SEJARAH HIDUP & DA'WAH.I ;
DARI YAMAN HINGGA MATAN
SAYYID HUSEIN TUAN BESAR MEMPAWAH : 1699- 1763 M 64 tahun
VERSI ASLI ;
DARI CATATAN LANGSUNG WARISAN TURUN TEMURUN
" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka" Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing" Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebaran nya di Nusantara ini" Sultan Pontianak ke. IX.
KUPAS TUNTAS SEJARAH HIDUP SAYYID HUSEIN AL KADRI
MANAQIB BIOGRAFI
Sayid Syarif Husein Alkadri Jamalulail
Jabatan : Mufti dan Kadhi Kesultanan Matan, 1722 - 1747 M
Maha Patih dan Mufthi Mempawah, 1747 - 1763 M
Pengantar :
Kesultanan Matan
Tahun Pemerintahan :
1. (1665–1724) : Gusti Jakar Kencana /Sultan Muhammad Zainuddin /Sulthan Ratoe
2. (1724–1738): Gusti Kesuma Bandan/ Sultan Muhammad Muazzuddin / Marhum Negeri Laya
3. (1738–1749): Gusti Bendung / Pangeran Ratu Agung /Sultan Muhammad Tajuddin
4. (1749–1762): Gusti Kencuran atau Sultan Ahmad Kamaluddin atau Marhum Indra Laya
5. (1762–1819): Gusti Asma atau Pangeran Ratu atau Sultan Muhammad Jamaluddin
Gusti Asma adalah raja terakhir Kerajaan Matan dan pada masa pemerintahannya, pusat pemerintahan Kerajaan Matan dialihkan ke Simpang, dan nama kerajaannya pun berganti menjadi Kerajaan Simpang atau Kerajaan Simpang-Matan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tanjungpura
Beliau bertahan di Matan sejak zaman Sultan Pertama hingga Sultan Ke Tiga
Kemudian Hijrah ke Mempawah pada : 1747 M, zaman Gusti Bendung di Matan
Sayid Syarif Husein Alkadri Jamalulai
As Sayyid Syarif Husein Alkadri Jamalullail, Makam Sejegi Kampung Pedalaman. Mempawah. Kalimantan Barat. Anak bungsu Sayyid Ahmad bin Sayyid Husein. No.5, dari lima saudara. Lahir di Trim Ar Ridha Yaman pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M, dan wafat di usia 63 -64 tahun, Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.
Menikahi 12 wanita, dan mempunyai keturunan 42 anak
Nama dan gelar lengkap beliau ;
, As-Sayid Asyarif Husein bin Ahmad Muhammad Jamalulai
Ketika Sultan Abdurrahman menggunakan Al - Kadri, maka, nama beliau mendapat tambahan As - Syarif Husein Al-Kadri Jamalulai, nama beliau di saat itu juga di kenal As-Sayid Husein bin Ahmad Ba - Alawi Jamalulail, di karenakan beliau keturunan Ba 'Alawi (yang seharusnya penulis saat itu menulis keturunan Ali Al - Ba"alwi ) karena antara Ali Al - Ba'alwi dengan Ba' Alawi adalah orang yang berbeda
Sebab yang di kenal sebagai Ba'alwi adalah Abdullah Ba'alwi jalur Alwi Al - Ghoyur, yang konon nasab keduanya sampai kepada Rasullullah.SAW. Beliau juga di kenal menjadi Tuan Besar Mempawah Mufthi kesultanan Mempawah, setelah pindah dari Kesultanan Matan.
Kepindahan beliau, dari Matan ke Mempawah disebabkan karena untuk menenangkan dirinya, setelah istri Pertamanya meninggal dunia ( Bukan karena tidak cocok atau ada masalah di Matan sebagaimana sejarah yang difahami selama ini, melainkan sejak awal beliau memang ingin menerima tawaran dari menetap di Kesultanan Mempawah )
Walaupun dengan berbeda tulisan tetapi jika di ucapkan jelas hampir sama bunyinya, Sebab itu Almarhum di sebut saja Utien Kabanat
PERISTIWA MAHAR PERNIKAHAN SYARIF ABDURRAHMAN
Dalam babat sejarah pernikahan Syarif Abdurrahman dengan Putri Utin Tjindramidi tidaklah Semudah perkiraan karena syarat yang cukup memberatkan menurut Syarif Abdurrahman.
Tetapi anehnya Syed Husein langsung saja menyanggupi nya walaupun hantaran wajibnya 7 peti emas berukuran setengah hasta dan panjang satu hasta ukuran orang Dewasa atau : ( panjang 97 Cm x Lebar 57 Cm dengan tinggi 57 Cm, terbuat dari tembaga murni
Saat itu Syed Husein meminta tempo dalam waktu 3 bulan sesuai permintaan Opu Daeng Manambong, Karena beliau yaqin Syed Husein mampu memenuhi Mahar wajib tersebut
Peti - peti yang sudah jadi tersebut beliau pesan dari seorang pengrajin yang ahli dalam membuat ukiran Kaligrafi di daerah Matan, Kemudian di masukan dalam kamar tertutup yang di lapisi kain kuning, hijau dan terakhir hitam, baik pada lantai, dinding dan dek atap di ruang yang gelap selama 3 bulan, serta Melarang Anak - anak beliau membuka kamar tersebut kecuali Syed Husein sendiri.
Setelah sampai waktunya, untuk di berikan, barulah Syed Husein membuka kamar tersebut dan di saksikan seluruh anak beliau termasuk Syarif Abdurrahman sendiri
Sehingga anak - anak beliau heran tetapi Syed Husein berkata :" jangan heran karena itu pemberian Allah" (kisah ini menjadi buah bibir hingga saat ini tentang Karomah yang di miliki Syed Husein Al-Kadri Jamalulai
NAZAR SULTAN ABDURRAHMAN
DAN PENGEMBARAAN DI LAUTAN
Perlu juga di ketahui oleh seluruh keturunan Syarif Abdurrahman Alqadri kuhsus nya dan keturunan Syarif Husein umumnya,
Setelah Syarif Husein mengabulkan permintaan Utin Tjindramidi calon istri Syarif Abdurrahman., pada saat itu juga di depan calon istrinya , beliau ( Syarif Abdurrahman ) berkata :
""Seandainya dia mampu memenuhi permintaan Mahar 7 peti emas, maka Ulun bernazar akan mengikuti jejak Abah dan bahkan akan melampaui Abah memiliki anak - anak 101 Orang anak, dan ulun tidak akan berhenti menikah jika belum tercapai jumlah anak tersebut serta menjadi Raja dan Pelaut yang ""Tangguh di Negeri ini"", :
setelah itu Syarif Abdurrahman berlalu dari hadapan calon istrinya.
Setelah beberapa waktu dari pernikahan Putrinya., Opu Daeng Manambong jatuh sakit., kemudian meninggal Dunia pada 1165 H - 1751 atau 1761 M., dan Gusti Djamiril di angkat oleh Syarif Husein sebagai anak angkat beliau di Kampung Galah Herang
Kemudian Tahun 1166 H - 1752 di angkat menjadi Sultan dalam usia yang masih cukup muda menggantikan Abah nya Opu Daeng Manambong.
Dengan Gelar ""Penembahan Adiwijaya Kesuma""
Dan kenyataannya memang benar dalam Dokumen Resmi Maktab NANGQ 1857, anak - anak Syarif Abdurrahman Alqadri berjumlah 101 orang dengan jumlah istri 67, walaupun tidak semua istri Syarif Abdurrahman memiliki anak, sebab ketika istri yang beliau Nikahi tidak memiliki keturunan beliau menikah lagi.
Sehingga jumlah istri beliau sebanyak 67 dengan hadiah pernikahan 1 peti emas berukuran sama dengan peti yang di berikan Syarif Husein kepada Utin Tjindramidi,
Dari ke 67 istri Syarif Abdurrahman hanya 2 istri saja yang Menerima lebih dari 1 peti emas sebagai mahar yaitu :
1. Putri Utin Tjindramidi binti Opu Daeng Manambong Raja Mempawah, 7 peti emas langsung pemberian dari Syarif Husein sebagai mahar Syarif Abdurrahman dan
2. Kesumasari binti Sultan Sa'ad, 3 peti emas sebagai mahar dari Syarif Abdurrahman
3. 65 istri yang lain masing2 Satu peti emas
4. Jumlah anak keturunan Sultan Abdurrahman : 101 anak
Syarif Abdurrahman juga berlayar dan berdagang di Johor kawasan Selat Malaka, Palembang, Banjarmasin, daerah Pasir Borneo timur
Di daerah Pasir, Syarif Abdurrahman menikah dengan Ratu Syahranum Putri Kerajaan Banjar (1768 M - 1184 H) kemudian Syarif Abdurrahman mendapat gelar Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam ( Yang maksudnya Pangeran yang menerangi Cahaya Alam)
Beliau jaga meneruskan perjalanan ke Balik Papan serta mengeliligi wilayah Kaltim, dan sempat singgah menemui adik kandungnya :
Pangeran Indra Giri Syarif Ahmad yang menikah dengan Putri Ajie Meter, :
Selanjutnya beliau meneruskan berlayar hingga ke Papua terus menyeberangi Samudra laut Jawa ke Surabaya.
Dari Surabaya beliau mendapat kabar Abah nya Syarif Husein yang sakit kemudian beliau pulang ke Mempawah. Seminggu setelah Abdurrahman tiba di Galah Herang Mempawah
Sayyid Syarif Husein kemudian wafat ,
Lahir di Trim Ar Ridha Yaman
pada 17 Muharram 1120 H - 1699 M,
dan
wafat di usia 63 -64 tahun,
Pada : Rabu 2 Zulhijjah 1184 H - 19 Maret 1763 M.
PENDIDIKAN SAYYID HUSEIN
Sayid Syarif Husein yang mendapat pendidikan berawal dari orangtua beliau sendiri sampai umur 18 tahun.
Selain itu beliau juga belajar dari ilmu pengetahuan Umum.,
Kemudian beliau mengembara ke Negeri Kulaindi salah satu Kota Besar Yaman Selatan, untuk belajar ilmu agama dan umum kepada Syed muhammad Hamid , kemudian beliau di nikahkan dengan anak beliau Zahara di usia 19 tahun dan memperoleh seorang anak, menetap selama 4 tahun, kemudian beliau menikah lagi dengan Khodijah dan memperoleh 3 orang anak,
Setelah 4 tahun, di Kulaindi, beliau pulang ke Negerinya di Tarim Ar Ridha, istrinya melahirkan 13 anak, sehingga beliau memiliki 17 orang anak dengan 2 istri.
Setelah merasa cukup menguasai di siplin ilmu dan olah jiwa serta wawasan mancanegara, serta menguasai ilmu pelayaran dan perdagangan, di mulai dari dari Teluk Persia hingga ke Kalkuta Pantai Afrika barat dan Bangladeh, maka beliau mulai mengatur strategi untuk berangkat Ke Asia Benua melayu dengan tujuan terselubung dagang dan Da"wah serta merahasiakan tujuan utama yang sebenarnya ( Menghidupkan Fam Alqadri )
Sejarah hanya mengupas perjalanan beliau dari Yaman dan beberapa tempat Negara yang beliau singgahi hingga sampai ke Borneo, Kalimantan Barat, tetapi tidak menjelaskan secara detail setiap daerah yang beliau singgahi, bersama dengan ke 4 Sahabat dan berapa lama beliau tinggal.
Sesungguhnya Sayid Husein Al-Kadri Jamalulai memiliki 12 orang istri dan 42 anak, anak yang pertama bernama Sayid Aqil Jamalulai dan anak yang terakhir Syarif Ahmad Al-Kadri dengan ibu Nyai Piring.
Tidak di jelaskan juga secara rinci kapan Sayid Husein Al-Kadri merantau, sesungguhnya beliau hijrah dari dari Yaman sekitar umur 40 tahun dengam meninggalkan 2 istri dan 17 anak.
3 Ulama lain yang turut serta bersama beliau adalah :
1. Sayid Husein sendiri
2. Abu bakar Alidrus ( Tuan besar Aceh)
3. Umar Assegaf (Tuan besar Siak)
4. Sayid Ahmad bin Muhamad Usman Alquds (Tuan Dato Narang) kemudian menetap di Trengganu
Dari catatan sejarah belajar dengan ayahnya umur 18, belajar dengan gurunya 4 tahun serta belajar ilmu pelayaran dan perdagangan sambil berusaha, waktunya di habiskan bolak balik Afrika, Banglades dan beberapa Negara lainnya, untuk berdagang telah menyita banyak umurnya,
Maka berangkatlah Sayed Husein dari Negeri Kulaindi menuju Aceh., Sebenarnya Beliau berangkat dari Yaman bersama 2 sahabatnya
Dalam babat sejarah beliau dari Ar ridha Hadramaut Yaman hanya berangkat bertiga saja, sebab salah satu sehabat beliau bermukim di Banglades, sehingga beliau bertiga harus ke Banglades terlebih dahulu baru berangkat, akan tetapi justru Sayed Husein agak lama tinggal karena cuaca buruk sehingga memutuskan untuk menikahi gadis Banglades dan memiliki 3 anak,
Dari bangladesh beliau mengatur strategi untuk berlayar melewati pinggiran pantai baru menyeberangi Samudra karena satu satunya jalan dan tidak ada jalan lain.
Tetapi Allah berkehendak lain, ketika melewati Samudra mereka di hantam ombak besar, atas ijin Allah melalui perantaranya, beliau mendapat pertolongan, sehingga rencana mereka berlayar lebih dari 1 tahun ternyata dalam 3 bulan mereka telah sampai di Singgapura
Tetapi mereka rahasiakan Kepada umum
Sahabat beliau Abu bakar Alidrus melanjutkan perjalanan di Aceh dan menjadi Tuan Besar Aceh, ketika Sayid Husein berdagang dan da wah ke Aceh Tuan besar Aceh menikahkan beliau dengan Cut Helmira dan memiliki 1 anak
Selain itu beliau juga menikah dengan Zahara Assegaf binti Zein,
Dan memiliki 1 anak di Tanjung periok.
Sayid Husein juga berda wah dan berdagang Trengganu, Siak, Betawi sempat tinggal 7 bulan. Sementara Sayid Muhammad bin Ahmad Alquds beliau memelih menetap di Trengganu beliau lalu di Panggil Dato Marang
Tetapi mereka tetap selalu bersama sama sehingga mendapat gelar Sahabat Empat
" Hanya Al Qadri yang bisa menelusuri dan mengenali kaum kerabat Al Qadri, karena sama jalurnya dan adanya hubungan darah serta kekeluargaan mereka" Selain Al Qadri, tentunya mereka lebih baik fokus menelusuri jalur mereka masing-masing" Karena Al Qadri terlalu besar puak nya dan terlalu luas sebarannya di Nusantara ini" Sultan Pontianak ke. IX.
6.1. Sayidah Cut Zahara
6.2. Tengku Syed Jainudien Jamalulai
6.3. Tengku Syed Jainudien Maulana Malik Husein
Selama berada di Aceh beliau sering mengunjungi pulau jawa bersama sahabatnya yang juga sudah berkeluarga., beliau juga sering ke Sulawesi untuk melaksanakan tugas dawah dan mulai melirik pulau Kalimantan.,
Karena sesuai dengan petunjuk Syech beliau harus menetap di Matan., tetapi masih di urungkan karena beliau harus membesarkan Anaknya yang di Aceh
Dari istri yang ke 6 beliau memperoleh anak 3,
sehingga keturunan beliau ada menjadi lebih 25 orang
Ternyata ketika beliau bola balik dari Singgapura., Aceh., Jawa, Batavia, Sulawesi., Syed Husein memutuskan untuk menikah lagi dengan
>> : Istri ke Tujuh : Syarifah Zahara Batavia
Syarifah Zahara Assegaf binti Zein
dari Tanjung priok Batavia Jakarta.,
sebagai istri yang ke 7 dan memiliki anak satu :
7.1. Ahmad Jamalulai, Dari istri yang ke 7 beliau memiliki 1 anak, sehingga menjadi 26 anak
PERJALANAN DA"WAH KE SULAWESI
Kemudian beliau membagikan 3 peti emas kepada ke 3 istrinya, agar dapat di tinggal dalam waktu yang lama untuk merantau dan berdawah ke Sulawesi .
Setelah membagjkan 3 peti emas kepada 3 istrinya,
Syed Husein berangkat ke Sulawesi untuk memenuhi undangan Daeng Celak (Syed Syech Abdullah Adeni Qaulan Jajirah), kemudian beliau di minta untuk menikahi anak nya
>> : Istri ke Delapan : Utien Kashmiri Al Adeni Sulawesi
Utien Kasmiri binti Daeng Celak untuk mengikat hubungan kekeluargaan,
Dari pernikahan ke 8 , ini beliau memiliki anak :
8.1. Syarifah Utien Kesumasari
8.2. Abu Bakar Jamalulai
8.3. Ahmad Alqadrie Jamalulai,
Sehingga dari 8 istri beliau memiliki anak 29 orang
Setelah merasa cukup tinggal di Sulawesi, beliau dengan ke 4 temannya yang mencoba untuk bersilaturahmi dan berangkat ke Matan, lalu Daeng Celak ikut rombongan itu untuk bertemu dengan abang beliau Opu Daeng Manambong (Syed Syech Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah)
Namun sebelum menuju ke Matan,
Beliau justru nyasar di daerah pegunungan Peniraman secara tidak sadar digerakan oleh Syech Madudhudini Kharomani, agar menepati janjinya memberi nama Pegunungan Peniraman dengan nama (Bukit Sahabat Empat) terdiri dari 2 gunung yang berdempetan di peniraman, 1 gunung di Sungai Daya (saat itu belum ada nama dan 1 gunung sungai cina sekarang Nusapati)
PERIODE KEHIDUPAN DI MATAN DAN MEMPAWAH BORNEO
Di Borneo kelak, Sayyid Husein menikahi 4 perempuan, 2 di Matan, 1 Sanggau dan terakhir Nyai Piring di Mempawah, sehingga berjumlah 12 istri dengan 42 anak keturunan
Setelah sampai di matan sebelum memasuki Kesultanan matan beliau mengatur strategi, bagaimana caranya bisa di terima, sementara 2 sahabat kembali ke tempatnya masing2, ketika menerima jamuan sesuai adat setempat., maka sahabat Syed Husein membuat ulah dengan mematahkan kacip pinang., melihat hal tersebut Sultan kurang senang hati dengan menunjukan wajah yang muram,
Syed Husein segera mengembalikan kacip seperti semula,
Melihat kejadian., maka Sultan segera mengangkat beliau sebagai Mufthi dan Penasehat Kesultanan., kemudian Syed Husein di nikahkan dengan anak beliau Uten Chendramidi (Nyai Tua) binti Sultan Muhammad Zainudin Matan dari Istri beliau suku Daya Setempat.,
>> : Istri ke Sembilan : Nyai Tua
Ketika Nyai Tua melahirkan Syarifah Khodijah Al - Kadri.,
Nyai Tua , istri ke 9 : meninggal Dunia.,
Mendung menyelimuti keluarga besar Kesultanan Matan dan Syarif Husein .,
Syarif Husein meminta agar almarhumah Utien Kabanat di makamkan di mempawah., sebab di saat itu beliau juga sudah dekat dengan Opu Daeng Manambong ( Syed Syech Abu Bakar Adeni Qaulan Jajirah).
Ketika Nyai Tua meninggal dunia sahabat Syarif Husein yang berada di negeri Matan "Tuan Janggut Merah, Sayid Hasyim bin Yahya" juga hadir dan menyampaikan belasungkawa., dan berkata terimah kasih telah berbagi ilmu (peristiwa Kacip) maka kemudian mereka berpelukan.,
Panggilan utin berubah kembali ketika Sultan Abdurrahman menikah dengan Putri Utien Candramidi, yang namanya sama dengan nama ibunya ini, putri Opu Daeng Manambon itu.
Maka istri Syed Husein di panggil Utien Kabanat)
Dari hasil pernikahan dengan Nyai Tua di peroleh anak 4, sbb :
9, 1. Sultan Syarif Abdurrahman, Lahir di Matan 1730 M, bin Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail
9. 2. Syarif Alwi, Matan 1731M, bin Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail ( Tuan Bujang karena tidak menikah )
9. 3. Syarifah Aisyah Awaliah, Matan 1731M, binti Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail
9. 4. Syarifah Khodijah, Matan 1732 M, binti Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail
MENIKAHI "NYAI TENGAH" TAHUN 1732 M AKHIR ,
SETELAH MENIKAHKAN PUTRINYA INI ,
SULTAN MUHAMMAD ZAINUDIN MANGKAT, 1732 M
Tahta Matan kemudian digantikan oleh : Pangeran Ratu, 1732 - 1736 M ,
Kemudian
Pangeran Mangkurat Matan, 1736 M - 1749 M
>> : Istri ke Sepuluh : Nyai Tengah
Setelah 3 bulan meninggalnya Nyai Tua,
Sultan Muhammad Jainuddien kemudian menikahkan Syarif Husein Al - Kadri dengan putri tengahnya Utin Krinci Srikandi ( Nyai Tengah) dengan maksud agar adiknya bisa merawat Anak kakak nya dengan sempurna., sebab menurut penglihatan Kasyaf beliau di antara anak Nyai Tua memiliki Cahaya Pembesar (Tanda - tanda menjadi Raja atau Sultan di Negeri ini).
Saat itu, Abdurrahman, lahir 1730 M, dan 3 saudaranya,
Masih berusia dibawah lima tahun ( Balita ) sehingga beliau tumbuh besar dibawah asuhan Nyai Tengah yang menjadi ibu sambung dan sekaligus Bibi nya, Mak Mude
Hasil pernikahan Sayyid Husein dengan Nyai Tengah, istri ke 10 :
Sebagai istri ke 2 di Matan Boerneo memiliki anak 5 , sbb :
10. 1. Syarif Muhammad, Matan 1734 M, Tuan Minta
10. 2. Syarif Abu Bakar Tuan Abu Panglima Laksamana I
10. 3. Syarif Ali, Matan 1736M
10. 4. Syarifah Aisyah Awsath , Matan 1737M
10. 5. Syarifah Fatimah, Matan 1738M
Sehingga jumlah menjadi 38 orang dgn istri 10 orang
Selain itu dalam waktu yang tidak terlalu lama Syarif Husein Al - Kadrie juga menikah lagi dengan
>> : Istri ke Sebelas : Nyai Bungsu Sanggau
Utien Kesumasari ( Nyai Bungsu ) putri Sultan Sanggau, istri ke 11 :
Dan memiliki anak :
11. 1. Syarifah Noer , Sanggau 1740 M,
11. 2. Syarifah Maryamah, Sanggau 1741 M binti Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail dan
11. 3. Syarif Ahmad II , Sanggau 1742M, bin Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail (Tuan Umat beliau juga di kenal dengan Pangeran Adiwijaya Garut) Pangeran Giri , Imam Pawah, kelak menikah di Borneo timur dengan putri petung Aji Awang Meter Kerajaan Paser Blengkong Kalimantan Timur
Sehingga jumlah anak beliau 41 orang dengan istri 11 orang
Untuk selanjutnya Syarif Husein Al - Kadri terakhir menikah
>> : Istri ke Dua Belas : Nyai Piring Mempawah
Dengan Nyai Piring, istri ke 12, dinikahi di Mempawah, dan memiliki
12. 1. Syarif Ahmad III, Lahir Mempawah, 1750 M, bin Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail Menikah di Kesultanan Sambas dan menetap di sana, keturunan ini banyak di daerah Sambas dan sekitarnya,
12. 2. Syarifah Muhsena, Mempawah 1752M, binti Sayyid Husein Al - Kadri Jamallullail (Meninggal di waktu kecil di Mempawah )
Dengan demikian Sayyid Husein mempunyai 42 anak keturunan, dari 12 x menikah dan memperoleh keturunan dari 11 istri nya, sementara hanya 1 istri yang tak berketurunan