/1, f.32 (detail)


Di tengah segel tertera nama dan gelar Sultan Syarif Kasim beserta nama dan gelar ayah dan kakeknya, sedangkan di pinggirnya terdapat prasasti agama yang berisi seruan kepada Tuhan, disapa dengan pilihan 'Nama-Nama Indah'-Nya (al-āsmā' al -ḥusna). 

Prasasti perbatasan tidak mudah diuraikan, karena kata-katanya ditulis dalam 'huruf putus-putus', yang sebenarnya merupakan alat jimat yang sering ditemukan dalam manuskrip Islam yang diyakini memperkuat kekuatan kata-kata yang diperlakukan demikian. 

Unsur-unsur tertentu dari prasasti perbatasan lebih jelas bersifat jimat: Ma'rūf al-Karkh (w. 800) adalah seorang sufi yang tinggal di Baghdad, yang namanya sering disebut untuk perlindungan dalam huruf dan stempel Melayu, sementara Bud adalah kata jimat buatan yang berasal dari kotak ajaib. 

Prasasti perbatasan ini dan segel berbentuk berlian segi delapan yang ikonik diperkenalkan oleh ayah Kasim, Abdul Rahman, yang mendirikan Pontianak pada tahun 1772, dan semua segel kedaulatan sultan Pontianak berikutnya, hingga akhir abad ke-19, menunjukkan ciri-ciri khas ini.

Stempel Sultan Syarif Kasim juga terkenal karena kaligrafinya yang bagus, dengan huruf-huruf tertentu (seperti yā' dari Bār dan pengikat lām-sn dari al-Sulṭān) secara dramatis diperluas untuk 'mendukung' garis-garis prasasti. 'Garis surat yang diperpanjang' ini adalah ciri khas beberapa anjing laut dari Pontianak dan Mempawah yang berdekatan. 

Dalam dua stempel Kasim sebelumnya, dari masanya sebagai putra mahkota Pontianak dan penguasa (Panembahan) tetangga Mempawah, prasasti-prasasti itu tampak ditempatkan pada garis-garis yang diperintah. Namun, pemeriksaan yang cermat mengungkapkan bahwa garis-garis lurus itu sebenarnya adalah huruf-huruf bergaya, yang ditunjukkan dengan tanda bintang dalam pembacaan prasasti yang diberikan di bawah ini.

Dari surat kepada Gubernur Jenderal Belanda di Batavia, 
25 Zulkaidah 1207 (4 Juli 1793). 
Perpustakaan Universitas Leiden, Cod.Or.2239.I.14.

Stempel Syarif Kasim sebagai penguasa Mempawah, tertulis: al-wāthiq billāh al-Malik al-Bārī* Panembahan Sharīf Qāsim m bin al-Sulṭān* Sharīf 'Abd al-Raḥman al-Qadrī*, 'Ia yang percaya pada Tuhan, Sang Raja, Sang Pencipta, Panembahan Syarif Kasim, putra Sultan Abdul Rahman al-Kadri'. 


Dari sepucuk surat dari para pemimpin Mempawah kepada Gubernur Jenderal Belanda di Batavia, 1 Rabiulawal 1204 (19 November 1789). Perpustakaan Universitas Leiden, Cod.Or.2239.I.4.

Stempel Syarif Kasim sebagai penguasa Mempawah, bertuliskan al-wāthiq bi-'ināyat Allāh al-Malik al-Bārī* Pangiran* Sharīf Qāsim bin al-Sulṭān* Sharīf 'Abd al-Raḥman al-Qadrī*, 'Dia yang bertawakal pada nikmat Allah, Sang Raja, Sang Pencipta, Pangiran Syarif Kasim, putra Sultan Abdul Rahman al-Kadri'. 


III. Surat yang sudah ditemukan hingga saat ini : 

Berbalik kepada warkah Sultan Pontianak I, setakat yang dikenal pasti oleh pengkaji sejarah, bilangan warkah Sultan Pontianak adalah 11 pucuk warkah sosial yang disenaraikan seperti berikut:-

 

1. Warkah Sultan Syarif Kassim Alkadrie (Sultan Pontianak II) kepada T.S. Raffles (14 Februari 1811). (Gallop, 1994:32);


2. Warkah Sultan Syarif Kassim Alkadrie (Sultan Pontianak II) kepada T.S. Raffles (12 March 1811). (Gallop, 1994:144);


3. Warkah Sultan Syarif Kassim Alkadrie (Sultan Pontianak II) kepada T.S. Raffles (22 March 1811). (Gallop, 1994:79);


4. Warkah Sultan Syarif Kassim Alkadrie (Sultan Pontianak II) kepada T.S. Raffles (1811) Perpustakaan Negara Malaysia (Ab. Karim,1998);


5. Warkah Sultan Syarif Usman Alkadrie (Sultan Pontianak III) kepada GJ A.G.P. Baron van der Capellen, 16 Ramadan 1238 H (27 Mei 1823). (Mu’jizah, 2009:111);


6. Warkah Sultan Syarif Usman Alkadrie  (Sultan Pontianak III) kepada GJ A.G.P. Baron van der Capellen (1825). Perpustakaan Negara Malaysia (Ab. Karim,1998);


7. Warkah Pangeran Syarif Abu Bakar Alkadrie (Bendahari masa Sultan Syarif Usman Alkadrie) kepada Johan Frederik Walrave van Nes, 6 Jumadil awal 1263 H (22 April 1847). (Mu’jizah, 2009:113);


8. Warkah Pangeran Syarif Abu Bakar Alkadrie (Bendahari masa Sultan Syarif Usman Alkadrie) kepada J.F. Walrave van Nes , 1 Jumadil akhir 1263 H (16 Mei 1847). (Mu’jizah, 2009:116);


9. Warkah Sultan Syarif Usman Alkadrie (Sultan Pontianak III) kepada Residen Arnoldus Lourens Weddik, 12 Rabiulakhir 1264 H (18 March 1848). (Mu’jizah, 2009:118);


10. Warkah Sultan Syarif Usman Alkadrie (Sultan Pontianak III), 19 Safar 1268 H (14 Disember 1851); Perpustakaan Negara Malaysia (MSS2331) (Ab. Karim,1998);


11. Warkah Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (Sultan Pontianak V) kepada GJ Otto van Rees, 13 Safar 1304 H (11 November 1886). (Mu’jizah, 2009:121).


References

Ahmat Adam, Letters of sincerity: the Raffles collection of Malay letters (1780-1824), a descriptive account with notes and translation. Kuala Lumpur: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 2009. (Monograph; 43); see pp. 286-297 on Pontianak.

Annabel Teh Gallop,The legacy of the Malay letter.  Warisan warkah Melayu. With an essay by E. Ulrich Kratz.  London: published by the British Library for the National Archives of Malaysia, 1994.

Annabel Teh Gallop, The amuletic cult of Ma'ruf al-Karkhi in the Malay world.  Writings and writing: investigations in Islamic text and script in honour of Dr Januarius Just Witkam, ed. by Robert M. Kerr & Thomas Milo; pp.167-196.  Cambridge: Archetype, 2013.

Mary Somers Heidhues, The first two sultans of Pontianak.  Archipel, 1998, 56: 273-94.

Annabel Teh Gallop, Lead Curator, Southeast Asia

Ab. Karim, Ab. Razak. 1998. Warkah-warkah Melayu Sebagai Suatu Genre. Disertasi Ph.D Fakulti Bahasa dan Linguistik, Universiti Malaya, Kuala Lumpur.

Gallop, Annabel Teh. Royal Malay letters and seals from Pontianak. British Library. Diekstrak dari https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/11/royal-malay-letters-and-seals-from-pontianak.html

Gallop, Annabel Teh & Arp. Benard. 1994. The Legacy of Malay Letters. London: The British Library.

Heidhues, M.S. 1998. The First Two Sultans of Pontianak. Archipel, 56: 273-94.

Leiden University Libraries, Amsterdam.

Rijksmuseum, Amsterdam.

Mu’jizah, 2009. Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19, Jakarta:KPG dan Pusat Bahasa.

Shahrani, A. & Mansur, A. 2017. Bahasa Dan Pemikiran Dalam Warkah Sultan Pontianak. Perpustakaan Negara Malaysia.