Minggu, 31 Desember 2023

HIKAYAT "PANGLIMA HITAM PAKU ALAM" SEGERAM: II ( DUA )

  BAGIAN KE DUA ; 

 MEMBUKA HUTAN KAMPUNG SEGERAM PULAU TUJUH, Tahun 1779 M, 

Bersama Ayah dan Saudara - saudara nya, 

By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani 

Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,

Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,

Catatan Pangeran Bendahara 

 Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M


Gambar Ilustrasi
KALIAN ADA, KARENA KAMI ADA
JANGAN LUPAKAN KAMI..!!


MEMBUKA HUTAN KAMPUNG SEGERAM PULAU TUJUH,  


Awal mula membuka Kampung Segeram,

Abad ke 17 M, : Tahun 1779 M

 

Segeram saat itu merupakan Kampung yang sangat sepi karena di tinggalkan entah berapa lama sudah, oleh penghuninya Bangsa Portugis yang kalah dengan Belanda. Rimbun pepohonan dan hutan lebat yang membawa kesan angker dan menyeramkan, penuh  dengan aura mistis.  


Ini pula yang mengingat kan "Panglima Laksamana Pertama", pada  ketika, sekitar "8 tahun yang lalu" saat me rimba hutan belantara di simpang tiga sungai Kapuas dan Landak, yang sekarang menjadi Kesultanan Pontianak, pada 23 Oktober 1771 M. Dulu, 


Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H), Sultan Abdurrahman dilantik menjadi Sultan Kesultanan Potianak pada  tanggal 18 Syaban hari Senin, 1192 H, kemudian 


Sayyid Abubakar dilantik sebagai Panglima Laksamana Nusantara Pertama  Kesultanan Pontianak, 1778 M - Beliau dilantik oleh  Sultan Abdurrahman pada  tepatnya  tanggal 23 Syaban 1192 H, hari Jum"at, hari ke 5 setelah penobatan Abdurrahman menjadi Sultan -  


Akan tetapi Beliau kemudian : mengundurkan diri pada  5 Juli 1779 M,  karena tidak sepakat ketika Kesultanan menerima kerjasaman dengan Belanda. 


Pelayaran dari Segeram ke Sabamban 8 tahun kemudian ketika hijrah nya Pangeran Syarif Ali Alidrus, dari Pontianak  ke Sabamban, diantar dan dikawal oleh  keluarga Pulau Tujuh ini, pada 17 Agustus 1787 M. Pangeran Ali kemudian ditunjuk menjadi kepala wilayah di Sabamban oleh Belanda. 


Sementara keluarga Panglima Laksamana Pertama memang tidak asing dengan wilayah Sabamban, karena istri kedua beliau, Syarifah Aminah binti  Abdullah Alidrus, Ibu dari Panglima Hitam Paku Alam ini, - memang sudah lama menetap di Sabamban sebelumnya, bahkan beliau lahir disana. -  Syarif Ibrahim lahir pada 1773 M, di Sabamban. 


Alkisah di Segeram, 


Pada masa - masa ketika Portugis masih  menetap lebih dari 8 Tahun..

Berkisar periode : 1770 - 1778 M, karena pada 1779 M, Keluarga Alkadri masuk


Segeram merupakan Peradaban yang maju dan ramai penghuninya


Hal ini dapat terlihat dari puing-puing peninggalan yang sudah di hancurkan oleh Portugis agar tidak di kuasai Belanda. Selain ditemukan juga keramik dan barang gerabah serta pecah belah, bahkan senjata, peluru meriam, serta sisa - sisa bangunan yang  sudah dihancurkan, hanya tersisa 1  bangunan tertinggal. 


Namun dalam catatan Sejarah, ternyata Belanda tidak menginjakkan kakinya di Segeram,. Karena aksesnya yang sengaja di tutupi oleh Masyarakat Segeram agar tidak di kuasai Belanda. Ternyata kesan angker dan menyeramkan itu, menjadi pelindung dari tangan penjajah Belanda, sehingga tak pernah menginjakkan kakinya disana. 

 


Wondreful Natuna
Kesenian Tradisional Natuna



Keluarga Tok Abu, 


Mendiami kampung Segeram, abad ke 17 M, 


Saat menginjakan kakinya di Segeram , September 1779 M


Keluarga Besar Panglima Laksamana satu Syarif AbuBakar Alkadri.


 Mengajak anak - anak beliau untuk merenovasi satu bangunan yang tidak sempat di hancurkan Portugis atau sengaja tidak di hancurkan, sebagai tempat berlindung satu - satunya dari hujan dan panas.


Ibrahim kecil, saat itu sekitar usia 6 tahun, menemukan paku panjang 40 cm, yang kemudian ditancapkan ketanah dan ternyata kemudian setelah digali, berupa kuburan. 


Di duga kuburan tersebut bernama Sayid Abdullah Bin Muhammad, berasal dari keturunan Campa, - ( Keturunan Jeumpa Aceh, Syahriansyah Salman, atau Abdullah Persia, tepatnya Sayyid Abdullah bin Hasan bin Jafar Shodiq, 777 M ) -  ada kaitan dengan Kesultanan Campa yang ada di Campa.  


Beliau. Sayyid Abdullah bin Muhammad,  merupakan keturunan dari Campa jalur Sayid Ja'far Shodiq Bin Sayid Muhammad Albagir keturunan Ahlulbait pertama yang datang ke Campa dan Segeram 


Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri sengaja mencari Pulau terpencil dan tersembunyi agar tidak di temukan Sultan Abdurrahman Alkadri, sekaligus pangkalan untuk menggerakkan perlawanan di laut kepada Belanda nanti nya.


Rupanya setelah mundur dari jabatan, dan kemudian membuka hutan di seberang istana Kesultanan, lalu diberi nama Kampung Maria dulu, beliau kemudian berlayar ke banyak negeri. Diantara nya beliau sempat menetap di Lombok, bersama istri pertama, Aluyah  Sambe binti Abdul Ta"tong yang dinikahinya dan ikut berlayar sampai ke Lombok


Putra beliau bernama : Syarif Abdullah bin Panglima Laksamana Pertama. Keturunan ini berkembang di Lombok, Nusa  Tenggara Barat, dan Pulau Jawa, Abdullah bin Tuan Abu kemudian menikahi putri Kesultanan Banten, dan  diangkat menjadi Tumenggung di Banten, dimasa tua beliau baru kembali ke Lombok dan menetap disana hingga wafat pada tahun : 1856 M. 


Sayyid Abdullah bin Abubakar I, Makam di Lombok, NTB sekarang


 Syarif Abdullah, tercatat lahir Sambe Darit :  1769 M, wafat lombok 1856 M,


 Diduga nantinya beliau hijrah ke Lombok karena dibawa Ayahnya dan menetap disana bersama ibu mereka. Karena ada  beberapa saudara Abdullah yang lahir hingga wafat di  Lombok . 


Pada  masa dewasa, Beliau ini kemudian menikahi bangsawan Banten dan menetap di Banten karena diangkat menjadi Tumenggung di Kesultanan Banten. 


Setelah tua dan uzur, kembali ke Lombok hingga wafatnya. 


Beliau menurunkan Panglima Laksamana III Leaxa, Sayyid Abubakar bin Abdullah Jamalullail dilantik oleh  Sultan Osman 1819 M. Makam nya ditemukan di Martapura Banjar. 


Kemudian Sayyid Abubakar bin Abdillah, bin Abubakar bin Abdullah, cicit buyut, dilantik menjadi Panglima Laksamana IV zaman Sultan Hamid I, 1855  ditempatkan di Lombok.  Makam Beliau ini ditemukan di Jeranjang Lombok Nusa Tenggara Barat. 



Gambar Ilustrasi


Kembali kepada  Riwayat tadi : 


Benar saja,: ternyata Sultan Abdurrahman Alkadri sempat beberapa kali memerintahkan Hulu Balang agar mencari Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri dan menyusul ke Banjarmasin tepat nya di Sabamban.  


Setelah lebih dari satu minggu berlayar dari Pontianak,


perahu hulubalang kesultanan, tiba di Sabamban


Ketika sampai di Sabamban ternyata anak - anak Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri yang tidak ikut berlayar ke Segeram, tidak mengetahui Ayah nya ke Segeram


Ternyata keberangkatan ke Segeram di rahasiakan kepada anak - anaknya yang tinggal atau yang menetap baik di Sabamban maupun yang di Banjarmasin umumnya


Setelah lelah satu bulan mencari, akhirnya rombongan kembali lagi ke Pontianak dan melaporkan kepada Sultan Abdurrahman Alkadri, bahwa beliau tidak ditemukan di Sabamban


Betapa Sulitnya mencari pigur pengganti Panglima Laksamana ini,  


Menurut catatan Pangeran bendahara Ahmad

 bin Sultan Abdurrahman Alkadri : 1840 M


Penyebabnya Karena hampir seluruh adik - adik Sultan Abdurrahman Alkadri tidak satupun yang memiliki keberanian seperti Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri


Sehingga beliau terpaksa mengangkat Nakhoda Ahmad yang juga ikut Beliau setiap kali berlayar baik untuk berdagang maupun untuk berperang. 


Keahlian Nahkoda Ahmad mampu berlayar dan menguasai situasi dan kondisi dalam keadaan normal, namun untuk berperang beliau kurang mahir , karena hari - harinya di habiskan di dalam Kapal


Termasuk menghindarkan perahu layar dari sergapan musuh ketika keadaan tidak memungkinkan, ketika Sultan Abdurrahman Alkadri belum mengatur taktik atau siasat untuk berperang


Jika sekedar mengetahui situasi perairan daerah setempat atau laut setempat,.Nahkoda Ahmad sangat paham tentang hal tersebut

: Tapi bermanuver dalam perang, ini yang jadi masalah.

 


Gambar Ilustrasi



Ketika membangun kembali Segeram,  abad ke 17 M :


Masing - masing anak - anak Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri membersihkan puing - puing yang berserakan bekas peninggalan Portugis


Dari bekas puing-puing tersebut ternyata masih bisa di temukan piring dan benda keramik yang masih utuh di bawah bangunan yang di robohkan.


 Disinilah di ketahui selain bangsa Portugis juga ada orang-orang Cina yang mendiami Segeram. Walaupun jumlah mereka tidak terlalu banyak sebagai pedagang yang singgah dan menetap di Segeram,


Demikian juga di temukan peralatan untuk mengambil dan mengukir karang laut Untuk di jadikan piring atau alat perabot rumah tangga. Selain itu juga di temukan kuburan - kuburan cina dan Bangsa Portugis yang terbuat dari Karang Laut.

 

Pada saat pembersihan di temukan juga paku - paku yang cukup panjang berkarat dan berwarna Hitam.  Syarif Ibrahim Alkadri,.saat itu masih berusia 6 tahun,  kemudian menancapkan paku - paku ke tiang Bangunan itu dengan tangan kosong tanpa alat bantu.


Oleh kejadian itu beliau, baik dari keluarga Alkadri, Al-Idrus dan keluarga Banjar yang ikut memanggil beliau dengan gelar Paku Alam”.


Dan panggilan tersebut di sempurnakan oleh bajak - bajak laut, ketika beliau dewasa yang berhasil beliau taklukkan ketika bermaksud menjarah Kampung Segeram, sehingga beliau terkenal  dengan sebutan "Panglima Hitam Paku Alam." 


Kata "Hitam" : karena kulit beliau yang menghitam disengat matahari Pulau Tujuh  saat menyelam dan mencari karang laut bertelanjang dada sebagai bahan kerajinan ukiran yang menjadi mata pencarian beliau, selain berkebun, bertani, dan mencari ikan, dengan memancing, menjala, membuat kelong dan belat. 


Kerajinan mengukir karang laut diajarkan oleh ayah beliau, "Panglima Laksamana Pertama", dengan menggunakan  peralatan bekas peninggalan bangsa Portugis, kemudian mereka meneliti dan mempelajari kegunaan peralatan tersebut,. Yang ternyata alat - alat tersebut dapat di gunakan untuk mengambil dan mengukir Karang Laut,.


Sehingga pada saat itu hampir semua barang pecah belah atau barang rumah tangga mereka buat dari karang Laut, termasuk hiasan rumah, hingga ukuran kaligrafi Arab dan batu nisan serta kembali untuk digunakan dan dipakai di Kampung Segeram.


Cucu Panglima Hitam Paku Alam Segeram. Nikah Sepupu.
38@Syarif Yahya bin Muhammad Al Kadri, 1921 - 2005. - 84 tahun
43@Syarifah Aminah putri Syarifah Zam - Zam Al Kadri. 80 tahun 2023

 bin / binti :  Syarif Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram




Artinya setelah di tinggalkan Portugis,.


Maka orang pertama yang mendiami kampung Segeram adalah Ahlulbait Rasullullah dari marga Alkadri dan Al-Idrus dikuti Kemudian Keluarga Banjar dan Bajak Laut yang ditaklukkan, serta dari berbagai Suku yang mendiami kepulauan Natuna, saat itu diperkirakan sekitar  abad ke 17 M

 

Menurut catatan Pangeran Bendahara Ahmad Bin Sultan Abdurrahman Alkadri :

Pada saat itu, Segeram merupakan Kampung Yang Misterius,


Sehingga perompak dan Bajak laut pun tidak berani tinggal di sana. 


Sebab itu di pilihanya Segeram merupakan pilihan yang tepat oleh Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri. Untuk tempat menghindar sementara agar tidak di ketahui abang beliau Sultan Abdurrahman Alkadri yang meng - inginkan agar Syarif Abubakar tetap menjadi Panglima Laksamana satu di Kesultanan Kadriah Pontianak pada saat itu,.


itulah sebabnya, Sultan  Abdurrahman memberi  gelar "Pangeran Laksamana Muda" kepada putranya, : Pangeran Syarif Abubakar bin Sultan Abdurrahman, yang setelah dinikahkan kemudian di tugaskan ke negeri China.


 Keturunan beliau ini tidak ditemukan di Nusantara. Tercatat ada  7 anak keturunan ini, 4 Putra dan 3 Putri,  semua menetap di Wuhan Negeri China, tak satupun kembali ke Pontianak.


Perlu kiranya diketahui, dalam adat istiadat dan tradisi Kesultanan Pontianak, hanya mereka yang bernama :"Abubakar" dari keturunan Panglima Laksamana Pertama, yang dilantik dengan  gelar "Panglima Laksamana".  


Panglima Laksamana III  Leaxa : 

Syarif Abubakar bin Abdullah Tumenggung Banten,  bin Tuan Abu. 

Dilantik oleh Sultan Syarif Osman, pada : 1819 M. Wafat di  Banjar 1855


Panglima Laksamana IV : 

 Syarif Abubakar bin Abdillah, bin Abubakar Panglima Laksamana III Leaxa, bin Abdullah Tumenggung Banten, Bin Abubakar Panglima Laksamana Pertama, Dilantik oleh Sultan Hamid Satu, pada 1855 M. Beliau ini wafat di Lombok dimasa konflik dengan Raja Bali Mataram, Anak Agung Gde Agung. 


Makam beliau ditemukan di Jeranjang Lombok Nusa Tenggara Barat. 


BACA DISINI SELENGKAPNYA, KLIK >>

SEJARAH MAKAM JERANJANG



Panglima Laksamana Kesultanan Melayu
Gambar Ilustrasi




BERSAMBUNG BAGIAN KE TIGA, KLIK>> : 




Baca Seputar Segeram , Klik >>> :







HIKAYAT "PANGLIMA HITAM PAKU ALAM" SEGERAM: I ( SATU )

 BAGIAN PERTAMA ; ASAL - USUL  DAN KELUARGA ,

By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani 

Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,

Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,

Catatan Pangeran Bendahara 

 Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M

 

 

Gambar Iluustrasi
"KALIAN ADA, KARENA KAMI ADA,
JANGAN LUPAKAN KAMI...!!
Pesan Ghaib Makam Keramat 7 Segeram


Mengenang Kilas Balik Sejarah dan Kehidupan

Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Alkadri,

Gelar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram

Maktab NanGq 1857 - Dewan Pimpinan Pusat

Kode Buku Induk Nasab :  36. 763.328.1

# Syarif Ibrahim Bin Panglima Laksamana Satu Syarif Abu Bakar Alkadri Jamalullail Al  Husaini

 

DATA SILSILAH :

Sumber 

: Dari catatan Tua Pangeran Bendahara Ahmad Bin Sultan Abdurrahman Alkadri 1840 M - 1261 H, tertulis Dalam Maktab NanGq 1857, Pangeran Bendahara Syarif Ja Far bin Sultan Hamid Satu, bin Sultan Usman, bin Sultan Abdurrahman,Sultan  Pontianak Pertama,  bin Habib Husein.

Mengenang Kilas Balik Sejarah dan Kehidupan

Syarif Ibrahim Bin Panglima Laksamana Satu Syarif Abu Bakar

Merupakan  Keturunan Sayyid Husein, bin Sayyid Ahmad, 

Gelar Tuan Besar Mempawah 1699 - 1763 M.

 Bermarga Al Kadri Jamalullail


Syarif Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram 

Lahir : Sabamban, 19 Julhidjah 1194 H  - 1773

Wafat : Segeram, 12 Muharam 1278 H -  1857 M

Usia hidup 84 tahun; Maqam terbuat dari Karang Laut

Terkenal dengan julukan : Panglima Hitam Paku Alam

Istri : Syarifah Fatimah Al-Idrus binti Pangeran Syarif Ali Sabamban, Maqam berdampingan dengan Beliau, 2 istri lainnya,  Syarifah SIFA, dan Syarifah NUR, di Pontianak, yang menurunkan 17 anak keturunan hingga hari ini.

=================


 Makam Panglima Hitam Paku Alam
Syarif Ibrahim bin Syarif Abubakar Al Kadri
Bersama Istri Beliau


 

PENGANTAR :


CATATAN  SEJARAH DUNIA SE ZAMAN 


##, Natuna dalam catatan sejarah dunia,


Berdasarkan Buku Harian Kapten Cyrille Pierre Théodore Laplace

Hidup di abad ke 18 Masehi, ( 7 November 1793 – 24 Januari 1875)


Menggunakan Kapal korvet La Favorite pada 12 Maret 1831, Ia merapat ke Natuna selama sembilan hari menjelajah Natuna, Anambas, Pulau Laut, yang saat itu ramai penduduk.


Kapten Cyrille Pierre Théodore Laplace, Adalah navigator asal Prancis yang terkenal karena mengelilingi dunia dengan kapal La Favorite. Dia sangat penting dalam pembukaan perdagangan Prancis di Pasifik. Ia menerima pangkat kapten dari kerajaan Prancis


Pada bulan Desember 1829 Laplace (1793-1875) tepatnya tanggal 30 Desember 1829  ditugaskan untuk melakukan ekspedisi ke India, Hindia Timur, dan Asia Tenggara, dengan korvet La Favorite seberat 680 ton, "dan kemudian dia memilih untuk melakukan ekspedisi, lanjutan melalui Selatan Pasifik" (Howgego).


“Tujuan pelayaran ini adalah untuk mengibarkan bendera Perancis di perairan timur dan perairan lain nya, guna membangun kembali pengaruh Perancis atas Indo-China dan Pasifik.


Pelayaran tersebut juga sangat sukses secara ilmiah...


Pekerjaan hidrografinya menyeluruh dan dapat diandalkan, pekerjaan yang dilakukannya di kelompok kepulauan Nusantara, pada 12 Maret 1831, Ia merapat ke Natuna selama sembilan hari menjelajah Natuna, Anambas, Pulau Laut, hingga pada 21 Maret 1831 meninggalkan kepulauan Natuna dan Anambas di wilayah Malay itu. Catatan ini sangat berharga, dan koleksi spesimen sejarah alam yang bagus berhasil dibawa kembali.


Laplace mengunjungi Singapura, Manila, Kanton, Batavia, Chili, dan pelabuhan lainnya" (Hill). Hebatnya, Laplace hanya kehilangan dua puluh satu orang selama 482 hari di laut, dan tidak ada desersi, "penghargaan atas popularitas dan kepemimpinan Laplace yang bijaksana" (Howgego).

 

Gambar pensil Perahu Layar Laplace 
Ketika merapat ke Natuna
Dibuat oleh Laplace 
Dilihat dari daratan 



PELAYARAN PANGLIMA HITAM KE SEGERAM :


      PELAYARAN DARI BANJAR KEPULAU TUJUH , Tahun 1779 M


       Pada  , 31 Desember 1799 M, VOC sekutu dagang Belanda, yang didirikan pada abad ke 16, dinyatakan Bangkrut. Dan semua asset serta hutang piutang dinyatakan diambil alih oleh Kerajaan Belanda, dimana hari itu juga Kolonialisme Penjajahan Belanda di wilayah Hindia Timur, berlanjut, !! : 

       Dan berlangsung selama 143 tahun,:  

       Hingga berakhir pada 1942 M. 


Disisi lain, 

Setelah mengundurkan diri dari Jabatan pada 5 Juli 1779 M,  Beliau, Syarif Abubakar, kemudian berkumpul dengan keluarganya, istri kedua, Syarifah Aminah Alidrus asal Trengganu yang menetap  di Sabamban bersama anak -anak nya, serta merancang untuk mencari pulau kosong baru sebagai tempat bersembunyi, serta pangkalan guna menggerakkan perlawanan terhadap Belanda saat itu. 


Terbukti keturunan ini kemudian hilang dari catatan, baik catatan Belanda, catatan Inggris,  hingga catatan lembaga pencatat nasab yang ada di Nusantara saat itu. 


Kesultanan Pontianak berdiri Pada tahun : 1778 M (1192 H), Sultan Abdurrahman dilantik menjadi Sultan Kesultanan Pontianak pada  tanggal 18 Syaban hari Senin, 1192 H, kemudian 


Sayyid Abubakar dilantik sebagai Panglima Laksamana Nusantara Pertama  Kesultanan Pontianak, 1778 M - Beliau dilantik oleh  Sultan Abdurrahman pada  tepatnya  tanggal 23 Syaban 1192 H, hari Jum"at, hari ke 5 setelah penobatan Abdurrahman menjadi Sultan -  


Akan tetapi Beliau kemudian : mengundurkan diri pada  5 Juli 1779 M,  karena tidak sepakat ketika Kesultanan menerima kerjasama dengan Belanda. 


Pada saat mengundurkan diri,  Beliau tidak  mengungkapkan maksud dan tujuan sebenarnya, melainkan dengan alasan untuk berda'wah,. kepada saudara nya, Sultan Abdurrahman,


Akan tetapi keputusan tersebut sangat di mengerti oleh Sultan Abdurrahman Alkadri,. Karena sangat paham dengan watak adik nya Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri, yang keras dan sangat anti segala bentuk penindasan



Sebab - sebab Hijrah Ke Segeram

sekitar abad ke 17 M, : Tahun 1779 M 

 

Panglima Hitam Paku Alam, saat itu beliau baru berusia  6 tahun, Berangkat Hijrah ke Segeram dari Sabamban, bersama Ayah nya Panglima Laksamana Satu Syarif Abu Bakar setelah mengundurkan diri sebagai Panglima Laksamana Satu,.( 5 Juli 1779 M) setahun setelah Kesultanan Pontianak di tabalkan dulu, 


 Keputusan ini dipicu oleh Karena beliau , Syarif Abubakartidak setuju dengan kebijakan Sultan Abdurrahman Alkadri yang bekerja sama dengan Belanda, - Dan beliau kemudian bergabung dengan anak - anak nya di Sabamban, Borneo Selatan dimana istri keduanya Syarifah Aminah Alidros asal Trengganu hidup dan menetap . 


Mungkin  menurut Beliau, kerjasama tersebut akan merugikan Kesultanan Pontianak nantinya. Akan tetapi langkah yang diambil Sultan Abdurrahman, juga tak sepenuhnya salah, meski tak sepenuhnya benar. 


Dapat di analisa dan di fahami bahwa langkah kompromi tersebut demi eksistensi Kesultanan yang baru seumur jagung tersebut. Jika memilih ber konflik secara terbuka dan frontal, tidak mustahil Kesultanan Pontianak akan diratakan dengan tanah oleh Kolonial Belanda. 


Pada masa berikutnya Kita kemudian menemukan  Sultan Abdurrahman dalam menghadapi  Belanda ini, menerapkan politik 2 kaki. Dikenal dengan kata sandi "Kampung Dalam"dan "Kampung Luar" 


Beliau duduk satu meja dengan Belanda, disaat bersamaan  Beliau juga men - support gerakan perlawanan yang menenggelamkan kapal - kapal dagang Belanda di lautan, yang dilakukan oleh kaum kerabat Kesultanan Pontianak. 


Kerjasama dengan Belanda, terbukti memang kemudian banyak merugikan Kesultanan. Atas hasutan  Belanda, Pontianak beberapa kali terlibat peperangan dengan Kerajaan tetangganya, seperti : Kerajaan Sukadana, Kesultanan Sambas, dan bahkan Kerajaan  asal istri Sultan yaitu Mempawah.  


Wonderful Natuna



Pelayaran ke Pulau Tujuh, dari Sabamban 

sekitar  abad ke 17 M :

 

Pada sekitar abad ke 17  =  September 1779 M


Beliau, Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama, Tuan Abu, Tok Abu, disertai istri ke 2, : Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus asal Trengganu Tanah Melayu, bersama 4 putra beliau, masuk ke Segeram dan menetap selama kurang lebih 3 tahun di Segeram, antara tahun 1779 - 1782 M.


Sebelumnya Beliau bolak -balik. Sabamban - Lombok, dimana istri pertama Beliau. Aluyah Sambe, bersama anak - anak nya menetap di Lombok. Keturunan ini selain menetap di Sabamban, juga ada yang menetap di Lombok. 


Ketika berlayar ke Natuna itu,: dulunya dikenal sebagai kawasan Pulau Tujuh: Serasan, Tarempa, Midai, Sedanau, Bunguran, Anambas, Letung, Siantan, Pulau Laut,. Dan sekitarnya. 


Ada juga yang menyebut kawasan ini dengan Pulau Sembilan. 


Negeri Sembilan. Rimba Terjun Pulau Sembilan. Segara. Bahkan ada yang menganggap sebagai "Pulau Sarang Perompak" Karena angker dan sangat ditakuti saat itu, 


Tentunya masa itu ketika sebelum kedatangan keluarga Panglima Laksamana Tua ini, yang memilih menetap di pulau kosong itu bersama anak-anak nya pada  1779 M.  


Setelah merimba hutan, membabat alas, meletakkan dasar peradaban, dan tiga tahun menetap di Segeram, 


Kemudian Beliau Kembali lagi ke Pontianak


     Sementara ke empat anak beliau menetap di Segeram, 


     bersama Ibu Mereka  : Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus Trengganu


1. Syarif Ibrahim Bin Abu Bakar, Panglima Hitam Paku Alam Segeram, lahir Banjar 1773 - wafat Segeram 1857 M, Saudara Tertua. Nantinya menekuni profesi mengukir karang laut, bertani, berkebun, dan nelayan. 


     Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Segeram, Ibrahim kecil yang saat itu  berusia sekitar 6 tahun, menemukan  sebatang paku hitam besar berkarat, sepanjang sekitar  40 cm, Paku  itu kemudian ditancapkan ke atas karang yang menyembul dari permukaan tanah yang ternyata adalah kuburan. 


    Di duga kuburan tersebut bernama Sayid Abdullah Bin Muhammad berasal dari keturunan Campa, -  Keturunan Jeumpa Aceh, Syahriansyah Salman, atau Abdullah Persia, tepatnya Sayyid Abdullah bin Hasan bin Jafar Shodiq  -  Ada kaitan dengan Kesultanan Campa yang ada di Campa, lebih tepatnya : Jeumpa Aceh.  


   Beliau merupakan keturunan dari Campa/Jeumpa Aceh jalur Sayid Ja'far Shodiq Bin Sayid Muhammad Albagir keturunan Ahlulbait pertama yang datang ke Campa pada 777 M dan ke Segeram sekitar awal abad ke 17 M  diperkirakan menetap antara 1740 - 1769 M


2. Syarif Abdurrahman Bin Abu Bakar, Panglima Laksamana Karang Tanjung, lahir Segeram 1781 - Wafat  Segeram 1872 M, Adik Panglima Hitam. Menekuni ukir mengukir karang laut, berkebun dan bertani.


3. Syarif Jamalullail Bin Abu Bakar, Panglima Ribot, Junjung Buih, lahir Banjar 1778 - Wafat Segeram 1869 M Adik. Menekuni dunia kelautan sebagai nelayan yang sangat handal, dan


4. Syarif Yusuf Bin Abu Bakar, "Ki Syauki Yusuf", Panglima Jubah Putih lahir Banjar 1776 - Wafat Segeram  1867 M :  Yang kemudian dikenal  sebagai Ulama Besar Pulau Tujuh abad ke 18, Menetap di Segeram hingga wafat. Beliau ini Adik Panglima Hitam Paku Alam Segeram, yang memilih melanjutkan misi Da"wah ayah nya, Tuan Abu, tadi.  Mereka ini 6 bersaudara dari satu ibu. 


Keturunan Yusuf ini yang kelak  berlayar ke Bali menggunakan 4 armada kapal perang memasuki Kuala Perancak menyusuri Sungai Ijo Gading dan membuka wilayah baru dikenal dengan "Kampung Loloan", : 


Syarif Tue, Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Panglima Laksamana Satu  Sayyid Abubakar bin Habib Husein, jadi beliau bukan keturunan Sultan Abdurrahman sebagaimana rumor yang berkembang.


    4, Saudara ini lahir dari  satu  Ayah dan Satu Ibu, selain, 2 saudara lagi. 


       Ke empat putra, dari istri ke Dua,:  


Keturunan dari Syarif Abubakar Panglima Laksamana Pertama Kesultanan Pontianak  ini, bersama ibu mereka, Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidrus, asal Trengganu, Tanah Melayu, dimakamkan di Segeram.  


Mereka memang tercatat menetap  di Segeram hingga wafat nya. 


Pangeran Syarif Hamid bin Sultan Abdurrahman 
Keramat Angke Jakarta


Sementara 2 saudara lain nya, dari Panglima Hitam Paku Alam Segeram ini dari 1 Ibu yang sama, Syarifah Aminah binti Abdullah alidrus, bernama  : 


5. Sayyid ALI  bin Abubakar Tuan Abu, Panglima Laksamana Satu,: lahir Segeram 1780 Masehi, Disebutkan bergabung dengan saudara sepupunya, Pangeran Syarif Hamid bin Sultan Abdurrahman ( Angke ) di Batavia hingga wafat nya dan di  makam kan di TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok ( Jakarta Sekarang  ) 


6. Sementara Sayyid Maulana Malik  bin Abubakar Panglima Laksamana Satu,  tercatat :  lahir Segeram 1783, Wafat Batavia  1871, - usia hidup 88 tahun, merantau ke Batavia juga hingga wafat, dan di makam kan di Komplek Pemakaman Mbah Priok Batavia , sekarang Jakarta 



BACA SELENGKAPNYA DISINI, KLIK >> :

RIWAYAT PANGLIMA LAKSAMANA  I


BACA SELENGKAPNYA DISINI, KLIK >> :

CATATAN  KESULTANAN PONTIANAK


 Makam Beliau dan Istri


BERSAMBUNG BAGIAN KE DUA, KLIK >> :

MEMBUKA HUTAN KAMPUNG SEGERAM


======================

Sumber Referensi : 


Sumber Primer: 

https://www.peterharrington.co.uk/voyage-autour-du-monde-par-les-mers-de-l-inde-et-de-chine-151837.html

https://historia.id/sains/articles/natuna-di-mata-penjelajah-eropa-vJjYo/page/1, M.F.Mukthi | 07 Jan 2020

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2023/01/riwayat-3-panglima-di-segeram.html,

1.https://panglimalaksamana.blogspot.com/2023/01/riwayat-3-panglima-di-segeram.html

2. Maktab NanGq 1857 Pontianak Buku besar catatan Pangeran Bendahara Syarif Ja”far bin Sultan Hamid I, Pontianak,

Halaman Buku : 327 . Nomor urut Nasab : 35. Kode : 763.  Anak Ke 6 :  nasab ke 35. Syarif Abu Bakar 

bin  34. Habeb Husein Alkadri Jamalullail, Kode keturunan ini anak beliau : 763,1. 763.2 dst

Kode : 763 Halaman : 327, 328, 329, 330. Halaman berikutnya mengunakan Kode : 330.1, 330.2 dstnya.

  Kode 327 SD 330 Halaman anak - anak Syarif Abu Bakar Kode Panglima Hitam Paku Alam Syarif Ibrahim bin Abu Bakar di halaman 328

3. Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 - 

Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Habib Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah .

 Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379.

 Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman.

4. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Habeb Husein Alqadri

5. Manuskrip Syarif Ahmad Pangeran Bendahara bin Sultan Abdurrahman, tahun 1855 M, huruf arab bahasa Melayu

. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/12/sejarah-keluarga-al-idrus-sabamban.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2011/01/kesultanan-kadriahqadriahdalam_1051.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/mengenang-syuhada-perairan-lombok-tahun.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/09/siapakah-leluhur-syarif-tue-loloan-bali.html

https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-dan-7-makam-keramat.html


Sumber Sekunder :  

1. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/12/sejarah-hidup-sayyid-husein-mempawah.html

2. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/12/biografi-lengkap-sultan-syarif.html

3. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2021/04/habib-husein-tuan-besar-mempawah-dan_10.html

4. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-dalam-sorotan-kalian-ada-karena.html

5. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/mimpi-masa-depan-segeram.html

6. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2022/07/segeram-kampung-tua-bertuah.html

7. https://panglimalaksamana.blogspot.com/2011/01/kesultanan-kadriahqadriahdalam_3671.html

8. http://koranperbatasan.com/salam-perbatasan/baca/38518/kampung-segeram-dalam-arus-sejarah-natuna-3.html

9. https://koranperbatasan.com/salam-perbatasan/baca/39205/kampung-segeram-dalam-arus-sejarah-natuna-5.html

10. https://maaannamorrison.blogspot.com/2022/05/makam-datuk-panglima-hitam.html

11. https://pulauseribu-resorts.com/?p=2364