Senin, 06 Desember 2021

Mengenal Lebih Dekat Kaum Alawiyin Indonesia

 By SAY Qadrie  : Pustaka Dunia

Keturunan Arab yang bukan Arab, : 


Syahid Mihrab - Imam Ali bin Abi Thalib
Gambar Imajiner


Melacak akar konplik kaum Hadramian di Nusantara

Mengenal Lebih Dekat Kaum Alawiyin Indonesia


A. Tidak semua Sayyid pasti Alawiyin, 

Keturunan Nabi Muhammad Rasulllullah, melalui putrinya Sayyidah Fathimah, hingga hari ini masih ada dan tersebar diseluruh pelosok bumi ini. Bukan hanya di Indonesia saja, ( yang dikenal kemudian dengan panggilan Habib), akan tetapi keturunan ini ada di Afrika, Maroko, Tunisia, Aljazair, Oman, Qatar, Bahrain, Turki, Arab Saudi, Yaman, India, Pakistan, Afghanistan, Irak, Iran, Suriah, Mekah, Madinah, Thaif, Eropah, bahkan sampai ke negri China sana. 

Di Indonesia, diperkirakan di 34 Provinsi, atau hampir tiap daerah Kabupaten, bahkan Kecamatan, ada keturunan ini, baik yang dikenal, atau yang sudah membaur sedemikian rupa, dan sulit dikenali lagi. Sudah Njawani, atau sudah menjadi Pribumi.

Baik itu keturunan mereka yang baru datang pada sekitar abad ke 19 dari Yaman, ataupun keturunan mereka yang jauh lebih dulu ada, dan mendirikan kerajaan atau menjadi pejabat tinggi kerajaan, zaman kejayaan Nusantara, jauh sebelum kedatangan bangsa Erofah, pada sekitar abad ke 17 itu. 

Di Indonesia, ( Keturunan anak cucu Rasulllullah ini ) dikenal dengan sebutan  “Habib”, kecuali keluarga “Azmatkhan” dan “Basyaiban” dan beberapa keluarga lainya, yang telah lama berbaur dengan masyarakat setempat, maka mereka pun - yang menjadi tokoh agama- lebih dikenal dengan julukan semisal Kiay, Gus,  Panembahan, Puang Sayye, Pangeran, Kanjeng, Tengku , Kiagus, Kiai Agus , Tubagus ,  Lalu, Banding Agung, Batin, Andi, Andin, Sinuhun Kanjeng,  Rajo, Datuk, Tuanku, Raden Tummenggung, Karaeng , Datu, Wan, Yek,  bahkan gelar setempat yang lebih melekat, dibanding Habib dan Sayyidnya.


Imam Husein bin Ali putra Fathimah 
Gambar Imajiner

A. 1. Sayyid Keturunan Al Imam Husein,  bin Ali  putra Fathimah ( Al Husaini ) 

Al-Husain memiliki 7  orang putra dan  putri,  diantaranya adalah:

Putra :  5 

1. Ali al Awsath, atau as-Sajjad bin Husain ( Yang meneruskan keturunan nya )   2, Ali al-Akbar bin Husain,  Syahid Pertempuran Karbala, Ibunya bernama Laila binti Abu Murrah bin Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi  3. Ali al-Asghar bin Husain ( Bayi ) , Syahid Pertempuran Karbala, Ibunya bernama Rubab binti Imra al-Qais, merupakan syahid termuda di Karbala, 4. Ja'far bin Husain, Ibunya dari suku Quda'ah. Ja'far meninggal pada saat Husain masih hidup,  5. Abdullah bin Husain Syahid bersama ayahnya.

Putri : 2

1. Sukainah binti Husain, Ibunya bernama Rabab binti Imru' al-Qais bin Adi dari Kalb dari Ma'd. Rabab juga ibu dari Abdullah bin Husain., 2. Fatimah binti Husain , Ibunya bernama Umm Ishaq binti Thalhah bin Ubaidillah dari Taim. 


Keturunan beliau hanya berasal dari satu - satunya putra Imam Husein yang selamat dari peristiwa Karbala, yaitu Al Imam Ali Zainal Abidin dijuluki  As Sajjad, yang banyak sujud nya. Lahir di Madinah, 15 Jumadil awal 38 H   ≈  658 Masehi, Wafat 25 Muharram 95 H  ≈ 713 Masehi, Makam : Jannatul Baqi, Madinah ( Gubah di pemakaman ini diratakan dengan tanah, ketika Ibnu Saud berkuasa di Haramain, Mekah dan Madinah, pada sekitar tahun 1930 M ) 

Ibunya bernama Syahzanan putri dari Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. 

Selain itu disebut juga ia bernama Syahrbanawaih. Khalifah Ali bin Abi Thalib mengangkat Huraits bin Jabir al-Hanafi untuk menangani urusan bagian provinsi-provinsi timur, Huraits memberikan kepada Ali dua putri Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. Setelah Persia ditaklukkan dalam perang Qadisiyah. Syahzanan dinikahkan dengan Husein putra Ali. 


As Sajjad Imam Ali Zainal Abidin - Gambar Ilustrasi

A. 2. Imam Ali Zainal Abidin , memilki  : 11 anak laki-laki, 

Putra : 

1. Muhammad al-Baqir, ibunya adalah Ummu Abdullah binti Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib. ( Saudara sepupu/misanan,  putri dari saudara  ayahnya, Al Imam Hasan ) Menikah sepupu.,  2. Abdullah al-Bahir,  3. Al-Hasan ,  4. Al-Husain Al-Akbar, 5. Zaid, 6. Al-Husain Al-Asghar,  7. Abdurrahman, 8. Sulaiman, 9. Muhammad Al-Asghar atau Qaim, 10. Umar Al-Asyraf, dan ,  11. Ali,  merupakan anak bungsu, 

dan 4 anak perempuan :  Putri 

1. Khadijah, saudara seibu dengan Ali,  2. Fatimah, 3. Aliyah, dan, 4. Ummu Kultsum


Hampir keseluruhan atau paling tidak sebagian besar keturunan yang ada di Indonesia, berasal dari : Al Imam Muhammad Al Baqir yang merupakan salah satu dari 11 putra beliau ini. ( Coba buka buku nasab nya, lihat kemana diatasnya ? } Artinya masih ada keturunan 10 putra beliau lainnya yang mungkin ada disekitar kita, tapi tak dikenal?  Benarkan? 


A. 3.  Al Imam Muhammad Al Baqir , 

Lahir , 10 Mei 676 M  / 01 Rajab 57 H di Madinah , masa Kerajaan Umayyah, Wafat :      28 Januari 732  (umur 57) / 07 Dzulhijjah 114 H, Tempat beristirahat  Pemakaman Jannat al-Baqi , Madinah , Arab Saudi. Ibu beliau  Fatimah binti Hasan dan beliau inilah yang kelak menurunkan putra bernama: Al Imam Ja'far ash-Shadiq. 

Keturunan Al Imam Muhammad Al Baqir,  Keseluruhan 8 : 

 6 putra, 2 putri sbb : 

Putra : 

1. Ja'far al-Shadiq , 2. Ibrahim, 3. Alī  , 4. Abdullah, 5. Ahmad,  6. 'Ubaydullah, 

Putri : 1. Zainab, 2. Ummu Salam. 

Dan kembali lagi, sebagian besar kaum Sayyid yang ada di Indonesia saat ini, merupakan keturunan : Al Imam Jafar As Sadiq. 

Salah satu putranya, adalah : --" Al Imam Ali Al-Uraidhy " Bin Imam Ja'far Asshodiq Bin Imam Muhammad Al -Bagier Bin Imam Ali Zainal Abidin Bin Sayyidina Husein As-Syahid Bin Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Wa Sayyidah Fatimah Az-Zahra Al Baatul Binti Nabi Muhammad Saw”--

Artinya, masih ada keturunan dari ke 4 putra Al Imam Muhammad Al Baqir yang menurunkan keturunan lain, dan mereka bukan berasal dari keturunan Imam Jafar As Sadiq. Bukan begitu ?  


Imam Muhammad Al Baqir - Gambar Imajiner

A.4. Syarif Keturunan Al Imam Hasan bin Ali, putra Fathimah ( Al Hasani ) 

Beliau menurunkan 10 Putra : 

Putra : 

1. Hasan Mutsanna, 2. Al-Qasim, dibunuh di Pertempuran Karbala, 3. Muhammad,  4. Zaid, 5. Amr, ibunya adalah ummu walad, ia hadir pada insiden Thaff, dan ditangkap dalam Pertempuran Karbala, 6. Abu Bakar, dibunuh di Pertempuran Karbala, 7. Abdurrahman, 8. Husain, 9. Abdullah, 10. Thalhah

dan , 3 Putri : 1.Fatimah, 2. Ruqayyah, 3.  Ummu Salamah

Sebagian besar yang dikenal adalah keturunan Hasan Mutsanna, salah satunya dari keturunan : Qitadah, yang sudah generasi ke 20 , lihat susunan nya : 

1. Sayyidina Rasulullah SAW., 2. Fatimah Az zahra binti, 3. Al Hasan bin Ali , 4. Hasan Mutsanna, 5. Abdullah, 6. Musa Al Jaun,  7. Abdullah,  8. Musa,  9. Muhammad,  10. Abdullah,  11. Muhammad,  12. Abdullah,  13. Ali,  14. Sulaiman, 15. Husein, 16. Isa,  17. Abdul Karim, 18. Muta’in,  19. Idris,  20. Qitadah

Mereka dulunya adalah penguasa Mekkah, selama 700 tahun, turun temurun hingga masa:  Syarif Husein bin Ali Al Hasani,  kemudian di rampas oleh Ibnu Saudi, pada tahun 1924 M, sezaman rontoknya kekuasaan Turki Ottoman. 

Keturunan Al Hasan bin Ali putra Fathimah juga menurunkan dinasti :

a. Syarif Syarif Tabaristan

b. Imam Imam Yaman 

c. Syarif Syarif BUS Magribi

d. Syarif Syarif Maghribi

e. Bani Ukhaidr (penguasa Mekkah)

f. Syarif-Syarif Mekkah (hingga tahun 1924 Masehi)

g. Dinasti Dinasti Hamudah & Idrisiah

h. Raja Yordan dan Raja Irak

Di Indonesia yang dikenal diantaranya : Al Hasani, Barakwan, Al Qodiri, Al Jilani, dll. 

Dari 10 orang anak, 2 syahid di Karbala, karena membela paman nya, Husein bin Ali, tersisa masih ada 7 lagi yang hidup dari keturunan Al Hasany yang belum diketahui. Dimanakah, dan siapakah mereka? Masih banyak bukan? 

Tuduhan sebagai Habib palsu, sebelum ditelusuri sampai tuntas, adalah perbuatan Dajjal,! Bahkan kalaupun setelah ditelusuri ternyata mereka bukan keturunan Rasullullah, toh mereka kan tetap juga keturunan Nabi ?  Nabi Adam, Nabi Nuh, atau Yaqub?  Tetap Nabi juga !

Menjaga kehormatan dan kemuliaan manusia, jauh lebih berharga dan bernilai, ketimbang menghina dan menjatuhkan kehormatan serta harga diri mereka? Bukankah itu ajaran Rasulllullah?  Kita harus sadar, bahwa semua manusia dibumi ini, keturunan Nabi! 


فإذا نفخ في الصور فلا أنساب بيْنهم يومئذ ولا يتساءلون

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.”  (Qs Al Mu’minun 101).

Mereka yang mempermalukan orang lain, menghina, memandang sinis, membuka aib , bahkan didepan umum, apalagi sampai disebar di media online, medsos,  mungkin lupa dengan pesan leluhur mereka ini, Ingatlah pesan : Al Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib atau yang dikenal dengan sebutan Zainul Abidin (hiasan para ahli ibadah), cicit Rasulullah berkata :

"Garis keturunanku dari Rasulullah SAW tidak menjamin keamananku setelah kudengar firman Allah. "Kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka hari itu".  (Qs al Kahfi 99).

Hablum Minannas, sama pentingnya dengan Hablum Minallah,!


Imam Ali bin Abu Thalib - Gambar Imajiner

A. 5. Keturunan Imam Ali dari istri yang lain : 12 Putra, dan 15 Putri. 

Istri setelah wafatnya Sayyidah Zahra, Selain Al Imam Hasan dan Al Imam Husein putra Fathimah, 

Putra : 12 orang

 I. Ibu Umamah putri Zainab binti Muhammad SAW : 1. Muhammad al-Ausath bin Ali bin Abi Thalib

II.  Ibu Ummu Banin merupakan anak dari Hizam bin Khalid, memiliki 5 anak laki-laki, dan semua syahid di Karbala yaitu: 2. Ja’far bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680 , 3. Abdullah bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680,   4. Utsman bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680,   5. Umar bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680,  6. Abbas bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680. 

III. Ibu Laila binti Mas'ud , 7. Ubaidullah bin Ali,  8. Abu Bakar bin Ali

IV.  Ibu Khawlah binti Ja'far al-Hanafiah: 9. Muhammad Abu Abdullah bin Ali, lebih dikenal dengan Muhammad bin al-Hanafiah, meninggal tahun 67 H

V. Ibu Al-Sahba' binti Rabi'ah:  10. Umar bin Ali, 

VI. Ibu Asma binti Umais, :  11. Yahya bin Ali,  12. Muhammad al-Ashgar bin Ali, syahid di Karbala pada tanggal 10 Oktober 680 M. 


 Putri :  2 dari Sayyidah Fathimah, dan 15  dari istri lain nya : 

1. Zainab al-Kubra Pr, ( putri Fathimah )  2.  Zainab al-Sughra ,  3. Ummu al-Hasan Pr , 4. Ramlah al-Kubra Pr,  5. Ramlah al-Sughra Pr,  6.  Nafisah Pr , 7. Ruqaiyah al-Sughra Pr,   8. Ruqaiyah al-Kubra Pr,  9. Maimunah Pr ,  9. Zainab al-Sughra Pr,  10. Ummu Hani Pr ,  11. Fathimah al-Sughra Pr , 12. Umamah Pr, 13. Khadijah al-Sughra Pr, 14. Ummu Kaltsum Pr ,( Putri Fathimah )  15. Ummu Salamah Pr,  16. Hamamah Pr , 17. Ummu Kiram Pr

Barangkali ada yang bertanya  : Bagaimana dengan keturunan mereka ini? Apakah mereka juga termasuk golongan Sayyid, Habib, Syarif dan Syarifah? atau bukan?


Film memilukan Padang Karbala 


B. Sejarah konplik keturunan Arab : Dari Arab sampai ke Indonesia


B. I. Konplik Arab Vs Arab di tanah Arab 


B. I. 1. Konplik Bani Umayah Vs Bani Hasyim

Setelah terbunuhnya Imam Ali bin Abi Thalib, Bani Umayah dari keturunan Abu Sofyan bin Harb, mengokohkan posisi mereka di negeri Syam. Klan ini dikenal dengan kemampuan berpolitik yang sangat handal. Mereka berhasil memegang tampuk kekuasaan "Khalifah" secara turun temurun hingga bentang waktu sekitar 80 tahun lamanya. 

Intrik dan trik dimainkan, hingga sampailah kepada suatu kejadian besar yang tak lagi dapat ditutupi, dikenal dengan peristiwa Karbala. Dalam peristiwa ini, terjadi genosida keturunan Abu Turab, ( nama julukan Imam Ali bin Abi Thalib ) yang menyebabkan hampir semua keturunan nya habis dibantai, dalam tempo hanya satu hari saja. ( lihat kembali tulisan diatas tadi ) 


Narasi singkatnya : 

Setelah wafat Muawiyah sahabat Rasul pada: malam Jumat, 8 Rajab tahun 60 Hijriah di kota Damaskus, Syiria, dengan Yazid sebagai imam di sholat jenazahnya. Dalam wasiatnya, Muawiyah menunjuk putranya Yazid sebagai khalifah penerusnya. Padahal : 

Dalam haditsnya yang diriwayatkan Rowyani di kitab Musnadnya, dari Abu Dzar dia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:


 (( أول من يبدل سنتي رجل من بني أمية يقال له: يزيد ))


 “Orang pertama yang akan menentang sunnah Ku ialah seorang lelaki dari Bani Umayyah yang bernama: ‘Yazid’.” 

Sayidina Husen, Sayidina Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas serta Abdullah bin Abu bakar, sepakat menolak penunjukan ini. Atas dasar penolakan ini, amarah dari Khalifah Yazid yang saat itu ada di Damaskus, Syam, Syiria, :  mulai mendidih.

Adapun Sayidina Husen dan Abdullah bin Zubair memutuskan untuk meninggalkan Madinah dan pergi ke Mekkah sebagai penentangan atas diangkatnya khalifah tersebut.

 Mereka berdua memasuki Makkah pada malam Jumat, 3 Sya’ban tahun 60 Hijriah dan memutuskan bermukim di sana sampai nanti keberangkatannya ke Irak pada hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah 60 Hijriah.



Narasi Karbala : 

Al-Imam Ibn Katsir berkata:

 “Sungguh pasukan Husen telah menumpaskan banyak sekali musuh-musuhnya akan tetapi hal itu semua tak berpengaruh apapun untuk pasukan Ibn Ziyad karena jumlah mereka yang banyak.” Hingga puncaknya tak terbendung, sekelompok prajurit dari Ibn Ziyad mengerubungi sosok penting dalam pertempuran kali ini “Husein”.

Para pasukan Husen berlomba untuk rela menyerahkanl nyawanya demi melindungi sosok Husen 

Sayidina Husen pun hanya mampu mengatakan: “Allah lah yang membalas kebaikan kalian, sungguh sebaik-baik balasan bagi orang yang bertakwa.” Satu demi satu nyawa pasukan Husen syahid di hadapannya, hingga gugur anaknya sendiri Ali Al-Akbar membela ayahnya.

Ketika itu, Husein putra Ali, berhadapan dengan 4000 pasukan yang dikirim dari Syam dan dari Irak dibawah komando : Umar bin Saad bin Abi Waqqas, arahan Gubernur Irak  Ubaidillah Ibn Ziyad. 

Husein putra Ali, gugur dalam membela keyakinannya, bersama sekitar 72 orang anggota kaum kerabatnya ,:  ponakan, anak, sepupu, dan sahabatnya, di tengah padang pasir Karbala. 


Inilah nama  kaum kerabat Husain  yang syahid hari itu : 

28 syuhada Karbala semua merupakan keturunan dari ketiga putra ABU THALIB iaitu,: 


SYUHADA DARI PUTRA  AL-IMAM ALI BIN ABI THALIB as

1. Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, 2. Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, 3. Abdullah (bayi) bin Husein bin Ali, 4. Al Abbas bin Ali, 5. Amr bin Ali, 6. Ibrahim bin Ali, 7. Ja'far bin Ali, 8. Usman bin Ali, 9. Abdullah, 10. Muh. Asghar bin Ali, 11. Abubakar bin Ali, 12. Qasim bin Hasan bin Ali, 13. Abdullah Bin Hasan Bin Ali, 14. Bisyr Bin Hasan Bin Ali, 15. Ahmad Bin Hasan Bin Ali, 16. Amr Bin Hasan Bin Ali


 SYUHADA DARI PUTRA AQIL BIN ABI THALIB :

17. Muslim bin Aqil, 18. Oun bin Aqil, 19. Abdulrahman bin Aqil, 20. Ja'far Bin Aqil, 21. Abdullah Al Akbar bin Aqil, 22. Muhammad Bin Said bin Abi Ahwal bin Aqil, 23. Ja'far Bin Muhammad bin Aqil, 24. Muhammad Bin Muslim bin Aqil, 25. Abdullah Bin Muslim bin Aqil


SYUHADA DARI PUTRA  JA'FAR BIN ALI BIN ABI THALIB :

26. Oun bin Abdullah bin Ja'far, 27. Muhammad bin Abdullah bin Ja'far, 28. Qasim bin Muhammad bin Ja'far

Kepala mereka  kemudian dipenggal, dan ditancapkan diujung tombak - tombak, ( yang dulu tombak yang sama pernah menancapkan "Al Quran" dalam perang Shiffin, lalu meminta "Tahkim" zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib berkuasa ) dan mengarak kepala - kepala mereka yang kemudian disebut para Syahid?   Benarkah? 

Bukankah mereka yang membunuh mereka ( Para Syuhada )  ini juga mengaku ummat Muhammad? Dimanakah mereka sekarang ini? Siapakah mereka? 

Alhasil, mereka semua, termasuk sahabat lainya seperti Al Hur bin Yazid Al riyahi, bersama 43 orang lainya,  tewas bersimbah darah, di Karbala pada 10 Oktober 680M/ Tahun: 60 H.


Keturunan Husein putra Ali, yang selamat hanya : Ali Zainal Abidin, atau , Ali Al Awsath, dikenal dengan Imam Ali Zainal Abidin bin Husein -  dijuluki As Sajjad. 

Kesedihan atas kejadian peristiwa Karbala, tak pernah dapat dilupakan dihati dan jiwa Ali Zainal Abidin putra Husein, dengarlah apa kata riwayat berikut ini : 

Suatu malam seorang muslim yang tengah Umrah dan akan melaksanakan tawaf, melihat seorang pemuda sedang bergantung dengan tangis ter isak - isak di tirai Kabah. 

Dalam pekat nya malam, orang itu mencoba mendekatinya. 

Ia lalu menyapanya :

 " Assalamualaikum hai anak muda," Apakah gerangan yang membuat anda begitu sedih ditempat ini, hingga menangis terisak - isak dalam sedu -sedan yang memilukan?" Duka apakah yang menyelimuti hati anda?" 


Ali Zainal Abidin membalikkan badannya dan menatap orang itu : 

" Hai orang tua, Yaqub adalah Nabi dan putra Nabi, Ia mempunyai 12 orang putra, ketika Yusuf hilang, Yaqub menangis dan meratapi kepergiannya, hingga matanya memutih, dan punggungnya membungkuk, padahal Yusuf masih hidup?"

Sedangkan Aku,? 

"Aku melihat ayahku di bantai, saudaraku dibunuh, kerabatku di dipancung lehernya, dan sahabat - sahabat kami disembelih seperti hewan. Sementara keluarga dekat kami,  wanita dan anak - anak dijadikan tawanan, akankah kesedihan ini dapat pergi dari hati kami?" 

Orang tua itu lalu menangis ter isak - isak, dan memeluk tubuh putra Al Husein ini.


Ali Zainal Abidin,: beliau hidup di Madinah, setelah di pulangkan dari Syam, sampai tua hingga wafatnya. Keturunan ini dapat dikatakan, mundur dari politik dan menjauhi politik serta memilih fokus pada urusan  ibadah dan hablum minannas dalam bentuk membantu kaum muslimin yang kekurangan, anak yatim, para janda, disekitar kota Madinah. 

Beliau dikenal dengan "Sadaqah Rahasia" yang tak diketahui oleh siapapun, sampai ketika beliau wafat, baru terbuka, karena kaum kerabat yang memandikan jenazah beliau, menemukan bekas bilur menghitam dipundaknya, dan mereka yang biasa menerima pemberian beliau, terputus, setelah wafatnya. 

Keturunan berikutnya, secara kelompok demi kelompok mulai meninggalkan Madinah, hijrah ke negeri lain. Eksodus inilah yang menyebabkan keturunan ini tersebar di seluruh jazirah Arab, Irak, Iran, Yaman, India, Afrika, dan ke Nusantara. 

Sebagian keturunan Al Hasan putra Ali, kemudian hijrah ke Mekkah. Dimana nantinya mereka memegang kekuasaan sebagai Amir Mekkah, turun temurun selama 700 tahun, sampai tahun 1924 M, ketika Syarif Husein bin Ali, diusir ke Tunisia, dan tanah Mekkah serta Madinah dikuasai Al - Saud, hingga hari ini. 


Kemuliaan Imam Ali dan Istrinya


B. I. 2. Konplik Bani Abbas Vs Bani Umayah

Setelah sekitar 80 tahun mengendalikan kekuasaan atas umat Islam, dinasty Umayah akhirnya tumbang di hantam badai perlawanan bani Abbas.  Al Shaffah, pendiri dinasty Abbasiyah, berhasil menggulingkan kekuasaan bani Umayah, sehingga sisa - sisa keluarga Umayah terpaksa melarikan diri ke Spanyol, nantinya mendirikan kembali dinasty Umayah.II, di Cordoba. 

Bani Hasyim, keturunan Ali bin Abi Thalib khususnya, yang masih tersisa di Madinah, Mekkah, Kufah, Irak, Basrah,  tak juga kunjung mendapat perbaikan dari pergantian kekuasaan. Para sesepuh mereka yang ada,  kemudian memutuskan untuk  berhijrah, sekitar tahun 318 H,/ 929 M,  diantaranya yang dikenal adalah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir, bersama sekitar, 70 orang rombongannya. Berangkat dari Madiinah, ke Mekkah, kemudian ke Hadramaut. 

Beliau,  sebagian meriwayatkan lahir pada malam Jum at, 13 Jumada al-Ula, 214 H,/ 825 M,   ketika menuju ke tanah tandus gersang yang sepi, bernama Makdam, Husaisah, Hadramaut. Wilayah Yaman. Saat itu usia beliau sudah sekitar, 104 tahun, atau kurang dari itu. ( Belum ada yang dapat menyimpulkan tanggal pasti kelahiran beliau ini )  

Ahmad bin Isa, wafat tahun 345 H / 956 M, dalam usia 131 tahun, atau kurang dari itu,  dan dimakamkan di daerah Makdam, Husaisah, Hadramaut, Yaman. 

 Susunan lengkapnya : Ahmad al-Muhajir,  bin Isa an-Nagib, bin Muhammad, bin Ali al Uraidi , bin Ja'far al-Shadiq,  bin Muhammad al-Bagir,  bin Ali Zainal Abidin,  bin Imam Husein,  bin Imam Ali bin Abi Thalib,- Cucu Rasullullah generasi ke 10 ( sepuluh ), 

dari keturunan cucu beliau inilah yang pertama lahir di Hadramaut, yaitu : 

Imam Alwi Al Awwal (Alawiyyin)  Bin Imam Ubaydillah / Abdullah Bin Imam Ahmad Al -Muhajir : yang dikenal menjadi leluhur Alawiyin, dan keturunannya banyak menetap di Nusantara, yang sekarang disebut : Indonesia.  Jadi Alawiyin adalah keturunan dari salah satu putra Abdullah atau Ubaidillah, yang hijrah dari Hadramaut, Yaman. 



B.  II.Konplik Arab di Nusantara


B.II. 1. Konplik sesama Alawi  : 1888 - 1900 M 

Orang-orang Arab di Indonesia, termasuk para sayid atau habib, tidak bebas dari perseteruan dan pertikaian. Tilikan sejarah ini hendak memperlihatkan bahwa ke araban,  ke sayidan, atau ke habiban, tidaklah berwajah tunggal—sebagaimana wajah Shihab pun tidak hanya memiliki Habib Rizieq -  melainkan juga Habib Quraish, Syarifah Najwa, Syarifah Tsamara Alatas, bahkan Ben Sohib.


Pada 1889 atau 1890, terbit sebuah kitab berjudul Minhaj al-Istiqamah fi al-Din bi al-Salamah. Kitab ini ditulis Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-Alawi,    lebih dikenal sebagai Sayid Usman Mufti Betawi. 

Buku itu berisi, di antaranya, 22 praktik bid"ah yang terlarang dilakukan umat Islam. 

Salah satu yang ia kritik adalah sikap menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda waktu itu. Di Banten waktu itu,  terlibat jihad perlawanan para petani pada pemerintah kolonial pada 1888.  Ia menyebut jihad rakyat Banten sebagai delusi atas ajaran Islam yang benar dan menuduh ulama yang mendukungnya, termasuk para kiai pesantren, sebagai para     pengikut setan."

Pada 1898, setahun setelah Sang Mufti ditunjuk pemerintah kolonial sebagai Mufti   Batavia, ia diminta menyusun doa khusus untuk Ratu Belanda Wilhelmina yang akan dilantik ke singgasana. Ia membuatkan doa untuk Sang Ratu seraya memuji pemerintah kolonial yang dianggap berbaik hati mengizinkan umat Islam menjalankan kewajiban agama dan    menjaga ketenteraman tanah jajahan. 

Doa itu dibacakan di Masjid Pekojan pada 2 September 1898 setelah salat Jumat ( Sumber : Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia, 2012: hlm. 180-183).

Kontan saja, issue ini memanas dan menjadi polemik, yang mungkin imbasnya masih terasa hingga hari ini.  Sebagaimana diketahui, Banten adalah kesultanan yang didirikan oleh   Wali Songo,  Sultan Syarif Hidayatullah, atau, Sunan Gunung Jati, tahun 1526 - 1552, kemudian diteruskan oleh Sultan  Maulana Hasanudin, Pangeran Sabakinking,  dari Trah Al Azmatkhan, keturunan Sayyid Alwi Ammul Faqih, Al Husaini. 




B.II.2. Konplik Alawi Versus Non Alawi : 1913 - 1933 M 

Konplik ini dipicu pecah kongsi dalam lembaga Jamiat Kheir yang jadi wadah keturunan Arab, baik Alawiyin maupun Non Alawiyin. Organisasi itu bernama Jamiat al-Khair berdiri pada 1901 dan baru disahkan pemerintah kolonial pada 1905. 

Orang-orang Arab di Hindia Belanda, Batavia, Jayakarta,  bukan hanya berasal dari Hadramaut.  Berabad-abad sebelumnya, orang Arab dari pelbagai kawasan, termasuk  Gujarat (India), sudah ada di Nusantara.  Namun pada abad ke-19, dan kian massif  sejak awal abad ke-20, orang-orang Arab dari Hadramaut semakin menonjol. 

Berdiri koloni-koloni Hadramaut di pelbagai kota koloni, dari Batavia, Cirebon, Semarang, Pekalongan hingga Surabaya. ( Laporan sezaman yang cukup rinci tentang koloni-koloni   Arab ini bisa dibaca dalam buku Hadramaut dan Koloni Arab di Indonesia karya L.W.C van Den Berg, khususnya halaman 67-78.) 

Saat itu , Jamiat Kheir, sudah memilki lembaga sekolah, di beberapa titik. Sehingga demi pengembangan organisasi , dipandang perlu mengangkat seorang inspektur, sebagai pengawas lembaga- lembaga yang ada. Pada 1911, diundanglah Syekh Ahmad Surkati, kelahiran Sudan yang menerima pendidikan di Mesir, Medinah, dan Mekkah. 

Ia diangkat sebagai inspektur pendidikan di sekolah-sekolah Jamiat al-Khair.

Akan tetapi dalam waktu yang tak begitu lama, atau  sekiitar 2 tahun kemudian, tokoh ini memicu kontroversi yang tajam dikalangan Organisasi Jamiat Kheir, katanya dipicu oleh beberapa pernyataan yang kontroversi  diungkapkan di Solo pada 1913 dan itulah mengapa kadang disebut sebagai "Fatwa Solo" (Taufik Abdullah, dkk., Muncul dan Berkembangnya Faham-Faham   Keagamaan Islam di Indonesia, 2008: hlm. 71).

Jamiat Kheir, kemudian pecah, kalangan Non Alawiyin kemudian mendirikan :  al-Irsyad al-Islamiyah wa al-Irsyad al-Arabiyah. Organisasi ini mendapatkan pengesahan dari pemerintah kolonial pada 11 Agustus 1915, meski klaim resmi al-Irsyad menyatakan berdiri pada 6 September 1914, bertepatan dengan pembukaan sekolah di Jati Petamburan (Herry Mohammad, dkk., Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, 2006: hlm. 4).

Agar tak salah paham, seperti ditegaskan Natalie Mobini-Kesheh, al-Irsyad bukanlah organisasi yang secara politik menabukan para sayid. Mayoritas pengikut Surkati memang berasal dari kelompok non-sayid, tapi ada juga para sayid dengan pandangan reformis yang bersimpati pada pandangan-pandangan Surkati.

Para sayid diizinkan dan dimungkinkan bergabung dan bahkan ada yang menjadi penyumbang dana, terutama Sayyib Abdullah bin Alwi Al-Attas, yang juga kecewa kepada Jamiat al-Khair. Ia menyumbangkan uang 60 ribu gulden (Deliar Noer, The Modernist Movement in Indonesia 1900-1942, hlm. 64). 

Bahkan ada yang menempati posisi penting di al-Irsyad yaitu Abdullah bin Abu Bakar al-Habshi, yang menjadi presiden komite sekolah al-Irsyad yang pertama (Natalie Mobini-Kesheh, The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942, 1999: hlm. 63).


Hanya saja, disebabkan ketegangan yang tak  kunjung mencair, bahkan semakin  tajam seiring kemudian berdirinya,  ar-Rabithah al-Alawiyah pada 1928 , yang diniatkan merawat dan menjaga keturunan Nabi, awalnya, dengan cara memverifikasi dan mengotentifikasi mana yang  sayid dan mana yang bukan, keturunan Arab di Hindia Belanda ini, kemudian jalan sendiri - sendiri. 

Konflik antara para sayid (yang sebagian terbesar berafiliasi pada Jamiat al-Khair dan kemudian Rabithah) dan non-sayid (yang sebagian terbesar diwakilkan oleh    al-Irsyad) dalam banyak literatur disebut sebagai “konflik Alawi-Irsyadi”.




B.II.3. Abdul Rahman (A.R.) Baswedan :  4 Oktober 1934

Alhasil, setelah puluhan tahun bersitegang, seorang pemuda Abdul Rahman (A.R.) Baswedan,: mendirikan Persatoean Arab Indonesia (PAI) pada  4 Oktober 1934

 Seorang peranakan Hadrami non-sayid, yang mengambil jalan lebih radikal lagi.

 Ia tidak    lagi berbicara soal sayid atau bukan, melainkan sudah berbicara tentang keniscayaan semua keturunan Arab, totok atau peranakan, sayid atau bukan, untuk menjunjung tanah air yang dipijak saat itu:  Hindia Belanda (Indonesia).

Ia berhasil, setidaknya, menyatukan sekelompok peranakan Hadramaut, baik yang sayid maupun bukan, untuk mendirikan Persatoean Arab Indonesia (PAI) pada 4 Oktober 1934. Secara terang-terangan PAI menyatakan bahwa Indonesia sebagai Tanah Air. 

Hadir setidaknya 40 orang peranakan Hadramaut, baik dari Ar-Rabithah maupun Al-Irsyad, dalam momen bersejarah itu.

 Dalam kongres tersebut, para pemuda keturunan Arab bersepakat untuk mengakui Indonesia sebagai tanah air mereka.  Hal tersebut dilakukan, karena sebelumnya kalangan keturunan Arab beranggapan bahwa tanah air mereka adalah negeri Arab. 

Sumpah pemuda ini dilangsungkan pada 4-5 Oktober 1934 di Semarang.  

Isi dari Sumpah Pemuda Keturunan Arab adalah: 

1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia 

2. Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan sendiri , 

3. Peranakan Arab memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan Bangsa Indonesia


Kalam Hikmah Habib Thaufiq  Assegaf


C. Keberadaan Wadah Alawiyin, kaum Syarif dan Sayyid di Indonesia,

C. 1. Rabithah Alawiyah  : Jakarta, 1928 M 

Ketua Dewan Syura Rabithah Alawiyah Habib Zen bin Smith saat ini, 2021,  menyampaikan , pada saat dulu ketika beliau masih menjabat sebagai Ketua DPP Rabithah Alawiyah, Bahwa  :  

Rabithah Alawiyah, ( sebagai ) wadah ( keturunan Rasullullah ) habib se-Indonesia menanggapi terkait penyebutan   istilah  habib yang dinilai salah kaprah di "medsos".

 "Kita perlu memastikan nasabnya agar tidak merusak marwah sebutan Habib" Kata Beliau  " mungkin maksud beliau:  bahwa "Habib" mereka haruslah berprilaku baik, menjaga agamanya, bagus adabnya, tidak bersikap premanisme, jernih melihat suatu masalah, adil dalam bertindak, sopan dalam bersikap, bersih dari kepentingan, tidak meng adu domba masyarakat, tidak  menghina seseorang di depan umum, tidak menyebar fitnah, dan perbuatan tidak terpuji lainnya - Alhasil, sebagai keturunan Rasullullah, mereka, "Habib", haruslah menjadi contoh dan mencontoh serta memberikan contoh, : --, Adab dan Akhlak Rasullullah" - - Penulis 

" 'Makna kata Habib adalah seseorang yang dicintai dalam masyarakat Indonesia, kata Habib disematkan pada seorang yang memiliki ketersambungan silsilah dengan Nabi Muhammad melalui jalur Siti Fatimah Azzahra"


Alhasil, saat ini Rabithah Alawiyah tidak lagi sendirian. 

Beberapa wadah kaum diaspora Hadrami, tumbuh dan muncul serta hidup dinegeri "Bhineka Tunggal Ika", ini. Tentunya hal ini sah - sah saja, dan tidak perlu dianggap sebagai saingan apalagi ancaman. Kenapa demikian? Karena mestinya kaum ini belajar dari sejarah masa lalu, sebagaimana diuraikan diatas tadi.  

Karena seharusnya kaum Alawi, Sayyid, Habib, Syarif, dan apapun gelar yang melekat atau tidak melekat, dikenal atau tidak dikenal, diakui atau tidak diakui, harus berterima kasih kepada negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi, subur makmur tak tertandingi. Negeri yang tongkat dan batu pun dapat menjadi tanaman. 

Karena negeri ini sangat menghargai keturunan "Habib" ,:  mungkin disebabkan para tetua leluhur dan generasi awal yang masuk ke Nusantara dulu, mengunakan pendekatan Dawah dengan merangkul, bukan memukul. Merasa sebagai tamu, bukan pemilik negeri. Menunjukkan ahlak  mulia, sehingga  memikat hati para Raja, Sultan dan Bangsawan, yang kemudian memuliakan mereka dengan memberikan jabatan- jabatan penting dalam kerajaan, bahkan menikahkan putri - putri mereka, dan akhirnya banyak yang menjadi sultan. 

Dan karena, AR Baswedan sudah mencoba mencari titiik temu garis kompromi, bahkan antara Alawi dengan Non Alawi, lalu kenapa sesama Alawi sendiri, tak mampu berangkulan?  Kami yakin, banyak persamaan - persamaan yang dapat dijadikan perekat persatuan, ketimbang membesar- besarkan perbedaan. 

Bukankah begitu? 




C. 2. lembaga Azmatkhan Internasional : Hyderabad India, 19 September 1869 M.

Lembaga ini, didirikan oleh Sultan Sayyid Mir Mahbub Alikhan Azmatkhan bin Mir Muhammad Quthbuddin Azmatkhan. Lembaga Nasab Internasional yaitu Baitul Ansab Lil Asyraf Azmatkhan Wa Ahlulbayt Al-Alamy. Di Kerajaan Azmatkhan Hyderabad India, : 19 September 1869 Masehi. 

Menurut Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini, guru besar dari Tarim, Yaman, keluarga Azmatkhan ( yang merupakan leluhur Walisongo ) adalah dari Qabilah Ba'Alawi asal Hadramaut dari gelombang pertama yang masuk di Nusantara dalam rangka penyebaran Islam.

Keturunan Sayyid Alwi Ammul Faqih, ini lah yang dikenal dengan : Sayyid Husain Jamaluddin Akbar atau Syekh Jumadil Kubra (1310-1453M) dikenal sebagai seorang mubaligh terkemuka, beliau menyebarkan Islam di Nusantara. 

Wali Songo yang terkenal kemudian di tanah Jawa,  berasal dari keturunannya. 

Beliau dilahirkan pada tahun 1310 M di negeri Malabar, di dalam wilayah Kesultanan Delhi. Ayahnya adalah seorang Gubernur Amir negeri Malabar, yang bernama Amir Ahmad Syah Jalaluddin. 

Sayyid Husain Jamaluddin Akbar, atau, Syekh Jumadil Kubra , leluhur kebanyakan keluarga Azmatkhan Indonesia ini, membawa gelar kehormatan dari tanah asal mereka, Malabar, Delhi, Azmat dan Khan, disatukan. Beliau  meninggalkan India, dan pergi bersama tiga orang saudara beliau, yaitu : Sayyyid Qamaruddin, Sayyid Majiduddin dan Sayyid Tsana’uddin, 

Mereka memasuki daratan Cina dan negeri-negeri lain di Asia. 

Satu rumpun dengan keluarga ini adalah : Al-Haddad, Bin Semith, Ba’abud Maghfun, Bahasan Thawil, Babathinah, Bin Thahir, Bin Hasyim, Bashurrah, Ali Lala, ‘Aidid, Bafagih, Basakutah, Bafaraj, ‘Auhaj, An-Nadhir dan Qullatain. 

Kalau bicara senioritas, maka sebetulnya lembaga Azmatkhan Internasional jauh lebih senior, karena mereka berdiri lebih dulu di Hyderabat. Hanya saja mungkin baru sekarang santer kedengaran di telinga dan di jagat maya. 



 C.3. Lembaga Salatin Asyraf Az Zahra Trah Kesultanan Nusantara : Jakarta , 2021

Lembaga ini yang menurut para pendiri nya hanya fokus menelusuri, memverifikasi, dan memvalidasi, keturunan Sayyid dan Syarif, Al Hasani maupun Al Husaini, yang dulunya merupakan keturunan Sultan, Raja, Temengung, Hulubalang, Mufti, serta pejabat tinggi lainya yang ada di kesultanan Nusantara ini, diluar Trah Kesultanan, mereka mengaku tak mau ikut campur, dan diluar ranah mereka. 

Menurut Ketua Umum Lembaga Salatin Asyrob Azzahro Syarif AS Alwi La Temu  Page Arung Parotu, Assatri, mengatakan  bahwa : 

Untuk bergabung dalam Lembaga kami, di syaratkan  sebagai berikut : 

1). Memiliki manuskrip dari kesultanan;

2). Memiliki surat pengesahan yang di tanda tangani sultan atau bagian yang mewakili;

3). Melalui jenjang penelitian lapangan sehingga bisa di proses menjadi anggota.

Trah Kesultanan hanya mengesyahkan keluarga Kesultanan Kerajaan diluar hal tersebut kami tidak bertanggung jawab. 

Adapun Visi dan Misi Yayasan SALATIN ASYROF AZZAHRO TRAH KESULTANAN sebagai berikut : 

-Visi yayasan ini adalah mewujudkan moderasi islam sebagai solusi ukhuwah dan peradaban dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. 


-Misi yayasan ini adalah : 

1.Mempersatukan seluruh potensi sa’adah (Al Hasani dan Al Husaini) Trah Kesultanan jauh dari kefanatikan, diskriminasi, sekat-sekat, sektarian dan mazhab;

2.Menggerakan ekonomi keumatan dan membangun kesadaran;

3.Meningkatkan sumber daya sa’adah (Al Hasani dan Al Husaini Trah Kesultanan dan Mengembangkan Islam Wasathiyah;

4.Sebagai perekat umat dan berdiri diatas semua golongan, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas yang berwawasan, Bhinneka Tunggal Ika;

5.Melestarikan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan via lembaga untuk melestarikan dan memelihara Hazanah Islam di Negara Kesatuan Republik Indonesia;

6.Menumbuhkan cinta tanah air sebagai manifestasi mukmin muslim dan muhsin (Islam, Iman, Ihsan). 


Ketua Badan Otonom Hukum & HAM DR (cnd) Muhammad Hamdani Alkaf, SH.MH , menegaskan bahwa : 

Lembaga SALATIN ASYROF AZZAHRO TRAH KESULTANAN mempunyai otoritas sendiri terhadap kerajaan atau kesultanan mencatat para zuriat dari Bani Hasyim Kerabat Kesultanan dan Lembaga ini adalah lembaga hukum yang menaungi dan melindungi secara hukum kepada seluruh Sa’adah baik dari Zuriat Imam Hasan maupun dari Zuriat Imam Husein Trah Kesultanan di Indonesia.

Lembaga  tersebut telah resmi berbadan hukum yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM RI dengan Nomor AHU 0008345.AH.01.04 Tahun 2021 Tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Salatin Asyrof Azzahro dan di Akta Notaris dengan Nomor 2 Tahun 2021 yang bersifat Independen, mandiri dan berlandasan kepada UUD 1945 dan Pancasila. tutur : Ketua Badan Otonom Hukum & HAM DR (cnd) Muhammad Hamdani Alkaf, SH.MH 


Ala kullihal, selain lembaga yang kami sebutkan ini, dari beberapa sumber, saat ini, tahun 2021, sudah ada 8 lembaga pemelihara nasab dan statistik keturunan Rasullullah yang didirikan secara sah dan legal menurut kaidah hukum negara ini. Artinya mereka semua terdaftar di Kemenkumham Republik Indonesia


D. Kesimpulan

Perbedaan adalah hal yang tak terhindarkan.  Bahkan justru  itulah letaknya keunikan mahluk bernama manusia, sehingga kembar siam sekalipun, tidak identik 100%, sama. Perbedaan adalah anugrah, dengan itulah kita akan saling kenal mengenal, dan membina hubungan sosial, silaturrahmi, saling asah, asih dan asuh. 

Kesefahaman hanya akan tercapai ketika sikap saling menghargai, toleransi, mau berbagi, welas asih, tidak ego sentris, menang sendiri, benar sendiri, merasa suci, dan sifat - sifat tercela lainya, yang boleh jadi bukan sifat  asli keperibadian kita, akan tetapi hasil dari  bisikan setan yang telah menipu kita, dan mengubahnya menjadi scren saver yang indah. 

Ingatlah, Iblis punya banyak cara dan banyak  gaya, dalam upaya menyesatkan pemikiran kita, persepsi kita, keyakinan kita, keilmuan kita, bahkan apa yang kita lihat dengan mata kepala sendiri sehari - hari. Bukankah nenek moyang kita Adam, setiap hari melihat buah khuldi, dan beliau tahu, bahwa itu adalah buah terlarang?  Tidak tanggung- tanggung larangan itu langsung dari Allah, Tuhan nya, penciptanya, dan beliau seorang Nabi Allah. 


E. Harapan bagi masa depan

Karena itu, jika sejarah mungkin berulang, jadikan tahun 2021 ini sebagai tahun rekonsiliasi. Tahun Keabngkitan , tahun persatuan  dan persaudaraan, 

Sebagaimana, ketika" Jamiat Khaier" didirikan pada tahun : 1901 M, tepat sekitar 120 tahun yang lalu, organisasi ini menyatukan kaum keturunan Arab, baik Alawi maupun Non Alawi. Sayyid maupun non Sayyid.  Maka sudah tiba masa nya, kita duduk satu meja, berdiskusi dengan kepala dingin, hati yang lapang seluas lautan, mengesampingkan perbedaan, dan mencari persamaan- persamaan. 

Dengan demikian, terwujudlah falsafah bangsa " Bnineka Tunggal Ika, " berbeda - beda, satu adanya. semoga. 



-----------------

Refernsi :

##,  ABIDIN, Imam Ali ibn al-Husain Zainal; ASH-SHAHIFAH AS-SAJJADIYYAH: kumpulan doa-doa mustajab Imam Ali Zainal Abidin AS cucu Baginda Nabi SAW. Jakarta: Lentera, 2005. ISBN 979-3018-95-X

##, al-MUFID, Syaikh; Sejarah para imam ahlulbait Nabi SAW. Jakarta: Lentera, 2005. ISBN 979-24-3304-X

##, Keturunan Ali Zainal Abidin. Naqobatul Asyraf

##, id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Husain

Kekhalifahan Umayah

Kekhalifahan Abbasiyah

Bani Hasyim

Karbala Irak