Rabu, 16 Desember 2020

Kezaliman, ! : Jalan tol menuju kehancuran suatu bangsa

By: SAY Qadrie, 

Menkaji Benar dan Salah Perspektif Moral Agama


Persoalan benar salah memang hal yang rumit dan membingungkan. Karena dunia ini penuh warna, bukan hanya hitam putih. Bisa dibayangkan seperti apa suram nya dunia jika hanya ada hitam dan putih.

Karena penuh warna, dunia juga penuh dengan tipu daya, rekayasa, pemalsuan kebenaran, pembenaran, sehingga benar dan salah menjadi abu - abu, bukan lagi hanya hitam dan putih, menjadi samar. Bahkan biasnya menjadi bendang kusam yang sulit di lihat dengan jelas.

"Kenalilah kebenaran, kalian akan tahu siapa pendukung nya," begitu pesan Imam  Ali pada zaman nya.

Sumber dan akar persoalan manusia berangkat dan berawal dari nafsu serakah. Nafsu serakah ini menciptakan ketimpangan sosial, penguasaan atas hajat hidup banyak orang, serta berpotensi menciptakan ketimpangan, ketidak adilan, semena - mena,  puncak nya adalah kezaliman, penzaliman. 

Firaun, Namrud, Hitler, Pol Pot, adalah nama - nama besar dibandingkan dengan Sumanto, kanibal yang memakan daging manusia itu. 

Secara naluriah, manusia memang cenderung ingin berkuasa dan menguasai.

 Menguasai lahan , menguasai hutan, menguasai wilayah, menguasai manusia lain nya. Nafsu berkuasa dan nafsu serakah, jika berkolaborasi, dua hal ini akan sangat berbahaya jika tak lagi sanggup dikendalikan, di kontrol dan diawasi. 

Nafsu ini dapat menjadi penyebab kerusakan luar biasa di muka bumi, dan  memakan korban banyak nyawa . Bukan hanya nyawa manusia, kehidupan pohon, flora, fauna, binatang, tumbuhan, jangkrik, belalang, katak, tupai, kancil, hingga orang utan, ikut terancam.

Semakin maju nya peradaban dan tehnologi manusia, kelihatan nya, mereka bukan nya mencari cara perbaikan bagi kehidupan, akan tetapi menemukan cara merusak kehidupan dengan lebih masif dan lebih parah.

Kerusakan hutan di zaman gergaji tangan, jauh lebih kecil di banding kerusakan hutan di zaman gergaji mesin. Pukat nelayan tradisional hanya menjaring ikan yang bisa dimakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan, tapi pukat trawl, menjaring sampai benih ikan yang terkecil tak lagi disisakan? 

Korban yang tewas dengan bom konvensional, jauh lebih kecil di banding bom atom, dan bisa di bayangkan jumlah  korban jika bom nuklir di ledakan? Dan sekarang, ada upaya menanamkan virus kedalam tubuh tiap orang dengan nama keren " penangkal nya," benarkah? Rupanya kelinci percobaan sudah habis jadi korban, sehingga nyawa manusia yang dipertaruhkan. 

Makin maju nya peradaban, makin maju juga cara manusia memusnahkan manusia lainnya, karena ini memang hal yang sudah di prediksi, bahwa : " Manusia adalah mahluk yang suka menumpahkan darah,"

Sampai di sini, anda yang baca bingungkan? Sama,!, 

Karena saya juga lagi bingung melihat situasi yang ada di negeri ini? Mungkin kita sudah sampai pada zaman yang sempat di cemaskan oleh khalifah Ali, Khalifah ke empat dari zaman Khulafa Rasyidin ini, ?

"Aku kuatir pada suatu zaman, :

Roda nya menggilas iman.

Keyakinan hanya tinggal pemikiran yang  tak berbekas dalam perbuatan.

 Banyak orang baik tapi tak berakal, ada yang berakal tapi tak beriman.

Ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.

Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.

Ada ahli maksiat rendah hati  bagaikan sufi.

Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat,

Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat.

 Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat,

 Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.

Ada yang ber lisan bijak tapi tak memberi teladan.

 Ada pelacur yang tampil jadi figur.

Ada  orang punya ilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan.

Ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tak tahu diri.

Ada yang beragama tapi tak ber akhlak, ada  yang berakhlak tapi tak ber Tuhan.

 (Mutiara Hikmah :  Imam Ali bin Abu Thalib )


Negeri Ha ha hi hi, - Gus Mus

#, Kezaliman, : Perbuatan yang paling dibenci Tuhan, 

Rasulullah Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menyampaikan bahwa yang membinasakan orang-orang terdahulu adalah hukum yang tidak di tegakan dengan adil. 

Jika orang yang terpandang atau memiliki kedudukan melanggar hukum tidak dihukum, tapi jika rakyat biasa yang melanggar hukum maka hukum ditegakan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Aisyah RA, orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan (nasib) wanita dari bani Makhzumiyyah yang (kedapatan) mencuri. Mereka berkata siapa yang bisa bicara kepada Rasulullah SAW? Mereka menjawab bahwa tidak ada yang berani kecuali Usamah bin Zaid yang dicintai Rasulullah SAW.

Maka Usamah pun berkata kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah SAW bertanya, "Apakah engkau memberi syafaat (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?" 

Rasulullah SAW pun berdiri dan berkhutbah, "Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum). Namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya." (HR Bukhari). 

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa manusia yang paling dicintai Allah SAW adalah pemimpin yang adil. Sementara manusia yang dibenci Allah SWT adalah pemimpin yang zalim.

 Sebagaimana hadits riwayat Abu Said al-Khudri RA. 

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِساً إِمَامٌ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُ عَذَاباً إِمَامٌ جَائِرٌ 

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah SWT dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya adalah pemimpin yang zalim." (HR At-Tirmidzi).


Refly Harun dan Haris Azhar 

Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama :

① Sedekah/amal jariahnya.

② Doa anak²nya yang soleh.

③ Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain. 


Tanda-tanda Seorang Ulama itu.

Bagaimana kita mengetahui bahwa seseorang bisa dianggap atau disebut ulama? Apa ciri-cirinya?

Habib Abdullah Al-Haddad ra, dalam kitabnya yang sangat terkenal dan dijadikan sumber pengetahuan etika di pesantren, Nashaihud Diniyyah, menyebut sejumlah tanda/indikator karakter ulama:

فمن علامات العالم : ان يكون خاشعا متواضعا خاءفا مشفقا من خشية الله زاهدا فى الدنيا قانعا باليسير منها منفقا الفاضل عن حاجته مما فى يده. ناصحاً لعباد الله. رحيما بهم أمرا بالمعروف ناهيا عن المنكر. مسارعا فى الخيرات ملا زما للعبادات . ووقار واسع الصدر لا متكبرا ولا طامعا فى الناس ولا حريصا على الدنيا ولا جامعا للمال ولا مانعا له عن حقه ولا فظا ولا غليظا ولا مماريا ولا مخاصما ولا قاسيا ولا ضيق الصدر ولا مخادعا ولا غاشا ولا مقدما للاغنياء على الفقراء ولا مترددا الى السلاطين”

Tanda/ciri orang alim (ulama) antara lain : 

1. pembawaannya tenang,

2. rendah hati, 

3. selalu merasa takut kepada Allah, 

4.bersahaja, “nrimo”,

5. suka sedekah, 

6. membimbing umat,

7. menyayangi mereka, 

8. selalu mengajak kepada kebaikan dan menghindari keburukan/maksiat, 

10. bersegera dalam kebaikan, 

11. senang beribadah, 

12. lapang dada, lembut hati, 

13. tidak sombong,

14. tidak berharap pada pemberian orang, 

15. tidak ambisi kemegahan dan jabatan, 

16. tidak suka menumpuk-numpuk harta, 

17. tidak keras hati, 

18. tidak kasar, 

19. tidak suka pamer, 

20. tidak memusuhi dan membenci orang,

21. tidak picik, 

22   tidak menipu, 

23. tidak licik, 

24. tidak mendahulukan orang kaya daripada orang miskin, 

25. dan tidak sering-sering mengunjungi penjabat pemerintahan/penguasa”.


Sementara Imam al-Ghazali menyebut sifat-sifat/ciri-ciri ulama sebagai berikut :

واعلم ان اللائق بالعالم المتدين ان يكون مطعمه وملبسه ومسكنه وجميع ما يتعلق بمعاشه فى دنياه وسطا. لا يميل الى الترفه والتنعم .

“Ketahuilah, bahwa yang patut/pantas disebut ulama ialah orang yang makananannya, pakaiannya, tempat tinggalnya (rumah) dan hal- hal lain yang berkaitan dengan kehidupan duniawi, sederhana, tidak bermewah-mewahan dan tidak berlebihan dalam kenikmatan.

Lain lagi pendapat Maulana Jalaluddin Rumi, penyair sufi besar. Saat ditanya santrinya, “Siapakah yang disebut ulama?

Beliau tak mendefinisikannya, tetapi memberikan contoh (perumpamaan) yang amat menarik tentang siapa orang alim (orang berilmu) itu. Katanya:

“Dia bagaikan pohon yang ditanam di tanah yang subur. Tanah itu menjadikan pohon tersebut berdiri kokoh dan kuat dengan daun-daun yang menghijau dan merimbun. Lalu ia mengeluarkan bunga dan menghasilkan buah yang lebat. Meski dialah yang menghasilkan bunga dan buah itu, tetapi ia sendiri tak mengambil buah itu. Buah itu untuk orang lain atau diambil mereka. Jika manusia bisa memahami bahasa pohon itu, maka dia sesungguhnya berkata :

علمنا الله ان نعطى ولا ان ناخذ

“Kami diajari untuk memberi dan tidak diajari untuk meminta”.


Ini kata Rocky Gerung