Suatu Telaah Keberagamaan
By : SAY Qadrie
Bagian Ketiga : ( dari 4 tulisan )
C.2. Agama Langit yang Terpelihara :
Islam Muhammadi.
Kita meyakini bahwa agama kita saat ini, agama Islam, adalah agama langit. Agama samawi, yang dibawa dan dijelaskan serta di jabarkan oleh penutup para Rasul, Nabi Muhammad.Saw.: Putra Abdullah bin Abdul Muthalib,--, ( yang ditebus dengan seratus onta ketika kelahirannya, dan tak diragukan bahwa Ia adalah pengikut agama Ibrahim yang Hanif, sebagaimana nenek moyangnya, sampai kepada ayahnya Abdul Muthalib),-- dengan Aminah binti Wahab, ibu kandung Nabi Muhammad.Saw.
Nabi Muhammad diutus sebagai Nabi Penutup, artinya tidak ada lagi Nabi setelah beliau yang akan diutus, sebagaimana 3 kitab suci sebelumnya, selalu mewartakan akan kehadiran Nabi atau Rasul berikutnya yang akan datang dan hadir di bumi manusia. Al Quran mewartakan bahwa setelah Muhammad, tidak ada lagi Nabi dan Rasul.
Nabi ini diutus kembali, setelah jeda waktu kenabian dengan Isa putra Maryam, sekitar 500 tahun. Setelah diangkatnya Nabi Isa. Karena tidak ada lagi Nabi setelah ini, Rasullullah, hanya memberi kabar bahwa akan hadirnya Nabi Isa putra Maryam, ( diturunkan kembali ) dan Al Mahdi, atau Imam mahdi, : nanti diakhir zaman. Itu saja.
Sampai di titik ini, kita juga tergelitik untuk bertanya dalam diri,:
Jika Nabi Isa dikembalikan ke bumi dengan misi membantah "penyebutan dirinya sebagai Tuhan," Karena sepeninggal nya, umat Nasrani, berselisih pendapat, tapi apa misi Al Mahdi,? Bukankah tidak mungkin kedatangan Al Mahdi, atau, Imam Mahdi, untuk menyempurnakan agama Muhammad?
Karena agama ini sudah disempurnakan. Agama ini tidak memiliki celah kekurangan. Agama ini komplit. Agama ini mampu menjawab tantangan dari zaman ke zaman, sampai kiamat tiba. Sampai ditiup nya sangkakala, dan sampai manusia terakhir menutup mata.
Lalu mengapa Allah mesti menghadirkan Imam Mahdi lagi?
D. Bagaimana cara kita mengikuti Nabi Muhammad dengan benar?
D.1. Merujuk kepada Kitab Suci Al Quran,
Menjawab Pertanyaan diatas tadi, Tentunya kita sepakat menjawab dengan mengatakan bahwa kita harus merujuk kepada sumber ajaran nya, sumber hukum, sumber syariat, yang sekarang tertulis rapi, dibukukan, disebut dengan : Kitab Suci Al Quran.
Baiklah, mari kita lihat pembahasan berikut ini :
Kita tidak meragukan bahwa Nash Qurani, kalimat Tuhan yang ada dan terkumpul dalam kitab suci ini, sebagai "Firman Nya," dan ia terjaga dari perubahan, perusakan, pemalsuan, penambahan, pengurangan, pencampuran, atau dengan singkat kita katakan:" Mutlak," tak terbantahkan kebenaran nya.
Tak terbantahkan ke aslianya. Orisinalitas. Validitas. 100%.
Hanya ada pertanyaan mengganjal dibenak kita, mengapa kitab ini baru dibukukan dimasa khalifah ke tiga berkuasa? Khalifah Usman Ibn Affan. Itulah kenapa kitab ini dikenal dengan Mushaf Usmani,?
Mengapa bukan nama Muhammad Sang Nabi, yang melekat di Mushaf yang dijadikan acuan dasar ajaran nya ini ? Sehingga terkesan, bahwa Rasul hanya sebagai penyampai saja, --, membacakan tiap kali menerima wahyu Allah, menjelaskan, menjabarkan, menerangkan, dan menerapkan wahyu itu kepada pengikutnya,-- tanpa pernah memerintahkan untuk menuliskan, mengumpulkan, membukukan, merapikan, menyusun, menjilidkan, menjadikan satu kumpulan kitab, yang bernama Al Quran ini,? ,--
Sejarah mencatat, ada jeda waktu 2 khalifah terdahulu, Khalifah Abubakar dan Khalifah Umar -- yang kita tidak mengerti alasannya,- Mengapa Beliau, belum juga membukukan Al Quran warisan wahyu agama Muhammad ini?
Apa kejadian penting yang dianggap lebih urgen, mendesak, sehingga para pemuka agama dan shahabat Nabi ini, tidak mengutamakan membakukan Al quran lebih dulu sebagai pegangan utama dan warisan berharga dari Muhammad Sang Nabi?,-
Pertanyaan akan muncul lagi,
Apakah tidak ada seseorang yang di pesankan oleh Nabi agar menjaga pusaka nya ini? Apakah memang sengaja semua nya diserahkan kepada umat zaman itu? Artinya Nabi tidak memikirkan kemungkinan ikhtilaf yang akan terjadi pada umatnya, karena tidak membakukan ajaran nya, dan tidak meninggalkan pesan kepada siapapun sepeninggal nya nanti?
Aneh? Rasanya agak mustahil ?
Jika Khalifah Abubakar AsSiddiq saja memikirkan hal ini, sebelum wafat nya beliau masih sempat berwasiat ( dengan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah penggantinya ), mengapa Rasullullah tidak melakukan nya?
Lalu bagaimana umat yang hidup di zaman itu berprilaku?
Darimana sumber ajaran yang mereka terapkan? Jika dikatakan bahwa banyak dari mereka yang hafal Quran, tapi siapa yang mampu dan sanggup menjabarkan sesuai dengan maksud, tujuan, tuntunan wahyu itu?
Bahasa Qurani bukanlah bahasa yang sanggup di fahami oleh semua orang, yang meskipun mereka hidup di zaman Nabi, dan bertemu dengan Nabi.
D.2. Siapa yang berhak menafsirkan Al Qur"an?
--, Demi Allah, ! : Sungguh kami telah mengutus ( Rasul - Rasul ) kepada umat - umat sebelum Engkau ( Muhammad ) tetapi setan menjadikan terasa indah perbuatan mereka ( yang buruk itu ) sehingga dia ( setan ) menjadi pemimpin mereka pada hari ini, Dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih,-( QS. An Nahl, 16 : 63 )
Ancaman ini menyiratkan paling tidak 2 hal :
Pertama : Bahwa umat terdahulu yang diberi kitab Taurat, Zabur, dan Injil, telah ditipu setan, disesatkan sehingga melihat perbuatan mereka saat itu menjadi indah, benar, selaras, sejalan, dengan kitab mereka. Padahal apa yang mereka ikuti, bukan lagi kebenaran seharusnya menurut syariat Nabi mereka, akan tetapi pemimpin yang mereka ikuti itu adalah "setan" dan mereka dincam dengan "azab yang pedih"
Kedua : Umat Muhammad dituntut untuk cerdas berfikir, melihat, membaca, menelaah, membuka wawasan, membebaskan diri dari fanatisme buta, mengkaji, terutama sejarah agama ini hingga sampai ketangan kita. Bukan mencari siapa yang salah, akan tetapi apa yang salah. Bukan untuk mencari pembenaran, akan tetapi mencari kebenaran warisan sejati Muhammad sang Nabi.
Jangan lupakan, bahwa salah satu keajaiban Quran, penafsirnya, atau orang yang menterjemahkan, meng-interprestasikan maksud dan tujuan kandungan ayat nya, haruslah orang yang memiliki dan berhati bersih, sebersih- bersihnya.
Bersih dari kepentingan, bersih dari keberpihakan, bersih dari hubbud dunya, bersih dari amarah, bersih dari dendam, bersih dari fanatisme suku, bersih dari segala tujuan dunia :" Innas sholati, wa nusuki, wama yahya, wamamati, lillah hirabbil a"lamin"
Itulah kenapa sebagian riwayat mempercayai, bahwa Sang Nabi, dicuci hatinya oleh Jibril. Bukan hanya satu kali, tapi 2 kali.
Pertama ketika beliau masih kecil. Kedua ketika beliau akan diangkat Isra Miraj. Tidak cukup sampai disitu, Allah juga menurunkan langsung firman Nya, dengan surah Al Ahzab, ayat, 33. Sebagaimana Nabi Ibrahim, moyangnya, beliau juga mendapat legitimasi dan keberkahan berupa "penyucian,
" kesucian dari Rijs, kotoran, dosa, dengan sebersih- bersihnya.
﴾ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا﴿
" Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu se - bersih-bersih nya." (Qs. Al-Ahzab: 33:33)
Pertanyaan kita, Apakah tidak mungkin?
Mereka, yang hidup dimasa jeda sebelum dibukukan nya Al-Quran yang --, Karena berbeda pemahaman, berbeda kemampuan, berbeda keilmuan, berbeda kepentingan, berbeda suku, berbeda qabilah, berbeda negeri asal, berbeda wawasan, berbeda motif dan tujuan memeluk agama ini, berbeda situasi, berbeda kondisi, berbeda latar belakang, berbeda rentang masa ke Islamannya
Karena ( sebagian ada yang memeluk Islam setelah Fathul Mekkah, kaum ini disebut Thulaqa, termasuk Abu Sufyan bin Harb, ayah dari sahabat besar Muawiyah, pendiri Daulah Umayyah ) -- kemudian menerapkan nya dengan berbeda maksud dan tujuan dari Nash suci itu?" --
Atau mereka, dengan prasangka baik ,: "Kita anggap adalah manusia pilihan, yang mampu memahami wahyu secara utuh, sehingga tidak mungkin salah, atau berbeda,?"
Lalu mengapa Khalifah Umar bin Khattab sampai terbunuh?
Siapakah pembunuhnya?
Apakah ia orang Muslim?
Apakah orang Kafir?
Mengapa beliau dibunuh?
Bukankah menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa seorang manusia, sama dengan membunuh semua manusia ?
Pada masa berikutnya, sejarah juga mencatat, bahwa Khalifah Usman bin Affan, yang berjasa besar karena telah membukukan Al Quran, juga menghadapi huru - hara besar, dengan datangnya demontrans dan mengepung kediaman beliau, hingga beliau juga tewas terbunuh di dalam kamarnya sendiri, oleh orang - orang, yang juga beragama Islam, menjadikan Al Quran sebagai acuan, dan mengakui Muhammad sebagai Nabi mereka.
Apakah tidak ada dikalangan mereka yang berdemo itu yang hafal Quran?
Apakah ayat ini belum diturunkan ,?
--"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai - berai kembali.
Kamu menjadikan sumpah ( perjanjian mu ) sebagai alat penipu diantara mu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlah nya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan pasti, pada hari kiamat akan dijelaskan Nya kepada mu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu"( QS. An Nahl, 16 : 92 )
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Muslim adalah Umat yang satu? Tidak halal menumpahkan darah sesama Muslim, Tidak,! Tidak mungkin,! Tentu saja mereka tahu, dan faham, karena mereka orang - orang mulia, orang besar, orang yang sangat hebat di zaman nya.
Lalu apakah kita akan katakan bahwa mereka itu, para pendemo, tidak dapat disebut sebagai umat Islam? Meskipun mereka dulunya juga hidup se zaman dengan Nabi Islam ini? Sebagian dari mereka, juga sahabat- sahabat besar Nabi. Apa yang membuat kebanyakan umat di zaman itu, begitu marah?
Untuk menjawab hal ini, Tentunya Kaidah," Apa yang terjadi dikalangan sahabat, kita harus diam. Kenapa? Karena mereka semua Adil," Atau, " Kaidah bahwa pintu Ijtihat sudah tertutup", : Perlu kita telaah ulang saat ini.
Karena itu juga hanya sebuah kaidah yang bermaksud menjaga perpecahan umat dizamannya, dan bukan Nash atau Hadist Nabi.
Dalam hal ini,
Dalam hal mencari cara mengikuti Nabi dengan Kaffah, dengan benar, dengan acuan Quran, sebagai standart kebenaran,-- Batasan kaidah itu menjadi tembok penghambat kebebasan akal, dan kebebasan berfikir, yang dikaruniakan Allah kepada kita.
Kalau tidak dapat kita anggap penghinaan bagi manusia yang hidup setelah mereka yang membakukan Kaidah itu. Lalu darimana asal Kaidah ini? Apakah dibuat oleh mereka yang hidup di zaman itu, atau oleh mereka yang hidup di zaman berikutnya?
Bahkan Kaidah itu, jika benar adanya, dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap Quran itu sendiri, karena Ia ( Quran ) bersifat dinamis, progresif, aktual, kekinian, up to date, relevan, menjawab tantangan zaman, tak pernah usang, selalu hidup, dan berkembang, serta mampu menjadi pegangan bagi manusia dari zaman ke zaman, sampai akhir zaman.
Hingga hari ini banyak temuan baru yang sebetulnya sudah disebut oleh Quran,1400 tahun yang lalu. Bukan begitu?
Sebagaimana kita tahu, bahwa tidak ada manusia lain yang dibersihkan hatinya sampai 2 kali, kecuali Nabi Muhammad, maka kita juga dapat asumsikan bahwa : kebersihan hati, tidak dapat dicapai dengan mudah, oleh manusia, tanpa upaya yang sungguh - sungguh, dan atas bantuan serta pertolongan Allah.
"Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia. Dan Ibrahim berkata: (Dan saya mohon kedudukan imam itu) dari keturunanku. Dia berfirman: Janjiku (ini) tidak termasuk orang yang zalim".( QS. al-Baqarah 2: 124 ) Ini mungkin alasan kenapa Nabi Isa menjadi Nabi terakhir keturunan Ishaq. Kemudian dipindahkan ke keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim? Karena bani Israil, berkali - kali melakukan pembangkangan.
"Kami telah menjadikan mereka para imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan solat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah". ( QS. al-Anbiya' 21: 73)
Karena Jihad Akbar, adalah Jihatun Nafs. Memerangi diri sendiri.
Melawan Jiwa, Nafs, ini digambarkan oleh Nabi sebagai lebih besar dari "Perang Badar," melawan keinginan, hasrat, ke akuan, rasa kesukuan, senioritas, sakit hati, rasa dendam, rasa lebih unggul lebih mulia, upaya ini bukan hal yang mudah.
--, Ingatlah bahwa Iblis lebih dulu menyembah Allah , dari Adam, Iblis hidup di sorga, Iblis bukan hanya sekedar hidup se zaman dan dekat dengan Nabi Allah Adam, jika kita akui dengan jujur, Iblis lebih tua, lebih dulu beribadah, lebih dulu mengenal Tuhan, tapi mengapa Iblis kemudian menjadi mahluk terkutuk?
Ternyata hanya karena Iblis "merasa lebih mulia dari Adam!".
-- Dengan Jihatun Nafs, manusia akan mencapai kesempurnaanya, insan kamil, dengan menjadikan dirinya "Khairunnas yanfa"u linnas, manusia yang menjadi Rahmatan lil Alamin, bahkan dalam kasus Muhammad Sang Rasul, beliau tidak menyisakan sedikitpun untuk dirinya sendiri bagian dari dunia materi ini sampai akhir hayat nya.
Ada riwayat menyebutkan, istri beliau, Khadijah yang mulia, ketika wafatnya, tidak mampu membeli kain untuk kafan nya, itulah kenapa sorban Nabi digunakan untuk membungkus tubuh wanita sorga ini.
Karena itu, dalam upaya kita mengikuti ajaran Nabi ini dengan benar,
Tentu saja kita harus menyelam jauh ke dasar motif suatu tindakan, ke dalam jiwa, bukan hanya berhenti dan terbatas pada apa yang kita lihat dan alami, bukan pula berdasarkan perilaku individu atau sekelompok manusia pada suatu tempat, suatu zaman, suatu ketika, untuk kemudian manusia - manusia tersebut kita jadikan standart bagi kebenaran.
Dan tentu saja kita hanya dapat membaca kemudian menelaah sejarah yang sampai ketangan kita, sebagai sumber informasi, bukan sumber Justifikasi, bukan sumber kebenaran, apalagi pembenaran.
--, Demi Allah, : Sungguh kami telah mengutus ( Rasul - Rasul ) kepada umat - umat sebelum Engkau ( Muhammad ) tetapi setan menjadikan terasa indah perbuatan mereka ( yang buruk itu ) sehingga dia ( setan ) menjadi pemimpin mereka pada hari ini , Dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih,-( QS. An Nahl, 16 : 63 )
"Dan mereka berkata: Ya, Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin- pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar" ( QS. al-Ahzab 33: 67 )
Kenapa ?
Karena manusia mungkin saja khilaf dan salah, Karena manusia mungkin saja diperdaya oleh setan, karena selain Muhammad Sang Rasul, tidak ada jaminan langsung bahwa manusia pasti benar, pasti sesuai penerapan aturan dan tuntunan Nash mulia ini, karena setan telah bersumpah untuk menyesatkan sebanyak-banyaknya manusia,
Akan tetapi Qur"an,: tidak,! Qur"an akan selalu menuntun pada kebenaran. Kenapa? Karena Allah tidak butuh disembah oleh siapapun. Menyembah Allah adalah kebutuhan mahluknya, bukan kebutuhan Allah. Manusia beriman atau tidak, muslim atau kafir, tidak menjadikan keuntungan atau kerugian disisi Allah.
Al Quran tidak dapat dipengaruhi oleh setan.
Quran tak dapat didekati setan, baik dari depan, atau dari belakang.
Quran adalah warisan Sang Nabi, tali yang kokoh, membentang dari langit ke bumi, pegangan yang kuat, satu dari dua pusaka Nabi. Ikutilah Quran, maka kalian akan selamat, dan tidak akan tersesat selama - lamanya,: pesan Baginda Rasul.
Kenalilah kebenaran, kalian akan tahu, siapa pendukung nya, : pesan Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib.
###, Rehat Sejenak, Kisah Hikmah : Renungan Berharga
Baca juga :
2. Agama dalam lintasan sejarah pertama
3. Agama dalam lintasan sejarah kedua
5. Siapa anak asuh Rasullullah?
6. Karomah Ali,
( Bersambung ,.Klik Link nya disini >> Agama dalam Lintasan Sejarah IV....)