Sejarah Singkat Sayyid Ibrahim,
Panglima Hitam Paku Alam Segeram
Lahir Banjar,1773 - Wafat Segeram,1857 M,
Usia hidup 84 tahun
By : SAY Qadrie
Pustaka Kadriah
Sejarah Singkat Sayyid Ibrahim,
Panglima Hitam Paku Alam Segeram
Riwayat
Perjalanan Hijrah dari Pontianak ke Segeram
kemudian ke Banjarmasin,
pada : sekitar abad ke 17, - 17 Agustus 1787 M,
==============
Sayyid Ibrahim bin Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Pertama,
Lahir Banjar,1773 - wafat Segeram 1857, usia hidup 84 tahun
Gelar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram.
Menetap di Segeram sekitar akhir abad ke 17 - September 1779 M
Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Sayyid Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah
KEBERANGKATAN ROMBONGAN KE BANJAR :
DARI SEGERAM - KE PONTIANAK -
KEMUDIAN KE SABAMBAN BANJAR
Berdasarkan Riwayat Landschap Sabamban / Sebamban
Dari Staatsblad van Nederlandisch Indië
Peristiwa Hijrah nya :
pada 17 Agustus 1787 M,
Pangeran Ali Alidrus bin Sultan Abdurahman Alidrus :
Putra Raja Kubu II Dikenal dengan Pangeran Ali Alidrus Sabamban
Lanskap Sebamban atau Kerajaan Sebamban :
Adalah suatu daerah pemerintahan swapraja yang dikepalai seorang bumiputera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda.
Pemerintah swapraja daerah tersebut, pada 1787 M kemudian dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu : Pangeran Syarif Ali, putera dari Syarif Abdurahman Alaydrus Yang Dipertuan Kerajaan Kubu ke.II.
Pangeran Syarif Ali Alidrus adalah cucu Sultan Abdurrahman dari putrinya.
Pada Tahun 1849 : 27 Agustus 1849,
Pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8, daerah Sebamban ini termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu dalam wilayah zuid en ooster-afdeeling
Dalam tahun 1898 :
Landschap Sabamban atau menurut istilah setempat Pulau Sabamban merupakan salah satu daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.
Sekarang wilayah swapraja ini menjadi Kecamatan Sungai Loban.
Ketika Pangeran Ali Alidrus bermaksud hijrah ke negeri Banjar, karena informasi yang beliau kumpulkan dari kakeknya , Sultan Abdurrahman, dianggap cukup memadai, maka dimulailah perjalanan beliau bersama keluarga dari pihak ibunya AlKadri dari Pontianak, menuju Sabamban Banjar
Zaman itu, perjalanan menggunakan perahu layar, menyusuri pinggiran pantai Borneo, mengarah ke bagian timur pulau besar ini. Dalam perjalanan ini Syarif Ali Alidrus dikawal oleh keluarga Panglima Laksamana I, yang saat itu sudah menetap di Segeram Pulau Tujuh sekitar 8 tahun, 1779 - 1787 M.
Ibunda Ali Alidrus adalah Syarifah Aisyah ( sebagian mengatakan Fatimah ) binti Sultan Abdurrahman Alkadrie dari istri Utien Candra MIDI binti Opu Daeng Manambon (Syech Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah) Aden adalah salah satu nama kampung di Yaman
Ali Alidrus ketika memutuskan untuk keluar dari Kubu saat itu.
Beliau memutuskan untuk hijrah dengan disertai oleh :
1. Syarif Abdullah bin Abu bakar bin Sayyid Husen, : 1769, - 1856 M, 87 th. Putra pertama dari istri pertama Abubakar yang bernama Aluyah binti Abdul Ta"tong Sambe. Abdullah nantinya menikah di Banten dan diangkat menjadi Tumenggung Banten
Abdullah adalah Leluhur Al Qadri Lombok, Banten dan Kalsel,
Ayah dari :
Panglima Laksamana III, Leaxa Sayyid Syarif Abubakar bin Abdullah Jamalullail, makam Martapura Banjar. Dilantik oleh Sultan Syarif Osman, 1819 M, dan kakek dari ( Panglima laksamana IV, dilantik 1855 M, oleh Sultan Syarif Hamid I: Sayyid Syarif Abubakar bin Abdillah, bin Abubakar III, bin Abdullah Tumenggung Banten, bin Abubakar Panglima Laksamana I, bin Sayyid Husein ).
Makam Panglima Laksamana IV, ditemukan di Desa Jeranjang Lombok Nusa Tenggara Barat sebagian mengatakan di Sekar Bela Mataram
Syarif Abdullah bin Tuan Abu adalah anak tertua :
Dari keturunan Tuan Abu, Panglima Laksamana Pertama ini,
Lahir Pontianak pada: 1769 M, anak pertama dari ibu Aluyah Sambe. Beliau setelah menikahi Fatimah binti Abdullah Al Bantani keturunan Bangsawan Banten pada tahun 1784 M, kemudian diangkat menjadi Tumenggung di Banten dan menetap di Banten selama 25 tahun, 1785 - 1810 M, Baru ketika usia tua Beliau kembali ke Lombok dan wafat 1856 M, Makam di Lombok, usia hidup 87 tahun.
Lombok dulunya adalah Kesultanan Muslim, Kerajaan lama ini bernama : Selaparang dan menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Pontianak saat itu.
Kelompok Hindu Bali Mataram kemudian masuk ke Lombok dan sedikit demi sedikit mulai menguasai Selaparang Muslim dari etnis Suku Sasak Lombok.
Sempat terjadi pergolakan panjang hingga 1893 M, akan tetapi karena campur tangan kolonial Belanda, akhirnya Kerajaan Selaparang hancur dan Lombok dikuasai Bali Mataram yang berpusat di Karang Asem Pulau Bali.
Beliau, Syarif Abdullah bin Tuan Abu, saat itu usia 18 tahun pada 1787 M, ketika meninggalkan Pontianak bersama Pangeran Syarif Ali Alidrus. Rombongan mereka meninggalkan Pontianak menuju Sabamban Banjar menggunakan perahu layar.
2. Syarif Ibrahim bin Abubakar bin Sayyid Husen Mempawah,
Panglima Hitam Paku Alam, 1773 M - 1857 M , Usia 84 tahun
Syarif Ibrahim, lahir di Banjar 1773 M, : dari ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus, asal Trengganu. Ibu Beliau ini dinikahi di Banjar oleh ayah beliau Tuan Abu, Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, dalam pelayaran berdagang bersama abang beliau, : Syarif Abdurrahman, saat itu belum menjadi sultan. 1772 M
Ketika Abdurrahman menikah dengan Putri Syahranum, 1768 M, beliau Tuan Abu, menikahi Syarifah Aminah yang saat itu berada di Banjar, dan berasal dari keluarga Alidrus Trengganu, Tanah Melayu, sekitar 1769 - 1772 M
Syarif Ibrahim, usia 14 tahun pada 1787 M,
Ketika ikut rombongan Pangeran Ali Alidrus dari Pontianak ke Banjar. Setelah 8 tahun menetap di Segeram, Beliau kemudian nantinya menikah dengan Syarifah Fatimah binti Pangeran Ali Alidrus Sabamban di Banjar, Selain itu, Syarif Ibrahim juga menikahi Syarifah Nur, Syarifah Sifa, dan mungkin ada yang lain, yang menurunkan keturunan ini di Pontianak, Pulau Tujuh, dsk
Anak -anak Syarifah Fatimah Alidrus Binti Pangeran Syarif Ali Alidrus :
1. Pangeran Sabamban Syarif SirajudienSyah bin Ibrahim. Menikahi Syarifah Nuswainah binti Yasin bin Ali Alidrus
Keturunan ini ditemukan di Banjar, Bangka Belitung, dll. Diantara anak keturunan dari Pengeran Sabamban, Syarif Sirajudiensyah bernama :
1. 1. Syarif Abdullah bin Sirajudiensyah. Keturunan ini sebagian masih menggunakan gelar "Syah" di ujung nama mereka. Misalnya : Hardiansyah, Kurniawansyah, dll.
1. 2. Syarif Ayub bin Sirajudensyah, merupakan ayah dari Sihabuddin yang makamnya ditemukan di areal makam Pangeran Syarif Ali Sabamban
2. Sayyid Syarif Muhammad Nasir bin Ibrahim, menetap di Banjar hingga wafatnya. Leluhur Sayyid Syarif Misran Alkadri di Banjar dan keluarga besarnya.
3. Syed Mustafa bin Ibrahim Serasan, menikahi Dayang Masgi, menurunkan banyak keturunan di Pulau Tujuh, Tanjung Pinang, Batam, Peniraman, Pontianak, Sambas,dll - Makam di atas bukit pulau Serasan dulu ada pemancar Radio
*Syarif Abubakar bin Sayyid Husein Alkadri Jamalullail, ( ibu beliau, adalah Nyai Tengah, Utin Krinci Srikandi , istri kedua Sayyid Husein dinikahi di Matan sepeninggal wafatnya Utien Kabanat setelah melahirkan putrinya : Syarifah Khadijah )
Sayyid Abubakar merupakan ayah dari Panglima Hitam Paku Alam Segeram :
Sayyid Abubakar Panglima Laksamana I, menikah pertama sekitar 1755 - 1760 M di usia antara 20 atau 25 tahun. Lahir tahun 1735 M di Matan. Wafat pada 1814 M di Pontianak. Makam Mariana. Kampung Maria dulunya.
Keluarga Anak dan Istri serta Keturunan Abubakar : istri 11, anak 32
*Syarif Abubakar bin Sayyid Husein, setelah mengunjungi banyak negeri, kemudian menikahi 11 wanita, masing-masing :
Dari Istri kedua :
II. Inche Aminah / Syarifah Aminah binti Sayyid Abdullah Alidroos wanita yang berasal dari Trengganu tanah Melayu, yang saat itu berada di Kalsel pada 1772 M, dinikahi dan dikaruniai 6 anak :
II.1. Sayyid Ibrahim, bin Abubakar : Panglima Hitam Paku Alam Segeram, lahir Banjar 1773, Wafat Segeram 1857, Makam Kpg. Segeram, Natuna, usia hidup : 84 tahun.
Baru ditemukan keturunan dari 3 istri beliau, :
II.1.1. Syarifah Fatimah binti Ali Alidrus, keturunan banyak di Kalsel
II.1.2.Syarifah Sifa, keturunan ini di Pontianak dan Natuna,
II.1.3.Syarifah Nur, keturunan ini ada di Pontianak, Natuna, Sambas, dll,
II.2. Sayyid Yusuf , bin Abubakar lahir Banjar 1776 , Wafat Segeram 1867, Makam Natuna. Usia hidup : 91 tahun. Keturunan ini diperkirakan banyak menikah usia muda, antara 12 sd 14 tahun, sehingga panjang susunan nasab nya dari generasi ke generasi.
Keturunan ditemukan di Sei Pinyuh, Bali, Pontianak, Malang, Jakarta, Madura, Tanjung Pinang, Sarawak, dll. Di Bali ada cucu beliau : Syarif Tue, Panglima Loloan Abdullah bin Yahya, bin Yusuf, bin Abubakar ini.
II.3. Sayyid Jamalullail, bin Abubakar lahir Banjar 1778 , Wafat Segeram 1869, Makam Kpg.Segeram, Natuna. Usia hidup : 91 tahun. Keturunan ini ditemukan banyak menetap di Segeram Pulau Tujuh dsk hingga wafat nya.
II.4. Sayyid ALI Pertama bin Abubakar : ( makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok ) bergabung dengan sepupunya Pangeran Syarif Hamid Angke di Batavia. Masih dicari keturunan beliau ini.
II.5. Sayyid Abdurrahman, bin Abubakar lahir Segeram 1781 , Wafat Segeram 1872, Makam Kpg. Segeram, Natuna. Usia hidup : 91 tahun.
II.6. Sayyid Maulana Malik bin Abubakar lahir Segeram 1783, Wafat Batavia 1871, Makam Mbah Priok Batavia. Usia hidup : 88 tahun. Belum diketahui keturunan beliau ini.
##, Sebab - sebab Hijrah Ke Segeram pada sekitar : 1779 M
Perjalanan Hijrah ke Segeram bertolak dari Sabamban bersama Ayah nya Panglima Laksamana Satu Syarif Abu Bakar. Setelah mengundurkan diri sebagai Panglima Laksamana Satu pada sekitar tahun 1779 M, beliau Tuan Abu, kemudian pergi ke Banjar dan berkumpul dengan anak - anak nya, di Sabamban.
1. Sayyid Ibrahim Bin Abu Bakar, Lahir Banjar 1773 M - Usia 6 tahun
2. Sayyid Jamalullail Bin Abu Bakar , lahir Banjar 1778 M, usia 1 tahun, dan
3. Sayyid Yusuf Bin Abu Bakar, lahir Banjar 1776 M, usia 3 tahun
3 orang ini kelak menetap di Segeram hingga wafat.
Kampung Segeram :
Segeram saat itu merupakan Kampung yang sangat sepi karena di tinggalkan penghuninya Bangsa Portugis yang kalah dengan Belanda
Ketika kesultanan Pontianak dimasa Sultan Abdurrahman sudah mulai stabil dan tidak lagi terjadi peperangan, Beliau, Sayyid Abubakar ini, mulai sering bolak balik ke Pontianak,, Banjar, Lombok, Segeram, Jawa, Sumatra dala misi dagang dan Da"wahnya. Dan ketika Sultan Abdurrahman wafat pada 1808 M, beliau hadir dan mengantarkan jenazah saudaranya ini ke Batulayang.
Kemungkinan setelah Syarif Kasem bin Sultan Abdurrahman naik tahta, 1808 M, Beliau banyak menetap di Pontianak, dengan tetap sesekali ke Segeram bolak balik hingga wafat nya di Pontianak pada 1814 M, dipangkuan Sultan Syarif Kasem keponakannya ini.
Sayyid Abubakar wafat pada 1814 M, dalam usia 79 tahun. Lahir 1735 M
##, Keturunan 36@ Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam :
3.3. 37@Syed Mustafa bin Ibrahim Segeram, dari Ibu Syarifah Fatimah binti Ali Alidrus, kemudian menikahi Dayang Masgi, menurunkan banyak keturunan disekitar Pulau Tujuh, Natuna sekarang.
Dalam silsilah Syed Mustafa bin Ibrahim Segeram, tercatat sbb :
3. Syed Mustafa bin Ibrahim, Panglima Hitam Paku Alam Segeram, menikahi Dayang Masgi, menetap dan berkembang di Serasan, keturunan beiau :
3.1. Syed Muhammad, berputra 2, : Abubakar dan Usman, Sebaran Pulau Letung dan Sambas
3.2. Syed Ahmad, berputra 4 : Akil, Umar, Mansor dan Abdullah, menetap di Serasan. Keturunan ini menyebar di pulau 7, Riau hingga ke Kuching
3.3. Syed Kadir, tidak berputra, menetap di Seratas, menyebar ke Pulau Subi
3.4. Syed Wan Abdul Muthalib, tidak tercatat di Silsilah Serasan, meneruskan keturunan ini di Peniraman, belum diketahui nama ibu Beliau.
3.5. Syarifah Liha, Sedanau dan menyebar ke Kuching
3.6. SYarifah Hisah, menikah dengan Syarif Mahrum, menetap di Sambas
3.7. Syarifah Lijah, menetap di Pontianak
3.8. Syarifah Halimah, menetap di Serasan dan menyebar ke Terempah
3.9. Syarifah Bidah, ditemukan di Serasan
##, Syarif Muhammad atau Wan Muhammad
bin Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram
- Ibu beliau bernama Syarifah Nur dinikahi di Borneo Barat saat itu.
- Wan Muhammad Sei Purun kemudian menikahi Syarifah Tora dan menetap di Sei Purun Besar hingga wafat nya, sekitar tahun 1945 - 1950 M.
Beliau wafat sesudah Jepang angkat kaki dari bumi Borneo, tahun 1945 M.
Keterangan ini diperoleh dari saksi hidup :
Cucu beliau yang ikut lari ke hutan saat terjadi pembantaian Jepang di Borneo Barat, tahun 1942 - 1945 M, bernama : Syarif Umar bin Daud, menetap di Jungkat, masih hidup usia 86 tahun, pada 2022. Umar ikut masuk hutan bersama Ayah, ibu, saudara dan kakek nya, Wan Muhammad.
Umar saat itu baru usia sekitar 7 tahun.
Ayah Wan Umar ini,: dipanggil Wan Daud : ( Syarif Daud bin Wan Muhammad ) yang merupakan putra tertua dari Wan Muhammad Sei Purun, wafat dalam usia 96 tahun. Makam beliau di Jungkat dekat kediaman Wan Umar putranya.
Diperkirakan lahir sekitar tahun 1834 M, - Wan Sayyid Muhammad Sei Purun ini merupakan anak bungsu dari Sayyid Ibrahim Segeram, Beliau hanya mempunyai satu saudara dari satu Ibu, Syarifah Nur bernama : Sayyid Ahmad bin Sayyid Ibrahim Alkadri Jamaullail.
Wan Muhammad ini juga menurunkan banyak keturunan.
Dalam catatan Nan Gq 1857 disebutkan,:
Kemudian Salah satu cucu beliau,: Tuan Abu, Panglima Laksamana Pertama, yang bernama "Muhammad bin Ibrahim" ( makam di Sei Purun Besar, Km, 36 Jalan Raya Pontianak arah ke Sei Pinyuh, sebelah kiri jalan, sebelum mesjid Imaduddin Sei Purun )
Pindah atau Turun dari Pontianak ke daerah perhuluan., yang untuk selanjutnya oleh Masyarakat di sana di sebut Kampung Purun ( Yang di artikan turunnya orang pertama dari keluarga Alqadri.),
Beliau diperkirakan hidup di akhir zaman kekuasaan Sultan Syarif Usman, (1819 - 1855 ), kemudian Sultan Syarif Hamid.I, (1855 - 1872 ), dilanjutkan Sultan Syarif Yusuf, (1872 - 1895), hingga Sultan Syarif Muhammad, (1895 - 1944 M).
Dimana kekuasaan 3 Sultan penerus Sultan Syarif Usman ini jika di akumulasi, mencapai 89 tahun, sehingga disimpulkan beliau hidup lebih dari 95 tahun usianya. Keturunan ini memang banyak yang panjang usia hidupnya.
Syarif Muhammad bin Ibrahim
bin Panglima Laksamana I Syarif Abu Bakar
Beliau adalah Orang Pertama yang tinggal di daerah Turun., Sekarang di sebut Desa Sungai Purun I dan Desa Sungai Purun II. Km 36 Jalan Raya Pontianak - ke arah Sei Pinyuh.
Syarif Muhammad merupakan sepupu 2 x dari Sultan Hamid. I.
Dan masih banyak lagi dari keturunan para Panglima di Segeram ini yang masih dicari hingga hari ini, baru sebagian yang dapat ditemukan keturunan dari Sayyid Ibrahim Panglima Paku Alam Segeram , keturunan Sayyid Abdurrahman Panglima Ribot, dan keturunan Sayyid Jamalullai Panglima Karang Tanjung.
##, SYARIF IBRAHIM KE PULAU TUJUH
ABAD KE 17 M = September 1779 M
Bersama 3 saudaranya, :
Syarif Jamalullail, dan Syarif Yusuf " beliau kemudian dibawa berlayar ke Pulau Tujuh, dimana nentinya beliau sudah menikah di Banjar, kemudian menikahi 2 wanita di Pontianak ini,:
Syarif Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam, kemudian menetap di Segeram PULAU TUJUH, hingga wafat pada tahun 1857 M, dan di makam kan di Kampung Segeram, Natuna.
Saudara mereka Syarif Yusuf bin Abubakar,
Menurunkan keturunan diantara nya bernama Yahya berjulukan Maulana Al Kadri. Keturunan ini ditemukan di Bali, dikenal dengan Syarif Tue Abdullah bin Yahya Panglima Loloan.
3 Putra beliau tercatat :
1. Syarif Muhammad bin Syarif Yusuf : Pulau Tujuh Natuna
2. Syarif Qosim bin Syarif Yusuf : Pontianak
3. Syarif Yahya bin Syarif Yusuf ( 6 putra, salah satunya bernama Abdullah )
Baca disini selengkapnya,
klik >> : Syarif Tue Loloan Bali
Keturunan Ibrahim di Pontianak ,
Sekitar 100 tahun silam, di Kampung Siantan Pontianak Utara, ditemukan banyak keturunan beliau *cucu" dari anak - anak perempuan nya yang menetap disini. Diantaranya : Syarifah Secon, Syarifah Cantek, Syarifah Godang, Syarifah Tairah. dll
##, Dalam catatan kami, pada tahun 1779 M, ayah beliau Tuan Abu,
Sayyid Abubakar bin Sayyid Husein,
Sempat tinggal bersama ke 3 anak nya ini, selama 3 tahun di Segeram, tentu Beliau tetap bolak balik ke Pontianak. Beliaulah yang mengajarkan cara mengukir dan membuat kerajinan dari bahan karang laut, sebagaimana ditemukan di makam anak - anak beliau saat ini di Segeram.
Keterampilan ini diwariskan dan dilanjutkan kepada :
Sayyid Abdurrahman Panglima Karang Tanjung Segeram.
Dimasa tua dan uzur barulah Tuan Abu, lebih banyak tinggal di Pontianak hingga wafat pada tahun 1814 M, dan di makam kan di jalan Sidas Kecil Kampung Maria Dusun I. Pontianak.
Beliau menutup mata di pangkuan keponakan nya yang saat itu menjadi Sultan Pontianak ke II. Sultan Syarif Kasim Ibni Sultan Abdurrahman pada 1814 M
Upacara pemakaman beliau, Syarif Abubakar, Panglima Laksamana Pertama, dipimpin oleh Sultan Syarif Kasem, Sultan Pontianak ke II, yang merupakan keponakan beliau tadi.
Di Pontianak, beliau tinggal di Kampung Maria, Jalan Sidas kecil, Dusun 1, sekarang disekitar Mahkota Hotel jalan Sidas Mariana Pontianak Kota
Tempat dimana beliau membuka hutan sendiri di seberang Istana Kadriah Pontianak pada tahun 1779 M. Nama kampung Maria diambil dari nama istri beliau, keturunan suku Dayak, setelah masuk Islam, .
Sementara nama sungai disebelah barat kampung Maria,
Beliau beri nama " Sungai Jawei"
Nama Kampung Maria ini berubah menjadi Kampung Mariana,
Ketika Belanda membangun benteng "Marianne s "ord" nanti nya.
Di Kampung ini dulunya banyak terdapat burung merak, mungkin itu sebab nya sekarang dikenal dengan Gang Merak di Kota Pontianak. Makam beliau disini letaknya sesuai catatan Pangeran Bendahara Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman.
Baca disini >>
Keturunan lengkap Panglima Laksamana Pertama
3. Syarif Abdurrahman bin abu bakar bin Sayyid Husein,
Panglima Karang Tanjung, 1781 - 1872 M, Usia 91 tahun
Syarif Abdurrahman, lahir Segeram 1781 , dari Ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus, dan beliau wafat pada 1872 M, Makam Kpg. Segeram, Natuna.
Beliau baru usia 6 tahun ketika berangkat bersama rombongan Pangeran Ali Alidrus, dari Segeram ke Pontianak kemudian ke Banjar pada tahun 1787 M. Beliau merupakan salah satu dari 3 Panglima yang kelak menetap di Pulau Tujuh, tepatnya di Segeram hingga wafat pada 1872 M
4, Dan Syarif Jamalullail bin Abu bakar bin Sayyid Husein,
Panglima Ribot Junjung Buih, 1778 M - 1869 M, Usia 91 tahun
Syarif Jamalullail, lahir Banjar, 1778 M , dari ibu Syarifah Aminah binti Abdullah Alidrus. Beliau wafat 1869 M, Makam Kpg. Segeram, Natuna. Ketika berangkat bersama rombongan Pangeran Ali Alidrus, 1787 M, beliau baru usia 9 tahun.
Sementara Pangeran Syarif Ali Alidrus menetap di Sabamban Banjarmasin Kalsel, Syarif Abdullah bin Tuan Abu, kemungkinan karena berdagang dan berdakwah kemudian menyeberang dan menikah di Banten dengan Fatimah binti Abdullah Al Bantani Al Azmatkhan, dan diangkat sebagai Tumenggung di Banten, baru nanti setelah masa uzurnya menetap kembali di Lombok hingga wafatnya, pada 1856 M
Syarif Ibrahim, Syarif Jamalullail serta Syarif Abdurahman dan Syarif Yusuf menetap di Natuna Pulau Tujuh , hingga wafat dalam dokumen NanGq 1857 di sebut pulau Segara / Segeram
Mereka adalah sepupu 1 x Sultan Usman dan Sultan Kasem hidup se zaman
##, Mereka masuk ke Segeram, pada 1779 M
Tidak lama setelah Portugis meninggalkan pulau Segeram , saat itu negeri ini sudah di kuasai Belanda dan Portugis sudah keluar meninggalkan bekas runtuhan, saat itu masih ada bangunan yang utuh,
Diduga bangunan sengaja di runtuhkan oleh Portugis dan hanya meninggalkan satu bangunan saja, tetapi saat ini mungkin bangunan ini juga tinggal puing puing hanya masyarakat di Segeram lah yang lebih tahu
Baca disini >>
Hijrahnya Pangeran Ali Alidrus ke Banjar
##, Gelar Panglima , :
a. Sebutan Panglima Hitam Paku Alam
Karena bangunan pertama yang beliau tancap kan dengan tangan kosong di usia yang baru 6 tahun paku beton sepanjang 40 cm bekas peninggalan Portugis, sebutan Panglima Hitam karena beliau pelaut yang unggul sehingga teriknya panas di lautan Natuna membuat badan beliau menjadi sedikit gelap,
Selain itu juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena samurai beliau berwarna hitam pekat dan juga di jelaskan sebutan Panglima Hitam karena paku beton yang ditancapkan berkarat hitam, disebutkan makam beliau terbuat dari karang laut yang di ukir oleh saudaranya, : Syarif Abdurrahman
Dari 4 saudara, beliau Syarif Ibrahim, yang paling tua umur nya.
Ketika masuk ke Segeram, beliau baru berusia 6 tahun
b. Sebutan Panglima Ribot,
disandang Syarif Jamalullail bin Tuan Abu,
Karena kemampuannya meredakan angin kencang dan gelombang besar lautan ketika melaut di sekitar Pulau Tujuh saat itu.
Sayid Abdurrahman dan Jamalullail : bin Abu bakar
Beliau di kenal pada saat itu dengan sebutan Panglima Karang Tanjung dan Panglima Ribut Junjung Buih, sebab atas ijin Allah, ombak yang menggulung bisa berhenti dalam sekejap sehingga para nelayan jika melaut ikut rombongan beliau,
Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379. Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Sayyid Husein
Menurut Manaqib Syarif Abdurrahman dan Jamallullail serta Yusuf:
bin Abu Bakar bin habeb Husen, :
Hidup satu zaman dengan Sultan Kasem dan Sultan Syarif Usman
c. Sebutan Panglima Laksamana Karang Tanjung,
disandang Syarif Abdurrahman
Karena keahlian beliau mengolah karang laut menjadi benda bernilai seni tinggi. Ketrampilan ini dipelajari dari ayah beliau Tuan Abu, Syarif Abubakar bin Habib Husein yang ahli dibidang ini.
Ahli membentuk batu karang laut menjadi berbagai bentuk.
Baik hiasan, dinding, meja kursi, batu nisan tambak nisan dan ukiran dinding monograf dari batu karang laut, beliau lah yang membuat makam dan kuburan dari batu karang laut serta memberi pelajaran bagaimana caranya membentuk batu karang menjadi lebih indah, kepada putra nya, : Ibrahim kemudian diteruskan Abdurrahman.
Sehingga masyarakat saat itu memiliki ke ahlian menjadikan karang dan batu karang jadi bentuk berbagai rupa, Apakah ilmu ini masih ada di segara/ Segeram atau tidak, masyarakat segeram yang dapat menjawabnya,
Sumber :
1. Dari dokumen NanGq 1857 M - Halaman 330 - 331 Kode 36.3. 1243 - Buku Induk Nasab Syarif Ibrahim bin Panglima Laksamana Satu Abubakar bin Habib Husein Al Qadri Tuan Besar Mempawah
2. Tercatat dalam dokumen NanGq 1857 M, halaman 379. Nomor : Nasab 36. Sepupu 1 kali Sultan Syarif Usman Alqadri bin Sultan Abdurahman.
3. Managib Syarif Abdurahman bin Abu bakar panglima laksamana I bin Habeb Husein Alqadri