Sabtu, 07 Januari 2023

RIWAYAT : 3 PANGLIMA di SEGERAM Natuna

Sejarah Singkat Sayyid Ibrahim, Panglima Hitam Paku Alam Segeram

Lahir Banjar,1773 - Wafat Segeram,1857 M, Usia hidup 84 tahun

By : SAY Qadrie

Pustaka Kadriah



Sejarah Singkat Sayyid Ibrahim, 

Panglima Hitam Paku Alam Segeram

 Riwayat Perjalanan Hijrah dari Pontianak ke Banjarmasin, 

Kemudian ke Pulau Tujuh, Segeram, Natuna  

pada : sekitar  abad ke 17, -  17 Agustus 1787 M,  

==============


Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama, 

Lahir Banjar,1773 - wafat Segeram 1857, usia hidup 84 tahun

Gelar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram. 

Menetap di Segeram sekitar akhir abad ke 17 awal abad ke 18.

##, Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Habib Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah 


##, KEBERANGKATAN ROMBONGAN KE BANJAR DARI PONTIANAK


Berdasarkan Riwayat Landschap Sabamban / Sebamban 

Dari Staatsblad van Nederlandisch Indië 

Peristiwa Hijrah nya : 

pada 17 Agustus 1787 M,

Pangeran Ali Alidrus bin Sultan Abdurahman Alidrus : Putra Raja Kubu II


Dikenal dengan Pangeran Ali Alidrus Sabamban


   Lanskap Sebamban atau Kerajaan Sebamban adalah suatu daerah pemerintahan swapraja yang dikepalai seorang bumiputera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan  Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda.


    Pemerintah swapraja daerah tersebut, pada 1787 M kemudian dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu : Pangeran Syarif Ali, putera dari Syarif Abdurahman Alaydrus Yang Dipertuan Kerajaan Kubu ke.II.


    Pangeran Syarif Ali Alidrus adalah cucu Sultan Abdurrahman dari putrinya.


    Pada Tahun 1849 pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8, daerah Sebamban ini termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu dalam wilayah zuid en ooster-afdeeling


    Dalam tahun 1898 Landschap Sabamban atau menurut istilah setempat Pulau Sabamban merupakan salah satu daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.


 Sekarang wilayah swapraja ini menjadi kecamatan Sungai Loban. 



Akses jalan ke Kampung Segeram 2023




##, KELUARGA AL KADRI IKUT KE SABAMBAN


Ketika Pangeran Ali Alidrus bermaksud hijrah ke negeri Banjar, karena informasi yang beliau kumpulkan dari kakeknya , Sultan Abdurrahman, dianggap cukup memadai, maka dimulailah perjalanan beliau bersama keluarga AlKadri dari Pontianak 

Zaman itu, perjalanan menggunakan perahu layar, menyusuri pinggiran pantai Borneo, mengarah ke bagian timur pulau besar ini.


       Ibunda Ali Alidrus adalah Syarifah Aisyah ( sebagian mengatakan Fatimah ) binti Sultan Abdurrahman Alkadrie dari istri Utien Candra MIDI binti Opu Daeng Manambon (Syech Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah) Aden adalah salah satu nama kampung di Yaman

      Ali Alidrus ketika memutuskan untuk keluar dari Kubu saat itu. 

      Beliau memutuskan untuk hijrah dengan disertai oleh :


Masjid tua " di Kampung Segeram


1. Syarif Abdullah bin Abu bakar bin Habeb Husen, : 1769, - 1856 M, 87 th


 Leluhur Al Qadri Lombok dan Kalsel, 

 Ayah dari ( Panglima Laksamana III, Syarif Abubakar bin Abdullah, makam Banjar ), dan ( Panglima laksamana IV, dilantik 1855 M,: Syarif Abubakar bin Abdillah, bin Abubakar, bin Abdullah, bin Abubakar, bin Habib Husein ). 

Makam Panglima Laksamana IV, ditemukan di Desa Jeranjang Lombok Nusa Tenggara Barat 


   Syarif Abdullah bin Tuan Abu adalah anak tertua dari keturunan Tuan Abu, Panglima Laksamana Pertama ini, lahir pada:  1769 M, anak pertama dari ibu Aluyah Sambe, dan wafat 1856 M, Makam di Lombok, usia hidup 87 tahun. 


  Lombok dulunya adalah Kesultanan Muslim, Kerajaan lama ini bernama : Selaparang dan menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Pontianak saat itu. 


    Kelompok Hindu Bali Mataram kemudian masuk ke Lombok dan sedikit demi sedikit mulai menguasai Selaparang Muslim dari etnis Suku Sasak Lombok.

   Sempat terjadi pergolakan panjang hingga 1893 M, akan tetapi karena campur tangan kolonial Belanda, akhirnya Kerajaan Selaparang hancur dan Lombok dikuasai Bali Mataram yang berpusat di Karang Asem Pulau Bali. 


    Beliau, Syarif Abdullah bin Tuan Abu, saat itu usia 18 tahun pada 1787 M, ketika meninggalkan Pontianak bersama Pangeran Syarif Ali Alidrus.  

Rombongan mereka meninggalkan Pontianak menuju Banjar menggunakan perahu layar. 

 


2. Syarif Ibrahim bin abu bakar bin Habeb Husen, 

    Panglima Hitam Paku Alam, 1773 M - 1857 M , Usia 84 tahun

 

    Syarif Ibrahim, lahir di Banjar 1773 M, : dari ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus, asal Trengganu. Ibu Beliau ini dinikahi di Banjar oleh ayah beliau Tuan Abu, Syarif Abubakar bin Habib Husein, dalam pelayaran berdagang bersama abang beliau, Syarif Abdurrahman, saat itu belum menjadi sultan.


   Ketika Abdurrahman menikah dengan Putri Syahranum, 1768 M, beliau Tuan Abu,  menikahi Syarifah Aminah yang saat itu berada di Banjar, dan berasal dari keluarga Alidrus Trengganu, Tanah Melayu


    Syarif Ibrahim, usia 14 tahun pada 1787 M, ketika ikut rombongan Pangeran Ali Alidrus dari Pontianak ke Banjar. Setelah 12 tahun menetap di Banjar, Beliau kemudian nantinya menikah dengan Syarifah Aminah binti Pangeran Ali Alidrus di Banjar,

   Dan menurunkan : 

   Pangeran Sabamban Syarif SirajudienSyah. Keturunan ini ditemukan di Banjar, Bangka Belitung, dll. Salah satu anak dari Pengeran Sabamban, Syarif Sirajudiensyah bernama Syarif Abdullah. 

    Keturunan ini sebagian masih menggunakan gelar "Syah" di ujung nama mereka. Misalnya : Hardiansyah, Kurniawansyah, dll.  


     Selain itu, Syarif Ibrahim juga menikahi Syarifah Nur, Syarifah Sifa, dan mungkin ada yang lain, yang menurunkan keturunan ini di Pontianak, Pulau Tujuh, dsk



Keindahan Natuna 



##, Berikut susunan saudara Panglima Hitam Paku Alam, 
      selengkapnya dari satu ibu : 

*Syarif Abubakar bin Habib Husein, ( ibu  beliau,  adalah Nyai Tengah, Utin Krinci Srikandi , istri kedua Habib Husein ) Abubakar merupakan ayah dari Panglima Hitam Paku Alam Segeram : 


   Abubakar menikah pertama sekitar 1755 - 1760 M di usia antara 20 atau 25 tahun. Lahir tahun 1735 M di Mata


n.  Wafat pada 1814 M di Pontianak. Makam Mariana. Kampung Maria dulunya. 


   Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan Abubakar :  istri 11, anak 32


*Syarif Abubakar bin Habib Husein, setelah mengunjungi banyak negeri, kemudian menikahi 11 wanita, masing-masing :


Dari Istri kedua :


II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti  Sayyid Abdullah Alidroos wanita yang berasal dari Trengganu tanah Melayu, yang saat  itu berada  di Kalsel pada 1772 M, dinikahi dan dikaruniai 6 anak :


II.1. Sayyid Ibrahim, bin Abubakar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram, lahir 1773, Wafat 1857, Makam Kpg. Segeram, Natuna, usia hidup : 84 tahun.  Baru ditemukan keturunan dari 3 istri beliau, :

II.1.1. Syarifah Aminah binti Ali Alidrus, keturunan banyak di Kalsel 

II.1.2.Syarifah Sifa, keturunan ini  di Pontianak dan Natuna,  

II.1.3.Syarifah Nur, keturunan ini ada di Pontianak, Natuna, Sambas, dll, dan ada lagi anak beliau bernama Mustafa - Serasan, yang belum diketahui dari istri yang mana.

 

II.2. Sayyid Yusuf , bin Abubakar lahir 1776 , Wafat 1867, Makam Natuna. Usia hidup : 91 tahun. Keturunan ini diperkirakan banyak menikah usia muda, antara 12 sd 14 tahun, sehingga panjang susunan nasab nya dari generasi ke generasi. Keturunan ditemukan di Sei Pinyuh, Bali, Pontianak, Malang, Jakarta, Madura, Tanjung Pinang, Sarawak, dll. Di Bali  ada cucu beliau : Syarif Tue, Panglima Loloan Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Abubakar ini. 


II.3. Sayyid Jamalullail, bin Abubakar lahir 1778 , Wafat 1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna. Usia hidup : 91 tahun. Keturunan ini masih dicari.

 

II.4. Sayyid ALI Pertama bin Abubakar : ( makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok ) Usia hidup : tidak diketahui, hanya disebutkan bergabung dengan sepupunya Pangeran Syarif Hamid Angke. Masih dicari keturunan beliau ini. 

 

II.5. Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar lahir 1781 , Wafat 1872, Makam Kpg. Segeram, Natuna. Usia hidup : 91 tahun. Masih dicari keturunan beliau.

 

II.6. Sayyid Maulana Malik bin Abubakar lahir 1783, Wafat 1871, Makam Mbah Priok Batavia. Usia hidup : 88 tahun. Belum diketahui keturunan beliau ini. 



Silsilah Al Kadri Serasan 




##, Sebab - sebab Hijrah Ke Segeram pada sekitar  : 1790 - 1800 M


Dari : Catatan Tua Pangeran Bendahara Ahmad Bin Sultan Abdurrahman Alkadri 1840 M - 1261 H Dalam Maktab NanGq 1857  Kode Buku : 36. 763.328.1

 

       Perjalanan Hijrah ke Segeram bertolak dari Sabamban bersama Ayah nya Panglima Laksamana Satu Syarif Abu Bakar. Setelah mengundurkan diri sebagai Panglima Laksamana Satu pada sekitar tahun 1779 M, beliau Tuan Abu, kemudian pergi ke Banjar dan berkumpul dengan anak - anak nya, di Sabamban. 

 

     Perjalanan hijrah ke pulau baru dipersiapkan, perahu layar dibenahi, dan perjalanan siap dilakukan. Pelayaran dari Sabamban ini disertai anak - anak beliau diperkirakan sekitar tahun 1790 - 1800 M, saat itu. Anak yang ikut serta adalah : 

 

1. Syarif Ibrahim Bin Abu Bakar

2. Syarif Abdurrahman Bin Abu Bakar

3. Syarif Jamalullail Bin Abu Bakar dan

4. Syarif Yusuf Bin Abu Bakar, 

    4 orang ini kelak menetap di Segeram hingga wafat.


   Segeram saat itu merupakan Kampung yang sangat sepi karena di tinggalkan penghuninya Bangsa Portugis yang kalah dengan Belanda

   Setelah Tiga Tahun menetap di Segeram Kemudian Beliau Tuan Abu Kembali ke Pontianak, kemudian datang lagi ke Segeram. Bolak balik  cukup lama antara 1799 - 1808 dimana beliau sudah memasuki usia senja. 

   Ketika Sultan Abdurrahman wafat pada 1808 M, kemungkinan beliau menetap di Pontianak tidak kembali ke Segeram hingga wafat nya 

    pada 1814 M, dalam usia 79 tahun. 



##, Keturunan Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam : 


   Syed Mustafa bin Ibrahim Segeram, kemudian menikahi Dayang Masgi, menurunkan banyak keturunan disekitar Pulau Tujuh, Natuna sekarang.


     Dalam silsilah Syed Mustafa bin Ibrahim Segeram, tercatat sbb : 


3.  Syed Mustafa bin Ibrahim, Panglima Hitam Paku Alam Segeram, menikahi Dayang Masgi, menetap dan berkembang di Serasan, keturunan beiau :  


3.1. Syed Muhammad, berputra 2, : Abubakar dan Usman, sebaran Pulau Letung dan  Sambas


3.2. Syed Ahmad, berputra 4 : Akil, Umar, Mansor dan Abdullah, menetap di Serasan. Keturunan ini menyebar di pulau 7, Riau hingga ke Kuching 


3.3. Syed Kadir, tidak berputra, menetap di Seratas, menyebar ke Pulau Subi


3.4. Syarifah Liha, Sedanau dan menyebar ke Kuching

3.5. SYarifah Hisah, menikah dengan Syarif Mahrum, menetap di Sambas

3.6. Syarifah Lijah, menetap di Pontianak

3.7. Syarifah Halimah, menetap di Serasan dan menyebar ke Terempah

3.8. Syarifah Bidah, ditemukan di Serasan



Dermaga di Kampung Segeram 2023



##, Syarif Muhammad atau Wan Muhammad 

      bin Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram


   - Ibu beliau bernama Syarifah Nur dinikahi di Borneo Barat saat itu. 


  - Wan Muhammad Sei Purun kemudian menikahi Syarifah Tora dan menetap di Sei Purun Besar hingga wafat nya, sekitar tahun 1945 - 1950 M. 


    Beliau wafat sesudah Jepang angkat kaki dari bumi Borneo, tahun 1945 M.


   Keterangan ini diperoleh dari saksi hidup : 


  Cucu beliau yang ikut lari ke hutan saat terjadi pembantaian Jepang di Borneo Barat, tahun 1942 - 1945 M, bernama : Syarif Umar bin Daud, menetap di Jungkat, masih hidup usia 86 tahun, pada 2022. Umar ikut masuk hutan bersama Ayah, ibu, saudara dan kakek nya, Wan Muhammad. 

   Umar saat itu baru usia sekitar 7 tahun. 


  Ayah Wan Umar ini,:  dipanggil Wan Daud : ( Syarif Daud bin Wan Muhammad ) yang merupakan putra tertua dari Wan Muhammad Sei Purun, wafat dalam usia 96 tahun. Makam beliau di Jungkat dekat kediaman Wan Umar putranya. 


    Belum ditemukan tanggal dan tahun kelahiran pasti Wan Muhammad Sei Purun ini, hanya saja saudara beliau bernama "Syarif Jamalullail bin Ibrahim", tercatat wafat pada tahun 1927 M. 


    Ketika meninggal ( Syarif Jamalullail bin Ibrahim Paku Alam Segeram ) beliau sudah dipanggil dengan sebutan Datuk ( artinya sudah cukup tua saat itu ) Beliau dipanggil : TOK LIL, Beliau ini bukan Panglima Laksamana Karang Tanjung Segeram, tapi keponakan nya. 


     Wan Muhammad ini juga menurunkan banyak keturunan. 


Silsilah Alkadri Ranai


     Dalam catatan Nan Gq 1857 disebutkan,: 


    Kemudian Salah satu cucu beliau,: Tuan Abu, Panglima Laksamana Pertama, yang bernama "Muhammad bin Ibrahim" ( makam di Sei Purun Besar, Km, 36 Jalan Raya Pontianak arah ke Sei Pinyuh, sebelah kiri jalan, sebelum mesjid Imaduddin Sei Purun )


    Pindah atau Turun dari Pontianak ke daerah perhuluan., yang untuk selanjutnya oleh Masyarakat di sana di sebut Kampung Purun ( Yang di artikan turunnya orang pertama dari Keluarga Alqadri.), 


     Beliau diperkirakan hidup di akhir zaman kekuasaan Sultan Syarif Usman, (1819 - 1855 ), kemudian Sultan Syarif Hamid.I, (1855 - 1872 ), dilanjutkan Sultan Syarif Yusuf, (1872 - 1895), hingga Sultan Syarif Muhammad, (1895 - 1944 M).


    Dimana kekuasaan  3 Sultan  penerus Sultan Syarif Usman ini jika di akumulasi, mencapai 89 tahun, sehingga disimpulkan beliau hidup lebih dari 95 tahun usianya. Keturunan ini memang banyak yang panjang usia hidupnya.  


   Syarif Muhammad bin Ibrahim bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar


  Beliau adalah Orang Pertama yang tinggal di daerah Turun., Sekarang di sebut Desa Sungai Purun I dan Desa Sungai Purun II. Km 36  Jalan Raya Pontianak -  ke Sei Pinyuh. 


     Syarif Muhammad merupakan sepupu 2 x dari Sultan Hamid. I. 


     Dan masih banyak lagi dari keturunan para Panglima di Segeram ini yang masih dicari hingga hari ini, baru sebagian yang dapat ditemukan keturunan dari Sayyid Ibrahim Panglima Paku Alam Segeram , keturunan Sayyid Abdurrahman Panglima Ribot, dan keturunan Sayyid Jamalullai Panglima Karang Tanjung.


 

Makam Panglima Hitam  Paku Alam Segeram 
Sayyid Ibrahim bin Abubakar 



##,  SYARIF IBRAHIM KE PULAU TUJUH 

AKHIR ABAD KE 17 ATAU AWAL ABAD KE 18 M

     

     Bersama 3 saudaranya, : 

   "Syarif Abdurrahman, Syarif Jamalullail,  dan Syarif Yusuf " beliau kemudian berlayar ke Pulau Tujuh, dimana sebelumnya beliau sudah menikah di Banjar, kemudian menikahi 2 wanita di Pontianak ini,: 

   Syarif Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam, kemudian menetap di Segeram PULAU TUJUH, hingga wafat  pada tahun 1857 M, dan di makam kan di Kampung Segeram, Natuna. 


  Saudara mereka Syarif Yusuf bin Abubakar, menurunkan keturunan diantara nya bernama Yahya berjulukan  Maulana Al Kadri. Keturunan ini ditemukan di Bali, dikenal dengan Syarif Tue Abdullah bin Yahya Panglima Loloan. 

  3 Putra beliau tercatat :

1. Syarif Muhammad bin Syarif Yusuf : Pulau Tujuh  Natuna

2. Syarif Qosim bin Syarif Yusuf : Pontianak

3. Syarif Yahya bin Syarif Yusuf ( 6 putra, salah satunya bernama Abdullah )

      Baca disini selengkapnya, klik >> : Syarif Tue Loloan Bali



     Sekitar 100 tahun silam, di Kampung Siantan Pontianak Utara, ditemukan banyak keturunan beliau *cucu" dari anak - anak perempuannya yang menetap disini. Diantaranya : Syarifah Secon, Syarifah Cantek, Syarifah Godang, Syarifah Tairah. dll


 ##,  Dalam catatan kami, pada tahun 1799 M, ayah beliau Tuan Abu, 


     Sayyid Abubakar bin Habib Husein, sempat tinggal bersama ke 4 anak nya ini, selama 3 tahun di Segeram, tentu Beliau tetap bolak balik ke Pontianak. Beliaulah yang mengajarkan cara mengukir dan membuat kerajinan dari bahan karang laut, sebagaimana ditemukan di makam anak - anak beliau saat ini di Segeram. 

    Keterampilan ini diwariskan kepada : Sayyid Abdurrahman Panglima Karang Tanjung Segeram.  


     Dimasa tua dan uzur barulah Tuan Abu, lebih banyak tinggal di Pontianak hingga wafat pada tahun 1814 M, dan di makam kan di jalan Sidas Kecil Kampung Maria Dusun I. Pontianak. 


       Beliau menutup mata di pangkuan keponakan nya yang saat itu menjadi Sultan Pontianak ke II. Sultan Syarif Kasim Ibni Sultan Abdurrahman. 

 

     Upacara pemakaman beliau, Syarif Abubakar, Panglima Laksamana Pertama, dipimpin oleh Sultan Syarif Kasem, Sultan Pontianak ke II, yang merupakan keponakan beliau tadi.  


Di Pontianak, beliau tinggal di Kampung Maria, Jalan Sidas kecil, Dusun 1,


   Tempat dimana beliau membuka hutan sendiri di seberang Istana Kadriah Pontianak pada tahun 1779 M.  Nama kampung Maria diambil dari nama istri beliau, keturunan suku Dayak, setelah masuk Islam, . 

Sementara nama sungai disebelah barat kampung Maria, 

beliau beri nama " Sungai Jawei" 


     Nama Kampung Maria ini berubah menjadi Kampung Mariana, 

     Ketika Belanda membangun benteng "Marianne s "ord" nanti nya. 

     Di Kampung ini dulunya banyak terdapat burung merak, mungkin itu sebab nya sekarang dikenal dengan Gang Merak di Kota Pontianak. Makam beliau disini letaknya sesuai catatan Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman. 



Makam tua di Kampung Segeram 2022



3. Syarif Abdurrahman bin abu bakar bin Habeb Husein, 

    Panglima Karang Tanjung, 1781 - 1872 M, Usia  91 tahun


   Syarif  Abdurrahman, lahir  1781 , dari Ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus, dan beliau wafat pada  1872 M,  Makam Kpg. Segeram, Natuna.

  Beliau baru  usia 6 tahun ketika berangkat bersama rombongan Pangeran Ali Alidrus, pada tahun 1787 M. Beliau merupakan salah satu dari 3 Panglima yang kelak menetap di Pulau Tujuh, tepatnya di Segeram. 

 


4, Dan Syarif Jamalullail bin Abu bakar bin Habeb Husein, 

   Panglima Ribot Junjung Buih,  1778 M - 1869 M, Usia 91 tahun


     Syarif Jamalullail, lahir 1778 M , dari ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus. Beliau wafat 1869 M, Makam Kpg. Segeram, Natuna. Ketika berangkat bersama rombongan Pangeran Ali Alidrus, beliau baru usia 9 tahun.

 

Sementara Pangeran Syarif Ali Alidrus menetap di Sabamban Banjarmasin Kalsel, Syarif Abdullah bin Tuan Abu, kemungkinan karena berdagang dan berdakwah kemudian menyeberang dan menetap di Lombok hingga wafatnya, pada 1856 M

 

Syarif Ibrahim, Syarif Jamalullail serta Syarif Abdurahman dan Syarif Yusuf menetap di Natuna Pulau Tujuh , hingga wafat dalam dokumen NanGq 1857 di sebut pulau Segara / Segeram


 Mereka adalah sepupu 1 x  Sultan Usman dan Sultan Kasem hidup se zaman


##, Mereka masuk ke Segeram, sekitar  awal abad ke 18, bersama saudara  mereka bernama  Sayyid Yusuf, ikut bersama, 


    Tidak lama setelah Portugis meninggalkan pulau Segeram , saat itu negeri ini sudah di kuasai Belanda dan Portugis sudah keluar meninggalkan bekas runtuhan, saat itu masih ada bangunan yang utuh,


    Diduga bangunan sengaja di runtuhkan oleh Portugis dan hanya meninggalkan satu bangunan saja, tetapi saat ini mungkin bangunan ini juga tinggal puing puing hanya masyarakat di Segeram lah yang lebih tahu





Makam Panglima Hitam Paku Alam Segeram 2022
Dokumentasi kiriman Pak Heru 
Ketua RW Kampung Segeram



##, Gelar Panglima , : 


   a.  Sebutan Panglima Hitam Paku Alam 


    Karena bangunan pertama yang beliau tancap kan dengan paku beton bekas peninggalan Portugis, sebutan Panglima Hitam karena beliau pelaut yang unggul sehingga teriknya panas di lautan Natuna membuat badan beliau menjadi sedikit gelap,

 

   Selain itu juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena samurai beliau berwarna hitam pekat dan juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena paku beton yang ditancapkan berkarat hitam, disebutkan makam beliau terbuat dari karang laut yang di ukir oleh saudaranya, : Syarif Abdurrahman   


Dari 4 saudara, beliau Syarif Ibrahim, yang paling tua umur nya. 

 


b. Sebutan Panglima Ribot, 

disandang Syarif  Jamalullail bin Tuan Abu, 


Karena kemampuannya meredakan angin kencang dan gelombang besar lautan ketika melaut di sekitar Pulau Tujuh saat itu.


Sayid Abdurrahman dan Jamalullail : bin Abu bakar bin Habeb Husein, 


 Beliau di kenal pada saat itu dengan sebutan Panglima Karang Tanjung dan Panglima  Ribut  Junjung Buih, sebab atas ijin Allah, ombak yang menggulung bisa berhenti dalam sekejap sehingga para nelayan jika melaut ikut rombongan beliau, 


Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379.  Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Habeb Husein Alqadri


Menurut Manaqib Syarif Abdurrahman dan Jamallullail serta Yusuf: bin Abu Bakar bin habeb Husen, :


Hidup satu zaman dengan Sultan Kasem dan Sultan Syarif Usman


 

c. Sebutan Panglima Laksamana Karang Tanjung, 

     disandang Syarif Abdurrahman


Karena ke ahlian beliau mengolah karang laut menjadi benda bernilai seni tinggi. Ketrampilan ini dipelajari dari ayah beliau Tuan Abu, Syarif Abubakar bin Habib Husein yang ahli dibidang ini.


Ahli membentuk batu karang laut menjadi berbagai bentuk.


    Baik hiasan, dinding, meja kursi, batu nisan tambak nisan dan ukiran dinding monograf dari batu karang laut, beliau lah yang membuat makam dan kuburan dari batu karang laut serta memberi pelajaran bagaimana caranya membentuk batu karang menjadi lebih indah, kepada putra nya, : Ibrahim kemudian diteruskan Abdurrahman.


 Sehingga masyarakat saat itu memiliki ke ahlian menjadikan karang dan batu karang jadi bentuk berbagai rupa, Apakah ilmu ini masih ada di segara/ Segeram  atau tidak,  masyarakat segeram  yang dapat menjawabnya, 





 Sumber : 


    1. Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 - Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Habib Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah 

2. Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379.  Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman. 

3. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Habeb Husein Alqadri


Baca disini  >> Hijrahnya Pangeran Ali Alidrus ke Banjar

Baca disini >>  Keturunan lengkap Panglima Laksamana Pertama


Woderful Natuna