Selasa, 02 Januari 2024

HIKAYAT "PANGLIMA HITAM PAKU ALAM" SEGERAM: IV ( EMPAT )

 BAGIAN KE EMPAT ; MELAYAT AYAH WAFAT DI PONTIANAK, Tahun 1814 M

By : Syarif Arif Chandra & Syarif Tue Tsani 

Disusun berdasarkan Data dan Fakta Sejarah tertulis,

Dari Manuskrip Kuno - Nuswah Tua ,

Catatan Pangeran Bendahara 

 Syarif Ahmad bin Sultan Abdurrahman, tahun 1840 M


Gambar Ilustrasi
KALIAN ADA, KARENA KAMI ADA
JANGAN LUPAKAN KAMI,..!!
Pesan Ghaib Makam Tua Segeram


Masih menurut catatan Pangeran Bendahara Ahmad : 1840 M

 

Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri, 


Meninggal dunia di pangkuan keponakan nya Sultan Syarif Kasim Alkadri ( Sultan Pontianak kedua, 1808 - 1819 M), - menutup mata pada 1814 M, dalam usia 79 tahun, lahir 1735 M,


Dari ibu Nyai Tengah, Utin Krinci Srikandi, putri Sultan Maazidin. -


(Setelah wafatnya Nyai Tua, Utin Kabanat, Utien Chandramidi tua, kakak dari Nyai Tengah ini, dinikahi, untuk merawat anak - anak mendiang  kakaknya ),-


Beliau lahir dari istri kedua Habib Husein di Matan.


Syarif Abubakar, sepanjang hidupnya, beliau menikahi 11 perempuan, dan mewariskan 32 anak keturunan, laki - laki dan perempuan, hingga hari ini.


 ""Jadi kalau ada yang mengatakan beliau mati kecil"",

 "Tak punya keturunan, ;

 ""Itu "FITNAH" Sangat "KEJI", !!""

============


 - Sebelum wafat, Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar bin Sayyid Husein Alkadri berwasiat :


 “Agar beliau di maqamkan di sekitar rumah beliau di Mariana ( bukan di Batulayang ) agar dekat dengan maqam anak beliau “Syarif Abdurrahman Alkadri  yang meninggal dalam usia sembilan tahun, dari istri ke tiga, Inche Salmah”.


Alkisah,  :


Setelah lebih empat puluh hari berada di Pontianak, sambil menunggu  angin baik, sekaligus melepas rindu dengan anak - anak beliau yang ada di Pontianak, barulah rombongan keluarga Panglima Hitam Paku Alam Segeram, dari Pulau Tujuh, kembali ke Segeram


Sepeninggal wafat ayah nya,

Panglima Laksamana satu Syarif Abu Bakar Alkadri

Pada tahun 1814 M, tadi :


Panglima Hitam Paku Alam, Menjadi kepala keluarga tertua, di Segeram, dari keturunan ini. Sementara saudara yang lain, dari ibu yang berbeda, dan Ibu yang  sama, sudah menetap di beberapa daerah lainnya, dan  sebagian besar keluar dari Pontianak. 


DYYM Sultan Syarif Mahmud Melvin Al Kadri, SH
Bersama :
Panglima Singa Pati Kesultanan Pontianak Syarif Hasan Al Kadri,
Dikawal para Hulu balang Kesultanan


Tercatat saudara Panglima Hitam Paku Alam yang  laki- laki  diantaranya, sbb 


1. Sayyid Abdullah, bin Abubakar  lahir :  1769 M, wafat 1856 M, menetap di Lombok Nusa Tenggara Barat hingga wafat nya pada tahun 1856 M. Makam di Lombok. Ibu Aluyah Sambe. Abang Beliau


2. Sayyid Husein, bin Abubakar  lahir di Lombok   : 1772 , Kembar  Abdillah.  Makam di Pantai Lombok. Ibu Aluyah Sambe. Abang Beliau


3. Sayyid Abdillah, bin Abubakar  Lahir  di Lombok  1772 , Kembar Husein . Makam di Pantai Lombok . Ibu Aluyah Sambe. Abang Beliau.


4. Sayyid Mohdar, bin Abubakar  Lahir  1782, Wafat  1860 , menetap di Sambas bersama keluarganya hingga wafat dan di Makam kan sekitar kraton Sambas. Ibu Aluyah Sambe. Adik Beliau. 


5.. Sayyid ALI Pertama  bin Abubakar   :  Merantau ke Batavia,  bergabung dengan Pangeran Syarif Hamid ( ANGKE ) bin Sultan Abdurrahman. ( makam TPU Sungai Bambu, Tanjung Priok  ) Ibu Syarifah Aminah, Adik beliau Satu Ibu.  


6. Sayyid Maulana Malik  bin Abubakar  lahir  1783, Wafat 1871, Merantau ke Batavia juga, hingga wafat dan di Makam kan di Komp Mbah Priok Batavia.  Ibu Syarifah Aminah. Adik  bungsu satu ibu, Panglima Hitam Paku Alam Segerem ini. 


7. Sayyid Abunijam, bin Abubakar  Lahir 1776, Wafat 1859, Makam tua kandangan di Aceh. Saudara beliau lain ibu , dari Inche Salmah. Adik Beliau. 


8. Sayyid Hasan, bin Abubakar    lahir  1774, Wafat  1860, Merantau ke Semarang higga wafat dan  di Makam kan di  Jln. Taman Sri Kuncoro.III. No.28. Kalibanteng Kulon Semarang Barat Jawa Tengah . Adik Beliau. Dari Ibu Inche Salmah. 


 9. Sayyid Ahmad bin Abubakar , dari Ibu Dayang Kesumbi berasal dari Sintang. 


10.  Sayyid Hamid bin Abubakar. dari Ibu Dayang Kesumbi Sintang. 


11. Sayyid Wahidin   bin Abubakar , Ibu Saodah Sumenep Madura   


12. Sayyid Syamsudin bin Abubakar, Ibu Saodah Sumenep Madura


13. Sayyid  Al Amanah bin Abubakar, Ibu Minah Kristina menetap di Papua  


14. Sayyid Samanhudi bin Abubakar, Ibu Kristina Minah menetap di Papua


15. Tengku Burhanuddin bin Abubakar Ibu Dayang Cut Maidah, Palembang


16. Sayyid Tengku Rahmadi bin Abubakar  Ibu  Dayang Cut Maidah, Palembang


17, Sayyid Muhammad Jamalullail  bin Abubakar  Ibu  Dewi Asmairah, wanita yang dinikahi semasa beliau berada di Sambas  bersama saudara Beliau, Sayyid Ahmad II, bin  Sayyid Husein dari istri Nyai Piring. Keturunan Muhammad Jamalullail dulunya menetap di perbatasan Sambas, Sarawak, dan Brunei. Di Kampung Bungaran. Salah satu keturunan ini di anugerahi gelar "Panglima Dijaya"Syarif Abdullah bin Sayyid Muhammad Jamalullail, oleh Sultan Sambas. Keturunan nya yang sudah ditemukan dari jalur "Wan Kundoy Hamsah" bernama Wan Jamel Alkadri, Pontianak.   


18. Syarif Ali bin Abubakar , Makam di Sei Purun. Ibu Maria  istri terakhir. Dan ,..


19. Syarif Alwi bin Abubakar, selisih 20 tahun usia dengan Ibrahim Panglima Hitam Paku  Alam Segeram. Lahir pada 1793 M, di Pontianak. Makam di Mariana dekat dengan Abah nya. Saat beliau ini lahir,  usia ayah beliau sudah 58 thn. 

Dan masih ada lagi 12  Saudara Perempuan beliau lainnya. No.9 hingga 19 ADIK.



Panglima Singa Pati Kesultanan Pontianak  Syarif Hasan Al Kadri 
Bersama :
GEN39@ Syarif Tue Tsani, Abdullah bin Yahya, bin Muhammad Al Kadri
bin Sayyid Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam Segeram Al Kadri
Bin Sayyid Abubakar Panglima Laksamana Satu Al Kadri
Bin Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
Al Kadri - Jamalullail


Demikianlah, .......

Sepeninggal Abahnya,  

    Beliau melanjutkan hidup dengan lebih banyak beradaptasi dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Mengukir karang laut, membina kaum kerabatnya, dan membimbing mereka.


     Mata pencaharian beliau selain berkebun, adalah bertani, memancing, menjala, membuat keramba ikan, dan pukat ikan, serta memasang bubu laut dan sungai, 


    Melihat dari cara hidup keturunan beliau yang ada di Pontianak, kemungkinan besar beliau ini yang mengajarkan cara menangkap ikan dengan membuat Kelong dan Belat. 


    Pemimpin dalam membuat belat di panggil dengan "Pawang Belat" . 


   Untuk menjadi Pawang  Belat, tak semua orang memenuhi syaratnya. Karena diantara syaratnya selain kuat menahan nafas dibawah air hingga 15 menit, bahkan 30 menit.


     Pawang juga harus mampu memimpin, cakap ilmu pelayaran, tau arus laut, serta mewarisi ilmu dan kemampuan mengendalikan badai, ombak, serta angin ribut.  Jenis   olah kanuragan yang  dimiiki  dan dikembangkan Panglima Ribot ini, harus dimiliki oleh seorang Pawang Belat. 


Sketsa Belat Kecil 


Begitulah, 


Panglima Hitam Paku Alam, menjalani masa tua nya di Segeram, 


Sementara anak- anak, mereka yang sudah menikah, satu persatu keluar dari Segeram,  mencari penghidupan yang baru dan kemudian menetap di luar Segeram, di pullau  - pulau terdekat, seperti : 


Serasan, Terempa, Midai,  Letung, Siantan, Tambelan, Anambas, Sedanau, agak jauh ke Batam, Galang, Rempang, Karimun Jawa, dll


Bahkan yang jauh ada yang kembali ke Banjar,  seperti Syarif Muhammad Nasir, Syed Mustafa yang sampai ke Brunai, ada ke Sarawak, Bangka, Belitung.dll


Sementara putra beliau yang kemungkinan lahir di Banjar, dan tidak ikut ke Segeram, : Pangeran Sabamban Syarif Sirajudiensyah bin Ibrahim Panglima Hitam Paku Alam, yang kelak  menikahi Syarifah Nuswainah binti Yasin bin  Ali Alidrus meneruskan keturunan ini di Banjar. 


Tercatat salah satu cucu beliau bernama "Syarif Abdullah bin Sirajudiensyah bin Ibrahim Al Kadri". Keturunan ini ada hingga  hari ini, di Banjar dan di Bangka, Belitung, dll


Salah satu anak perempuan beliau bernama Syarifah  SIFA,  binti  Ibrahim ini, yang menikah dengan "Syarif Ja Far Al Kadri" ikut kapal dagang ke Singapore bolak - balik,  kemudian menetap di "Nort Bridge Road Singapura" hingga wafat nya.


Migrasi ini disebabkan kondisi di Segeram sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak,.Dikarenakan rata - rata mata pencarian penduduknya sebagai Nelayan, dan berkebun, sementara yang menjadi pedagang jumlah mereka tidak terlalu banyak di sebabkan akses ke Kota harus melalui laut, Maka biasanya para pedagang menyetok bahan Sembako untuk satu bulan sekali.



Woderful Natuna
Rumah di bibir pantai



Panglima Hitam Paku Alam, dimasa tua nya,


     Pada sekitar tahun 1850 an, setelah menetap sekitar lebih kurang "50 tahun " Panglima Hitam yang saat itu sudah berusia diatas 70 tahun, mulai sakit - sakitan karena uzur dan usia lanjut yang tak dapat dilawannya dengan kesaktian.  


Disisi lain, Hampir semua anak laki - laki nya sudah keluar,


Yang tersisa hanya anak - anak perempuan menemani masa tua nya.


Sementara anak - anak yang di Pontianak dan Banjar, tak tahu kabar berita, karena sulitnya transfortasi saat itu yang hanya mengandalkan perahu layar dan kekuatan angin.


Tercatat Syarifah Sechah binti Ibrahim Paku Alam,


      Salah satu putrinya yang memelihara dan menemani kedua orang tuanya,...

     Syarifah Sechah  inilah yang nantinya mengurus dan menyempurnakan jenazah ibunya, dan ayahnya, hingga menyelenggarakan pemakaman beliau dibantu kaum kerabat, anak kemenakan, dan warga  Segeram saat itu. Syarifah Sechah hingga wafat menetap di Segeram, dan  dimakamkan di Segeram 


Istrinya , Syarifah Aminah binti Pangeran Syarif Ali Alidrus, Sabamban yang setia mendampingi beliau,  kemudian wafat lebih dulu pada sekitar tahun 1856 M, meninggalkan duka mendalam di dada nya.

 

Selang setahun kemudian, beliau juga berpulang keharibaan ilahi, pada 1857 M.



Silsilah Sayyid Yusuf bin Abubakar Panglima Laksamana Satu
Adik dari Panglima Hitam Paku Alam Segeram Natuna
Dikenal sebagai Ulama Besar  abad ke  18 M di Pulau Tujuh
"KI SAUKI YUSUF " Makam Segeram Natuna 
Cucu Sayyid Husein Tuan Besar Mempawah
Al Kadri - Jamalullail



BERSAMBUNG BAGIAN KE LIMA,