By : Syarif Tue Tsani, Panglima Laksamana I Wierelles VII
Pustaka Sejarah
Keturunan Al Qadri di Kaltim
1. Kelahiran, Keturunan dan Masa Kecil,
Nama lahir Maulana Syarif Husein bin Sayyid Noeh bin Syarif Muhdar bin Ali Alqadry. Lahir di Dusun Pelat, Desa Sepanjang, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
Maulana , lahir pada hari Rabu, tanggal : 05/07/1967 jam 9 pagi dari rahim ibu Siti Djamilah binti Abdurrahman Mandar. Masa kecil dilewati bersama kedua orang tua di Pulau Sapekan, wilayah yang agak terpencil ditengah laut, dikepung ombak ganas masuk daerah Kepulauan Madura.
Sejak berkesadaran,: Cerita yang selalu disampaikan oleh orang tua di telinga Maulana bahwa keluarga kami bukan asli penduduk setempat (pulau Sepanjang). Dan Nama Syarif Saleh dengan Syarif Muhdar ( Datuk ) bin Ali Alqadry, serta Syarif Alwi Alqadry itulah yang pertama tertanam di dalam memory kepala mengenai kaum kerabat kami di bagian timur negri ini.
Sementara di belahan utara pulau Sepekan kaum kerabat kami yang dikenal diantaranya Syarif Hamid alqadry ( Sultan Hamid. II ) di kerajaan Kadriyah, dan Syarif Ahmad Alqadry ( Putra Sultan Abdurrahman yang menikah di Kalimantan Bagian Timur ) Kerajaan Sadurangas.
Syarif Muhdar bin Ali bin Abubakar
Gelar :" Puang Sayye Layo Malinggato Ke keramatan Mandar"
( Tuan Sayyid Yang Mulia Keramat Mandar )
Beliau hidup di 3 zaman, ( Belanda, Jepang dan Transisi Kemerdekaan )
Lahir 1900.M: di zaman Sultan Yusuf, Sultan Muhammad
dan wafat di zaman Sultan Hamid.II. - 1952.M
Wafat di usia : 52 tahun. Makam di Mandar. Sulawesi Barat.
Sepanjang hayat nya , Syarif Muhdar bin Ali Mandar ( Datuk kami ini ) Menikahi 13 wanita dan meninggalkan 23 keturunan.
Abah Ana ( Sayyid Nuh bin Muhdar ) 22 bersaudara laki perempuan, sbb :
1. Sayyid Khatib bin Muhdar
2. Sayyid Hamzah bin Muhdar ( Menetap di Malaysia )
3. Syarifah Siti Khadijah bt Muhdar Menetap di Sulawesi
4. Syarifah Sami' bt Muhdar
5. Syarifah Mahliyah bt Muhdar
6. Sayyid Abdullah bin Muhdar
7. Sayyid Mahmud bin Muhdar
8. Syarifah Basse' bt Muhdar
9. Sayyid Noeh bin Muhdar ( lahir 1921. Abah Maulana, makam di Pulau Sepanjang )
10. Sayyid Radhin bin Muhdar
11. Syarifah Intan bt Muhdar
12. Sayyid Abubakar bin Muhdar
13. Sayyid Kadri bin Muhdar
14. Sayyid Alwi bin Muhdar
15. Syarifah Aminah bt Muhdar
16. Sayyid Umar bin Muhdar
17. Sayyid Usman bin Muhdar
18. Syarifah Baiduri bt Muhdar
19. Syarifah Dewi bt Muhdar
20. Syarifah Jauhari bt Muhdar
21. Syarifah Jamilah bt Muhdar
22. Syarifah Cayya bt Muhdar
Profil Tanah Kelahiran Maulana
Leluhur dari ibu Maulana, bernama Andi Tare Suku Bugis Bone yang bermukim di pulau Sepanjang pada zaman kerajaan Gowa tempo dulu,
Konon sejarah yang kami ketahui mereka sehingga ada di kepulauan itu atas perintah dari kerajaan Gowa untuk menghadang pasukan dari kerajaan Madura saat terjadi perang saudara antara kerajaan Gowa dgn kerajaan Madura yang konon masih bersaudara. Hingga kini, Ada peninggalan situs bukit tengkorak di daerah tersebut.
Semasa masih sekolah Maulana sering berlibur ke Banyuwangi dan Bali sebap pulau sepanjang hanya berjarak sekitar kurang lebih 120 mil laut termasuk pulau Lombok dan Sumbawa.
Pada tahun 1980, di usia sekitar 13 tahun, Maulana mulai di ajarkan untuk memberanikan diri mengarungi lautan dan bertualang menelusuri keluarga besar di daerah NTT, NTB, Makassar, Mandar dan Kalimantan oleh orang tua.
2. Pendidikan awal dan guru,
Maulana masuk Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1970 pagi harinya sore hari masuk Madrasah Ibtidaiyah disebapkan di kepulauan belum ada sistem pendidikan dari pemerintah.
Sehingga Sayyid Noeh Alqadry ( Abah ) ber inisiatif membuka lahan dan membangun wadah pendidikan bersama masyarakat setempat..
Alhasil berkat perjuangan Sayyid Noeh Alqadry beserta teman lainnya berhasil mewujudkan pendidikan secara nasional yaitu Sekolah Dasar Negri (SDN) pada tahun 1975 sehingga Maulana beralih ke sekolah SDN pagi harinya dan sore harinya tetap masuk madrasah (pondokan)
Pada tahun 1982 Maulana lulus dari kelas 6 (enam) SD. akan tetapi tetap melanjutkan pada pendidikan agama nya (di Madrasah) di bawah bimbingan KH. Abdul Wahab, Sayyid Noeh Alqadry, Asyeikh Muhammad Shaleh Alkhuraibi, dan KH. Abdurrasyid Mandar.
Pada tahun 1982 di usia sekitar 15 tahun, Karena sangat penasaran dengan apa yang sering di ceritakan oleh Abah bahwa kita ini bukan asli suku dan penduduk kepulauan sepanjang dan sekitarnya.
Nenek moyang kita orang Pontianak dan keluarga kita ada di pulau Sumba (ntt) dan lombok(ntb) . Pada tahun awal kelulusannya Maulana mencoba minta izin kpd kedua orang tua utk berangkat ke Banyuwangi dan kemudian ikut kapal nelayan pemuat cumi cumi dari Banyuwangi ke Sape Bima, Nusa Tenggara Barat.
Keberangkatan ke pulau Sumba gagal sebap di ceritakan awak kapal bahwa di Sumba itu angker dan ilmu hitam sangat mendominasi masyarakat di sana kata nya.
Akhirnya Maulana gagal berangkat ke Sumba dan kembali ke Banyuwangi kemudian kembali ke pulau sepanjang lagi melanjutkan sekolah di Madrasah Nurul Huda di bawah asuhan KH. Abdul Wahab di daerah itu.
Pada awal tahun 1983 setelah selesai belajar di madrasah tersebut melanjutkan belajar mendalami ilmu Balaghah kepada KH. Abdurrasyid Mandar di Desa Pegarungan Kecil..
3. Pengalaman mencari kerabat bersama Ayah,
Selanjutnya di jemput orang tua untuk berangkat ke tanah leluhur nya, tanah Mandar, dari sana mulai mencari data- data keluarga di tanah Mandar yang ternyata mereka di Mandar tidak ada yang berani menyebut nama langsung Syarif Muhdar Alqadry itu. Sebap Syarif Muhdar adalah sosok ulama kharismatik yang sangat di segani penjajah.
Anak anaknya menyebutnya Puang Sayyek Layo ( Tuwan Sayyid Tinggi ) dalam bahasa Mandar.
Mereka menyampaikan sekitar kisah kehidupan perjuangan dan hal mengenai keberadaan sosok Syarif Muhdar Alqadry semasa hidupnya jarang ada di kampung kalau pada siang hari. Beliau bergerilya mengajar (berdakwah) di kampung kampung pegunungan tanah Mandar pada masa nya.
Hingga hari ini, 2021, keturunan anak cucu Sayyid Muhdar Keramat Mandar di tanah Sulawesi, dsk diperkirakan tidak kurang dari : 1000 jiwa. Baik dari keturunan anak Laki- laki, maupun anak Perempuannya. Subhanallah,...
Sayyid Muhdar bin Abubakar bin Muhdar Alqadry . MA
( Cucu Sayyid Muhdar Keramat Mandar )
Pembina Pondok Pesantren Nurul Khairat Al-Muhibbin
di Balikpapan
##, Kisah Sayyid Muhdar bin Ali dari Putranya,
Salah seorang putranya yang dulunya sebagai anggota ARMED namanya "Sayyid Usman bin Muhdar Alqadry". Paman kami ini bergelar ( "Makanang" ) adalah nama TNI nya artinya ke satriya dalam bahasa Mandar. Beliau di makamkan di Maje"ne. Keturunan nya diantaranya : Abdullah, ( Menetap di Maje"ne) Muhdar, ( menetap di Berau ) Dewi, ( Menetap di Pasang Kayu, Mamuju Utara ).
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 1946.
Beliau bercerita bahwa abah nya Pussayek Layo itu pernah di berondong senjata otomatis jeren oleh 5 orang serdadu Jepang di depan mata nya..abah nya dikepung dan di tembaki saat memberi makan kuda nya setelah shalat subuh bersama nya di sekitar rumah mereka. Masyarakat di daerah itu hanya bisa terpaku dan mereka berteriak :"Allahu akbar!! "
Mereka semua kemudian berlarian ketakutan..
Akan tetapi dengan pertolongan Allah, setelah di tembakkan hanya kepulan asap yang terlihat mereka mengira Puassaye' itu sudah tidak hidup lagi, ternyata setelah asap beterbangan, peluru serdadu pun sudah habis,
Beliau berdiri sembari tersenyum melihat serdadu jepang itu pucat ketakutan bahkan ada yang kencing di celana sambil menyembah nyembah kepada Puassaye' lalu serdadu itu di suruh pulang tanpa ada kesan marah atau mau membalasnya, demikian menurut penuturan beliau: Sayyid Usman bin Muhdar Mandar ini.
Pada bagian lain, dari kisah salah satu orang tua yang kami temui pada saat masih menjadi nakhoda kapal, ( Pak Harun namanya ) bahwa pernah suatu kejadian Sayyid Muhdar ini ditahan Jepang dalam satu penjara di Mamuju. Tidak berapa lama kemudian datang gelombang besar setinggi 7 meter yang menenggelamkan kampung Mamuju.
Akhirnya beliau dibebaskan bersama semua tahanan yang saat itu ditahan Jepang. Subhanallah, .....
##, Kisah dari Putra yang lain, Sayyid Muhdar bin Ali Al Muhsen Mandar,
Cerita yang kedua dari putranya "Sayyid Kadri bin Muhdar alqadry", saat mereka di kepung di daerah Pinrang saat Puassaye' shalat ashar tiba tiba kok langsung banyak tentara jepang bergabung dengan masyarakat setempat meneriakkan caci maki terhadap Puassaye'.
Disana juga beliau tanpa ada perlawanan setelah shalat mereka menaiki kudanya menyeberangi sungai sa'dang yang sangat deras arusnya itu. Banyak data yang sangat menakjubkan dan sangat membuat penasaran dalam penelusuran itu.
Hanya sekitar dua minggu di Mandar pada saat itu, kemudian kembali ke kepualuan sapeken dan kembali lagi mengaji di tempat maha guru KH. Abdurrasyid Mandar..
4. Pendidikan Tinggi
Maulana, Berangkat ke Balikpapan pada tahun 1984, di usia sekitar 17 tahun waktu itu, tepatnya tgl 10/10/1984 menginjakkan kaki di tanah Borneo yang kemudian menjadi tanah tempat kehidupan selanjutnya karena menikah disini.
Pada, sekitar Akhir tahun 1984 di usia sekitar, 17 tahun, setelah selesai belajar di tempat KH. Abdurrasyid , kami kembali lagi ke tanah kelahiran orang tua di Mandar, tepatnya di kecamatan Malunda..Kabupaten Majene Sulawesi Selatan
Tidak bosan rasanya menelusuri jejak langkah perjuangan dakwah datuk kami ini, Syarif Muhdar bin Ali Alqadry di daratan Sulawesi yang dikenal dengan Puang Sayye Layo Keramat Mandar ini
Maulana juga ketika di Balikpapan ini, setelah sempat pulang ke Sapekan, kemudian Kuliah disini mengikuti Pendidikan Diploma Maritim Jurusan Neotika di Balikpapan.
Kamipun bergabung dengan Senat Mahasiswa Kaltim. Dan, Pada tahun 2003 melanjutkan study di Perguruan tinggi di Balikpapan sampai selesai mencapai S1 Hukum sebagai penunjang formalitas dalam pekerjaan.
5. Perjuangan Da"wah, Organisasi dan Sahabat,
Ketika menginjakan kaki di Balikpapan, bertepatan Hari Jumat. Setelah shalat jum'at di jemput oleh kakak sepupu dan di bawa ke Penajam saat masih Balikpapan seberang namanya. Sebelum pemekaran wilayah.
Sesampainya di desa Penajam bertemu dengan orang india Abdullah nama nya beliau mengajak shalat berjama'ah di masjid Sayyidul Ayyam..dan pada saat itu pula banyak berkenalan teman teman IRMA ( Ikatan Remaja Masjid ) antara lain Uyeng, Abdul Khair, Ramang, Sinar Lamuri, Kamaluddin Sahar, Saidi, Salehuddin dll.
Mereka sangat menyambut hangat kehadiran Maulana di Penajam dan bergabung dalam IRMA di masjid itu.
Beberapa bulan kemudian kami membentuk Majlis Zikir dan Talim di beri nama "AL - MUQADDAM" di bawah bimbingan dan nasehat Sayyid Zainal Abidin, bapak Ali Muntar Tubo lurah di Kelurahan Penajam dan semasa itu kamipun bergabung dengan Senat Mahasiswa Kaltim..
Dari sinilah terbentuk iktan batin yang kokoh , mereka yang kemudian menjadi teman dan sahabat Maulana hingga hari ini diantaranya adalah:
1.Guru nanang, 2.Hamsyah H.M , 2.Gusti indra gunakri S.A., 3.Suryanto unik, 4.Misnu wardana, 5.Gusti Suherwansyah S.A., 6. Hamzah M., 7. Salim , 8.Aji.M.Sukarani, 10.Rahmatullah, 11.Tamsil, 12.Darwis, 13.Akbar (benk), 14.Sadan aswad , 15.Dedy Jaguar paw, dll
Mereka adalah tiang penyanggah majlis zikir "AL MUQADDAM" di kabupaten Penajam Paser Utara sampai saat ini.
Majlis ini , Almuqaddam, masih berjalan sampai saat ini dengan jama'ah berganti ganti dari tahun ke tahun...dari generasi ke generasi, dari zaman ke zaman. Sudah berlangsung sekitar 37 tahun hingga hari ini. Di Mushallah Almuqaddam kami mendidik anak anak mengenal Al qur'an dan ilmu agama lain nya demi menyampaikan risalah Rasulullah s.a.w kepada generasi muda di sekitar kami. Alhamdulillah, ....
6. Kaum kerabat dan sanak saudara
Sayyid Hasyim Kadri bn Muhdar Alqadry
bersama saudarinya Syf . Hafsah bt Kadri Alqary
di Maje"ne. Sulawesi Barat
Dua tahun kemudian abah datang menjemput untuk pulang kampung sebap kerinduan ibu yang tak terhingga.
Selang beberapa lama, Kami kemudian berangkat ke Makassar untuk menemui kakak nya Abah ( Paman Saya ) anak ketiga dari saudara tertua dari dua kakaknya Sayyid Khatib Alqadry dengan Sayyid Hamzah yang masih hidup pada saat itu.
Kami ke Makassar lewat darat sebap menyempatkan ziyarah ke makam jiddi Syarif Muhdar Alqadry di Kabupaten Polmas, ( Polewali - Mamasa)
Kami juga sempat menemui saudara ayah kami ( Bibi ) Namanya Hj. Syarifah Siti Khadijah binti Syarif Muhdar Alqadry Beliau menikah dengan Andi Saleh, memilki 1 putri bernama : Andi Khadijah bti Andi Saleh, ibu dari Profesor Andi Papabarri Dosen di Makassar ) Puang Sitti semasa hidupnya bermukim di Makassar tepatnya di : Jalan Satando saat itu.
Dari Puang Sitti mendapat berita bahwa abah nya Syarif Muhdar datang ke Makassar bersama : Sayyid Ali ayah dari Sayyid Muhdar ini, dengan kakak nya bernama Sayyid Alwi, ( Paman Sayyid Muhdar ) yang merupakan keturunan dari Sayyid Abubakar bin Sultan Abdurrahman Pontianak.
Kreatifitas alqadry ada di Penajam saat ini.
Berdiri satu buah Masjid hasil
karya cucu Syarif Muhdar Alqadry
Masjid Al islamiyah km 2 kab. Penajam Paser Utara calon IKN saat ini.
Arsiteknya Maulana Syarif Husein bin Noeh bin Muhdar bin Ali Alqadry
Masjid ini menggambarkan kubah Sayyid Noeh bin Syarif Muhdar bin Syarif Ali Alqadry
di pulau Sepanjang Sapeken Sumenep Madura Jawa Timur
Sayyid Abubakar ( Ibu Nyai Halimah ) bin Sultan Abdurrahman, menurut sebagian ahli sejarah, beliau ditugaskan sebagai Duta Kesultanan di Negeri China, tidak kembali hingga wafatnya.
Ada catatan ditangan kami yang kami temukan dari hasil penelusuran, tercatat keturunan dari Abubakar sbb :
1. Ahmad bin Abubakar
2. Abdurrahman bin Abubakar ( Makam di Kupang )
3. Hamid bin Abubakar
4. Jafar bin Abubakar
5. Umar bin Abubakar
6. Alwi bin Abubakar
7. Ali bin Abubakar
8. Zain bin Abubakar
9. Jamalullail bin Abubakar
10. Abdullah bin Abubakar, :
====>>, Pelurusan Nasab ini :
Berdasarkan catatan pada maktab NanGq 1857 warisan turun temurun dari Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah, atas perintah Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Panglima Laksamana I Kesultanan Pontianak,
Pada Kamis, malam Jum"at, 25 September 2025, pukul : 21.49 menit,
Bahwa :
No. 2. adalah : Gen 38@ Abdurrahman bin Abubakar ( Makam di Kupang ) adalah keturunan dari Gen37@Sayyid Abubakar Jamalullail Panglima Laksamana III leaxxa, Makam Martapura, bin Gen36@Sayyid Abdullah Tumenggung Banten, makam di Lombok, bin Gen35@Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I Wierelles, makam di Pontianak, bin Gen34@Sayyid Syarif Husein Tuan Besar Mempawah, makam Sejegi Mempawah.
Bahwa Sayyid Abubakar makam Jeranjang Lombok Nusa Tenggara Barat, adalah : Gen39@Sayyid Abubakar Jamalullail Panglima Laksamana IV, bin Gen38@Sayyid Abdillah, bin Gen 37@Sayyid Abubakar Panglima Laksamana III Leaxa, bin Gen 36@ Sayyid Abdullah Tumenggung Banten, anak pertama Tuan Abu dari istri Aluyah binti Abdul Tatong Sambe, bin Gen 35@ Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I, bin Gen 34@ Sayyid Husein bin Ahmad Tuan Besar Mempawah
Demikian pelurusan nasab ini, oleh :
Ketua Dewan Nasab Alkadri Pontianak.
Syarif Tue Tsani, Abdullah bin Yahya Alkadri. Gelar warisan : Panglima Laksamana I Wierelles VII- Kepala Keluarga Keturunan Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein Alkadri Jamalullail Tuan Besar Mempawah -
==================================================
Gen43@Maulana Syarif Husein PPU
bin Gen42@Syarif Noh makam Sepekan
bin Gen41@Syarif Muhdar makam Mandar
adalah keturunan
Gen40@Ali Al Muhsen Wafat dalam peristiwa Laut Lombok
Gen39@ keturunan Syarif Abubakar
Pangeran Wiranegara Bendahara II
Selengkapnya sbb :
Gen39. Pangeran Bendahara Tua
Wiranegara II Syarif Abu Bakar Alkadri /
Istri Dayang Maimunah Binti Daeng
Meteng (Daeng Meteng Ayah Angkat
Syarif Abu Bakar Alkadri kemudian
Ayah angkatnya memberi gelar Daeng
Sunudi yang di nisbahkan ke dirinya
Daeng Meteng)
Makasar Sulawesi Selatan
dari Keturunan :
38@Pangeran Bendahara Syarif Ja"far makam Al Quds Saudi
bin 37@Sultan Syarif Hamid I, Pontianak
bin 36@ Sultan Syarif Usman, Pontianak
bin
35@Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak
Sedangkan Keturunan : Ali al Muhsen bin Abubakar sbb :
1. Saleh bin Ali Al Muhsen , bin Abubakar ( Makam di Pulau Sumba )
2. Muhdar bin Ali, bin Abubakar ( Makam di Mandar. Sulawesi Barat )
3. Yusuf bin Ali, bin Abubakar
4. Hasan bin Ali, bin Abubakar
5. Husein bin Ali, bin Abubakar
6. Syeh bin Ali, bin Abubakar
7. Ibrahim bin Ali, bin Abubakar
8. Isma'il bin Ali, bin Abubakar
Maulana, sempat dua tahun di kampung halaman Abah ( Mandar ) kemudian kembali lagi menghadap guru mendalami ilmu agama, di Pulau Sapekan.
Sayyid Muhammad Tamsil bin Muhammad Alqadry
Anggota DPRD di Majene Sulawesi Barat
Keturunan Syarif Muhdar Mandar7. Pengabdian dan Pekerjaan
Pada tahun berikutnya yakni tahun 1992 Maulana kembali mengarungi samudra Indonesia dari Sabang sampai Merauke menakhodai sebuah kapal dagang dari Balikpapan ke Surabaya, Gresik, Semarang, Bali, Banyuwangi, Makassar, Kendari, Palu, Banjarmasin bahkan sampai Bagan Siapi api Sumatra Utara.
Dimana kapal berlabuh disana Maulana berdakwah dan mencari guru mendalami ilmu agama. Berbeda dengan istilah orang tempo doeloe dimana sang nakhoda berlabuh, disana ada istri, hal ini Maulana yang melawan mitos nya.
Setelah turun dari kapal, Maulana kemudian Memulai pengabdian kepada negara RI sejak tahun 1997 bergabung dengan kepolisian negara di Mapolres Balikpapan.
Pada tahun 2016 di angkat menjadi supervisor di perusahaan sebap keberhasilan dan kedisiplinan di dalam menjalankan tugas.
Pada tahun 2017 diangkat lagi menjadi kepala bagian Humas ( Kabag Humas ).
Tiga tahun kemudian saat itu pula tepatnya pada tgl 15 February 2020 wafat istri tercinta Dayang Siti Aminah pergi meninggalkan kami untuk selama lamanya.
2021 Di pindahkan ke Kabag Pemasaran
8. Pernikahan, dan Kehidupan Berkeluarga
8. 1. Istri dan anak - anak,
Pada bulan November 1994, di usia sekitar 27 tahun saat itu, Maulana menemukan jodoh di bumi Borneo ini. Kami melaksanakan pernikahan di Balikpapan, dengan seorang wanita terbaik yang mendampingi kami, bernama "Dayang Siti Aminah", wanita setempat,
Mendiang Almarhumah Dayang Siti Aminah
Lahir di tana grogot thn 1968 - wafat 15 februaty 2020 di Penajam
istri pertama Maulana..
Belakangan kami baru tahu ternyata istri saya ini ada hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Sadurangas, artinya ada hubungan dengan keturunan darah Pangeran Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman Pontianak, yang dulu sering disebut Abah.
Alhasil, setelah menjalani kehidupan rumah tangga yang cukup bahagia, istri yang sangat kami kasihi dan cintai ini berpulang ke Rahmatullah, pada 15 February 2020.
Dari pernikahan ini Maulana di karuniai keturunan : putra putri
1.Sayyid Ibnu Iqbal Alqadry
2.Syarif Muhammad Aqiel Alqadry
3.Syarifah Jamilah Alqadry
4.Syarif Muhammad Syaikhon Alqadry.
Anak pertama kami, lahir Setahun kemudian tepat 50 tahun Indonesia Merdeka dan diberi nama : Sayyid Ibnu Iqbal Alqadry pada tgl 15/08/1995 jam 14, 25 di Balikpapan. Sekarang 26 th 2021.
8.2. Profesi, Pekerjaan dan Interaksi sosial,
Perjalanan sebagai nakhoda Kapal menelusuri samudra itu bukan hal yang mudah dan gampang sangat melelahkan.
Akhirnya pada tahun 1996 turun dari kapal beberapa bulan kemudian kembali mengabdi sebagai suami dan kepala rumah tangga dan mengikuti pendidikan pam swakarsa di Polda Kaltim.. dimana saat itu Kepolisian negara membutuhkan relawan bela negara demi menjaga keamanan di daerah masing masing.
kekacauan di masa dinasti Gusdur transisi ke ibu megawati. tahun 1997-1999.
Berkunjung ke Pontianak kedua kali nya menghadiri undangan pernikahan cucu paduka yang muliya sekali gus menyampaikan dari salam keluarga besar alqadry di belahan Celebes dan Borneo bagian timur kpd yang muliya Sultan Syarif Abubakar Alqadry di kediamannya dan di kasi mandat secara lisan untuk mengumpulkan sanak keluarga Alqadry dimanapun berada.
Saat saat paduka yang muliya menceritakan bahwa keluarga alqadry itu ada di NTT, NTB, Sulawesi, Bali, Madura dan di belahan Timur Indonesia lain nya.
Patut di contoh beliau sangat sopan dan sangat berhati hati di dalam bicara..terhadap siapapun...di hadapan nya.
Alhamdulillah pada Tahun 2013 . Maulana menginjakkan kaki di tanah suci Makkah dan Madinah
Pada tahun 2017 mendapat telpon dari paduka yang mulia Sultan Syarif Abubakar Alqadry bahwa ada keluarga Istana Kadriyah di Balikpapan ( Syarif Usman Alqadry ) dalam rangka study banding di PLN Balikpapan menginap di Hotel Platinum Balikpapan Utara..
Keluarga Maulana Syarif Husein bin Noeh bin Muhdar Al Qadri
Penajam Paser Utara ( PPU )
8.3. Menikah lagi, yang kedua kali
Sepeninggal mendiang Istri sempat menjalani hidup tanpa pendamping selama 1,5 tahun. Kehilangan sahabat, teman, istri, dan ibu dari anak - anak ini, terasa cukup berat untuk kami. Oleh karena nya kami berniat menikah lagi, untuk teman hidup dimasa yang sudah mulai menjelang lebih dari setengah abad ini.
Didalam perjalanan itu Maulana shalat istkharah memohon kpd Allah agar kiranya sang pemilik alam jagat raya masih berkenan menganugrahkan seorang pendamping shalehah seperti mendiang Dayang Siti Amnah demi menghindari fitnah. Di setiap sujud terkhir memohon petunjuk kepada Allah azza wajallah.
Alhasil do'a dan munajah terjawab,
Allah antarkan istri sahabat kehadapan Maulana dalam perjalanan itu datang melaporkan saudaranya yang terkena setruk sebap kebiasaan keluarga ini jika ada masalahnya selalu datang minta pendapat dan solusi kepada Maulana mereka sudah menjadi bagian keluarga dan kerabat Maulana semasa hidup mendiang suami nya Misnu Wardana.
Dari cerita orang sakit sampai kepada cerita masa hidup mendiang suaminya yang sangat sulit saya lupakan wasiat nya.
Singkat cerita kami pun melangsungkan pernikahan di kantor KUA Kecamatan Penajam pada hari Rabu pada tanggal 10 Maret / bulan Sya'ban, tahun 2021.
Maulana di anugarahi jodoh dan menikah kembali dengan wanita dari Banjarmasin "Noor Ainun" masih zurriyah dari candi agung (jawa dwifa) dia, Noor Ainun adalah mantan istri Misnu Wardana sahabat karib Maulana yang wafat pada tahun 2009 di dalam dekapan Maulana sendiri.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir nya alm. Misnu Wardana berwasiat menitipkan 2(dua) putri tercinta nya beserta istrinya "Noor Ainun"
Syarif Sayyid Ali bin Shaleh bin Ali bin Abubakar
( Habib Ali ini adalah putra Habib Saleh - Waingapu )
"Abah ulun titipkan anak anak tolong didik mereka, mereka itu anak nya Abah.
tolong tegur ibunya jika Abah anggap salah dalam bertindak" begitu wasiatnya sebelum menutup mata.
Kemudian dia ber istighfar dan mengucapkan dua kalimat syahadat sembari memegang erat tangan kanan Maulana sampai menghembuskan nafas terakhir nya.
Misnu Wardana adalah salah satu sahabat yang sangat setia di dalam satu visi misi menjalankan tugas dakwah di Majlis Zikir Almuqaddam.
Teringat perjuangan beliau disaat kami membangun Mushallah tempat kami berkumpul mengaji berzikir dan merencanakan urusan dunia dll.
Sosok seorang Misnu Wardana adalah yang berani berkorban jika itu urusan agama.
Dimushallah Almuqaddam kami telah mendidik anak anak mengenal Alqur'an dan ilmu agama lainnya demi menyampaikan risalah Rasulullah s.a.w kepada kenerasi muda di sekitar kami.
Momentum di tanah suci
*** Sumber Data: Narasi dari Maulana Syarif Husein Al Qadri ( PPU )
Keturunan Abubakar ini ditemukan di Kupang : Abdurrahman bin Abubakar, makam nya di Kupang. Kemudian di Lombok: keturunan Ali dan Alwi bin Abubakar, serta keturunan Ibrahim bin Ali bin Abubakar, dan Ismail bin Ali bin Abubakar.
Di Sumbawa,: keturunan Abdullah bin Abubakar.
Di Sumba, keturunan Saleh bin Ali bin Abubakar. ,:
Tentu saja klaim ini tidak benar ! ( Bahwa ada keturunan Sayyid Abubakar bin Sultan Abdurrahman yang hidup di Nusantara hingga hari ) Sebab ada catatan lain menyebutkan keturunan beliau di negeri China, karena beliau ditugaskan sebagai Duta Kerajaan di Negeri China, hingga wafatnya.
Referensi :
Baca juga disini :