Senin, 31 Januari 2011

Sponsor saya, Om Max, dan Keluarga




(Foto Om Max , Istri,dan Keluarga )
Support saya untuk membuat blog ini, 

Beliau adalah Ketua Yayasan Sultan  Hamid.II.di Jakarta, yang memberikan beasiswa pendidikan untuk putra daerah Kalbar berprestasi guna  melanjutkan jenjang pendidikan tinggi mulai S1,S2,S3.


( Foto dukumentasi Keluarga, dari FB Max Yususf Alkadrie)

Ketika saya sampai kerumah beliau, hari sudah sore, waktu itu sekitar tahun 2009, atau 2010.

 Dari Tanah Abang, saya terpaksa menggunakan Taksi untuk mengejar waktu perjanjian ketemu dirumah beliau di bilangan Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. 

  Ketika saya tiba, kebetulan om Max baru datang dari acara diluar. Sambutan hangat segera saya rasakan dari tatapan mata nya. Om Max dan istri nya mempersilahkan saya untuk masuk keruangan tamu rumah nya. Saya mengangguk kecil, sedikit tersenyum, lalu melangkahkan kaki masuk kedalam. 


Saya jabat tangan beliau dengan erat, rasa nya kami begitu dekat, meskipun baru kali ini bertemu muka, padahal saya sering bolak - balik ke Jakarta. 

Saya memperkenalkan diri, dan kami terlibat dalam obrolan santai dan enak. Dari hasil diskusi inilah ide untuk membuat blog ini muncul,  

Ide tentang seorang putra bangsa terbaik, putra Kalimantan Barat,  yang terlupakan sejarah. Sultan Hamid.II,  perancang lambang negara,  elang rajawali garuda pancasila. 


Sultan Hamid.II. 

 Sultan Hamid.II,  hampir sepanjang hidup nya mengalami malapetaka.  Hasil pemikiran dan ide nya merancang lambang negara, tak di akui. Perjuangan diplomasi nya di kancah internasional dibayar dengan 10 tahun bui, atas pengadilan politik yang dituduhkan kepada nya, meskipun pengadilan tidak dapat membuktikan dalam sidang. (Om Max dulu ajudan Beliau). 

Sultan Hamid.II, juga raja yang mengalami musibah genosida, pembunuhan massal kaum kerabat nya yang di bantai tentara Kampetai Jepang, di sungkup di lingkungan Istana Kadriah Pontianak.  Beliau selamat waktu itu, karena berada di dalam penjara tahanan perang Jepang di Malang, setelah terluka dan dijadikan tawanan dalam pertempuran di Balikpapan.