Amanah Sultan Pontianak Untuk SBY
Mujidi
Borneo Tribune, Pontianak
Memberikan pengakuan resmi terhadap perancang lambang negara “Bhinneka Tunggal Ika” dan dilakukannya perombakan dan pembangunan kembali Istana Kesultanan Kadariah, merupakan dua amanah yang diberikan Sultan Pontianak, Syarif Abubakar Mahmud Alkaldrie pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat dilaksanakan dzikir bersama di Istana Kadariah, Senin (9/7) kemarin.
Dua amanah tersebut diberikan dengan perantara ketua umum kepengurusan Yayasan Majelis Dzikir SBY ‘Nurussalam’, H. Harris Thahir. Syarif Abubakar Mahmud Alkadrie mengatakan sejak dideklarasikannya kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, pihak kesultanan memutuskan untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Keputusan yang diambil merupakan final dan dijamin tidak akan berubah. Dengan tekad bergabung itulah, salah satu putra terbaik kesultanan Pontianak, Sultan Hamid II memberikan sumbangsih pada Indonesia, yakni berupa rancangan lambang negara “Bhineka Tunggal Ika”.
“Namun sampai saat ini, pemerintah belum memberikan pengakuan secara resmi terhadap perancang lambang negara tersebut,” kata Syarif Abubakar.
Karena belum adanya pengakuan tersebut, Syarif Abubakar menyerahkan duplikat dokumen perancang lambang negara beserta hasil seminar yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2000 kepada ketua yayasan Majelis Dzikir SBY Nurssalam Jakarta, H. Harris Thahir dengan harapan untuk disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain pengakuan perancang lambang negara “Bhinneka Tunggal Ika”, Sultan Syarif Abubakar memohon pada presiden untuk memperhatikan kondisi Istanah Kadariah. Simbol asal mula berdirinya Kota Pontianak semakin renta, lapuk dimakan usia. Ditakutkan karena kelapukan, gedung bersejarah tersebut hanya sebagai legenda.
Terlebih kata Syarif Abubakar, perjalanan karir Susilo Bambang Yudoyono salah satunya berangkat dari Kesultanan Kadariah. “Untuk mengingatkan kembali, tiga tahun yang lalu, semasa kampanye SBY pernah datang ke Istanah Kadariah dan diberikan gelar sebagai Datok Widya Negara,” ujarnya.
“Jadi bukan saja Istana Negara yang semakin kokoh dan Indah, tapi Istana Kdariah dapat diperindah pula, dengan harapan khazana budaya bangsa dapat dilestarikan,” kata Sultan.
Selain dua amanah yang diberikan pada SBY, melalui Harris Thahir, Sultan juga mengharapkan pemerintah pusat untuk mengganti nama bandara Supadio Pontianak dengan nama bandara Sultan Syarif Abdurrahman.
“Rencana penggantian itu pernah dibicarakan pada tingkat DPRD Provinsi, namun sampai sekarang realisasinya belum ada,” kata Syarif Abubakar.
Tablig tersebut berlangsusung khidmat. Sekitar 7.000 jamaah tumpah di halaman Istana Kadariah. Selain itu, dzikir yang berlangsung kurang lebih dua jam, yang dimulai pukul 11.00-13.00 tersebut juga dihadiri H. Gusti Hersan Aslirosa sebagai Ketua Pengurus Harian Majelis Dzikir SBY Nurussalam Kalimantan Barat dan Habib Abdull Rahman M. Al Habsyi selaku pemimpin dzikir.
Versi cetak diterbitkan Borneo Tribune tanggal 10 Juli 2007